Senja Merindu Fajar

21 2 0
                                    

"jika dapat ku putar waktu, ingin rasanya ku peluk erat dan menangis terisak dipelukanmu agar kamu tak pergi saat itu”

Terduduk disebuah ruangan bercat putih dengan figura besar tertempel di dinding menampilkan wajah tampan yang sangat ku rindu sosoknya saat ini, ingin ku dekap dirinya segera namun tak mampu.
Baru saja ku lihat berita di tv tentang kecelakaan pesawat, saat itu pula segala kenangan itu berputar bak film.

“Fajar Aditama Putra, kapan akan berjumpa kembali ?” tanyaku sembari tersenyum lirih.
Hari ini, 28 desember 2019, tepat 4 tahun lalu aku seperti memasuki mimpi terburuk dalam hidup ini. Seakan tak nyata namun sangat terasa sehingga mengelakpun tak mampu.

28 Desember 2019

Soekarno Hatta International Airport

Dua orang yang tengah dimabuk asmara ini tengah asik menggenggam tangan satu sama lain, berjalan menuju tempat mereka akan berpisah karena salah satunya akan pergi keluar kota.
“Fajar, nanti kamu disana jangan bandel loh,” ujar gadis yang sedang digenggam oleh seorang lelaki yang bernama Fajar.
“iya Senja bawel,” jawab fajar dengan kekehan kecil.
Mereka berdua pun sampai dan duduk sembari menunggu pengumuman untuk Check In. Senja tak sedetikpun melepas genggaman tangan Fajar, entah kenapa ia sangat berat melepas kekasih hatinya untuk pergi keluar kota saat ini. Padahal ini bukanlah pertam kalinya ia mengantar Fajar pergi keluar kota karena urusan pekerjaan. Rasa gelisah semakin mengusik dirinya, namun ia berusaha terlihat baik – baik saja di depan Fajar, ia tak ingin Fajar khawatir dengan dirinya. Senja terus menerus menatap Fajar yang sedang sibuk dengan telepon genggamnya. Fajar yang tersadar menatap Senja lembut dan menyunggingkan senyumnya. Ia mengerti kegelisahan Senja.
Fajar mencoba merengkuh Senja dalam dekapannya, mencoba menenangkan gadis yang telah mengisi hatinya 3 tahun belakangan. Dengan lembut ia elus rambut Senja dan mencium rambutt juga keningnya beberapa kali. Entahlah, hatinya pun tak kalah risau meninggalkan Senja saat ini. Sempat terpikirkan untuk tak berangkat hari ini.
“Senja, gimana kalau aku berangkat 2 hari lagi ?” tanya Fajar pada Senja yang dibalas gelengan kepala oleh Senja.
Senja  menatap Fajar lembut dan berusaha meyakinkan Faja ia tidak apa – apa. Fajar tersenyum lembut lalu mengecup bibir Senja singkat dan lembut, membuat si empunya tersipu malu dan bersembunyi dalam dekap hangat Fajar.
Suara pengumuman pun terdengar, Fajar beranjak dan memeluk Senja sekali lagi. Kecupan di kening menjadi awal dari perpisahan, Fajar membisikkan kata cinta tepat sebelum beranjak masuk.
“I love you Senja.”
Senja masih setia menatap punggung Fajar yang semakin lama semakin menjauh, setelah tak terlihat lagi, senja menghela nafas panjang lalu memilih untuk duduk di dekat kaca untuk melihat pesawat yang dinaiki oleh Fajar menjauh. Lama ia termenung dengan pikirannya sendiri, entah mengapa kali ini terasa berbeda, seperti kosong dan hilang. Senja tidak mengerti pertanda apakah ini, beberapa saat berlalu ia melihat pesawat yang membawa Fajar di dalamnya terbang menjauh. Satu bulir air mata berhasil lolos, Senja segera mengusapnya dan beranjak menjauh untuk pulang dan beristirahat karena ia merasa sangat lelah hari ini.
Sesampainya dirumah ia memutuskan untuk membersihkan diri dan tidur. Saat tengah tertidur pulas, tiba – tiba saja ia bermimpi Fajar akan meninggalkannya. Seketika ia terbangun, meneguk segelas air putih dan melihat jam. Ah, ternyata sudah waktunya Sholat, Senja memutuskan untuk Sholat dan berdoa yang terbaik untuknya dan Fajar. Setelah Sholat, Senja memutuskan untuk pergi keruang tengah dan menonton televisi bersama kedua orang tuanya. Ia duduk disebelah mamanya, mereka tak fokus menonton karena asik berbincang membahas segalanya. Kehangatan keluarga sangat terasa di keluarga Senja, karena itu pula ia tumbuh menjadi gadis yang baik dan memiliki tata krama yang baik. Senja memang banyak dikejar para lelaki karena selain baik ia sangat cantik dan pintar entah dalam pelajaran maupun nonakademik. Lama mereka berbincang sampai saat Senja melihat handphonenya berbunyi nyaring pertanda ada panggilan masuk, Senja meminta ijin kepada orangtuanya untuk mengangkat telepon. Suara di ujung sana terdengar sangat panik seakan bernafas saja sulit, Senja mencoba menenangkannya dan berusaha berpikir positif karena yang menelponnya adalah sahabat Fajar yang akan menjemputnya di kota yang akan Fajar tuju.
Saat Senja akan bertanya ada masalah apa, seketika itu pula ia mengatupkan kembali bibirnya setelah mendengar deretan kata yang disampaikan oleh orang disebrang sana.
“Nja, kamu jangan panik atau histeris. Aku bakal kasih informasi penting tentang Fajar,” ujar seseorang diseberang sana dan memberi sedikit jeda pada kalimatnya. “pesawat yang ditumpangi Fajar baru saja hilang kontak.”
Dunia Senja seakan runtuh, tubuhnya meluruh, segalanya menjadi gelap. Orang tua Senja panik karena anaknya yang tiba – tiba saja pingsan setelah menerima telepon, namun kebingungan mereka terjawab saat melihat berita hilangnya pesawat yang ditumpangi oleh Fajar.
Senja dipindahkan ke kamar dan orangtuanya mencoba mencari informasi tentang Fajar. Mamanya setia menunggu Senja hingga ia membuka matanya kembali.
Saat membuka matanya, yang pertama Senja lihat adalah mamanya yang menatapnya cemas. Sontak saja ia langsung memeluk mamanya dan tangis pun pecah. Segala perasaan resahnya hari ini akhirnya terjawab sudah, ini yang membuatnya resah sejak tadi. Rasa takut kehilangan dan kosong yang tadi ia rasakan semakin menjadi – jadi.
Beberapa hari berlalu, pencarian puing – puing pesawat dan para korban pun membuahkan hasil. Semuanya telah berhasil di evakuasi, hantaman berat semakin membuat Senja terpuruk saat mendengar berita jika tak ada penumpang pesawat yang dapat diselamatkan karena kedalaman jatuhnya pesawat sangat di dasar lautan. Senja semakin kosong dan hilang arah, ia hanya terdiam terpaku dan takt ahu apa yang harus ia lakukan. Sejenak ia teringat, Fajar sangat senang jika dirinya disebut dalam doa oleh Senja. Senja beranjak bersiap untuk melaksanakan Sholat, ia menyebut Fajar dalam doanya. Berkali – kali ia sebut nama Fajar, berharap ada keajaiban untuk pujaan hatinya kembali dengan selamat kepelukannya. Setelah melakukan Sholat, tangisnya pecah kembali. Mamanya mencoba menenangkan, ia tahu ini sangat berat bagi Senja. Mengingat bagaimana hubungan Senja dan Fajar yang tak pernah terpisahkan. Selalu meluangkan waktu berdua dan selalu menuntun Senja menjadi lebih baik. Senja tersedu sampai ia tak sadar tertidur di pelukan mamanya. Mama Senja memanggil papanya guna membantu memindahkan Senja ke tempat tidur. Mereka memandang Senja sendu.
“pa, apa sudah ada perkembangan ?” tanya mama senja pada suaminya.
“Fajar sudah ditemukan, dan seperti yang kita tahu. Tidak ada yang bisa terselamatkan,” jawab suaminya sembari mengusap lengan istrinya lembut.
Saat Senja membuka mata, sekali lagi fakta ini membuat Senja ingin berlari mencari Fajar saat ini juga. Namun taka da yang dapat ia lakukan, orang tuanya memintanya untuk berganti pakaian dan mengajaknya untuk pergi ke suatu tempat.
Dan disinilah ia sekarang, berpakaian serba hitam, ia benci ini. Suara ambulance seketika membuatnya berlari keluar. Peti itu keluar, namun ia masih tak percaya. Saat peti itu dibuka, tangis pilu itu semakin pecah. Ingin rasanya memeluk sosok tampan yang telah terbujur kaku di depannya. Ia tatap lelaki yang menghiasi harinya selama 3 tahun ini. Lelaki yang memakaikan cincin dijemarinya beberapa bulan lau, yang berjanji padanya akan menjadikannya istri pada tahun yang akan datang. Air matanya tak henti membasahi pipi chubbynya. Wajah cantic dan senyum manisnya tak lagi terlihat, digantikan dengan tangis pilu, wajah pedih dan tatapan kosong. Rasanya waktu sangat cepat berlalu, baru saja ia berpisah di bandara dengan Fajar, saat ini ia telah berpisah dengan Fajar untuk kedua kalinya. Namun perpisahan ini membuatnya tak dapat lagi berjumpa dengan ia yang menyapa lembut di setiap pagi, memberinya senyum terbaik di setiap waktu dan mendekap hangat dirinya. Di dalam pusara itu, lelaki yang sangat ia cintai bersemayam. Tertidur dan beristirahat panjang. Ia tak dapat lagi terbangun dan menemuinya sekedar untuk berkata ini hanya mimpi.


Tepukan di pundaknya membuatnya tersadar, segera ia tatap wajah manis seorang yang berdiri di depannya. Wajah yang terlihat sama denga ia yang terdapat dalam figura itu, dia adik kecil kesayangan Fajar yang saat ini telah beranjak remaja. Ku hapus air mataku lalu tersenyum tipis kepadanya.
“kak, dicari tante dibawah,” ujarnya lalu berlalu meninggalkan ruangan. Aku tahu ia juga masih sangat terpukul sampai saat ini.
Aku beranjak dari tempatku duduk, mendekati figura besar itu. Mengelusnya pelan, ku berikan senyum terbaikku setelah 4 tahun berlalu. Ini memang kali pertama aku berani kembali memasuki ruangan ini.
“Fajar, apa kabar ? Senja disini merindukanmu. Tunggu Senja, kita akan Bersatu dikeabadian nanti. I love you Fajar,” ucapku lalu mencium pelan tepat di pipinya. Aku mgedarkan pandanganku sekali lagi, kulihat berbagai sudut. Tak ada yang berubah, wanginya pun tetap sama. Ku langkahkan kakiku keluar dan menutup pintu kamarnya.
Aku tersenyum melihat bayangannya menatapku dengan senyuman, kulangkahkan kakiku. Ini pula yang kan menjadi awal dari kehidupanku selanjutnya. Meski tak ditemani oleh raganya, namun cintanya tetap ada. Ku yakin akan itu.

Selesai

Senja Merindu FajarWhere stories live. Discover now