Badama Akhir

192 41 268
                                    

Ia tidak pernah menginjak Batavia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ia tidak pernah menginjak Batavia.

Walau telah berkelana dari Andalas hingga Niu Gini, Batavia masih abu-abu di benaknya. Namun, sekarang ia tahu bahwa dirinya sedang berada di Batavia.

Apakah ia seorang cenayang? Tentu saja bukan. Ia akan dibakar terlebih dahulu sebelum bisa mencapai titik ini jika dirinya seorang cenayang. Takdir. Hal yang berhasil mempertemukannya dengan Batavia.

Batavia merupakan kota tersembunyi. Hanya beberapa orang yang diperbolehkan masuk. Bahkan orang berdarah biru pun belum pernah menginjak tempat tak berpenghuni ini. Batavia berada tepat di atas Ciliwung, sungai paling bersih dan PLTA terbesar di Nusantara setelah Kapuas. Tidak ada sama sekali pemukiman warga, gedung tinggi, bahkan sebuah korporasi. Hanya ada satu rumah besar dikelilingi kebun dan juga air terjun.

"Ini tidak mungkin terjadi lagi," ucap gadis itu sambil melihat ke arah depan.

Napasnya diburu. Bulir-bulir keringat terus mengalir dari pelipis seolah dirinya dikejar Buto Ijo. Nyatanya tidak, ia berdiri tegak memegang buku biru di tangan kirinya dan sebuah pedang di tangan kanan. Ia hanya takut.

Berbagai macam taktik, variasi formasi, hingga serangan kejutan sama sekali tidak bisa menaikkan prosentase kemenangannya. Laki-laki di seberang tertawa keras ketika ia berhasil menghancurkan tiga chara sang gadis dengan satu serangan dahsyat. Bekas jahitan di mulutnya seperti akan robek ketika senyumnya yang lebar terpancar.

"Sungguh memalukan! Aku harus menghabisi babuku sendiri di tempat ini. Batavia terlalu indah untuk makhluk rendahan sepertimu."

Ia tidak berbohong soal hal itu. Kota apung yang dijaga para Author memang mempunyai nuansa berbeda dari kota-kota lain di Nusantara. Ya, hanya ada satu Batavia di dunia ini. Suara gemercik dari air terjun di belakang terdengar menyejukkan. Tempat itu disebut Air Terjun Melati, diambil dari nama perempuan yang mengorbankan dirinya untuk menjaga kestabilan wilayah Triagung. 

Pilar-pilar dicat emas dan ubin granit yang berasal dari hasil tambang Batavia merupakan ciri khas dari Kedaton Agung. Tempat singgah para Author dan tempat mereka bertarung saat ini. Para lelembut Batavia memiliki kemampuan khusus untuk menyuburkan tanaman dan mengontrol cuaca sesuai dengan kehendak mereka sendiri. Maka tak heran jika banyak koleksi bunga yang indah dan permata melimpah. Hidden paradise sebutan untuk Batavia.

"Cih, bangga sekali kau menang dengan kartu milik orang lain. Apa arti kemenangan ...." Perempuan itu memasang kuda-kuda. Dengan sebuah petikan jari buku birunya pun menghilang dari pandangan dan pedangnya kini termakan oleh api biru. "Jika itu bukan dari usahamu sendiri!"

Perempuan itu menerjang ke arah depan, chara yang masih tersisa mengikutinya dari belakang. Kakinya pelesat cepat layaknya panah Arjuna. Serangan dari chara lawan ia lenyapkan dengan satu kali kedip. Amarahnya sudah memuncak, ia akan menghunus pedang itu layaknya keris Ken Arok membunuh Tunggul Ametung.

UntoldWhere stories live. Discover now