22; predominant

95 8 212
                                    

[Berikan vomentmu]


Taehyung merasa lega. Akhirnya, Jiyeon tetap bersamanya. Berada dalam dunianya. Taehyung bangkit, posisi duduk. Dan Jiyeon terduduk di atas pangkuannya. Memeluknya erat seolah tidak terjadi apapun sebelumnya. Meskipun sempat mendebarkan jantung yang kelewat batas.

Jiyeon mengalungkan kedua tangannya pada leher Taehyung. Menyembunyikan wajah sembabnya dibalik ceruk leher lelaki tampan itu. Tak ada yang tahu betapa kecewanya Jiyeon ketika gagal mati tadi. Padahal sudah di bayang-bayangnya banyak orang yang datang ke pemakamannya sambil membawa bunga sebagai persembahan terkahir. Sial, kematian yang gagal.

"Awalnya, ku kira kau pelindungku. Semua hidupku ku gantungkan padamu, termasuk hutang budi atasmu. Sempat terlupa juga kalau aku ini hanya korban penyiksaan dari sebuah hubungan menjijikkan," Jiyeon mengatur ulang nafasnya yang sempat terengah-engah. "Hingga Tuhan mempersembahkan takdir, jika akulah penyebab hubungan seseorang hancur."

Taehyung terdiam. Sekilas merasa salah tapi benar. Ayolah, dirinya dan Yoora melakukan yang terbaik bukan?

"Kau tidak menghancurkan aku dan Yoora. Hanya saja kami ada pembatas, yaitu dirimu," Taehyung mengatakan dengan setenang mungkin. Karena dia tahu, nada bicaranya meninggi maka Jiyeon akan menangis lagi. Dan Taehyung tidak mau terjadi.

Jiyeon tidak membalas apapun atas perkataan Taehyung. Hatinya masih kelu, ditambah perlakuan manis Taehyung setiap saat. Sungguh menyiksa. Seandainya sejak awal Taehyung mengatakan hubungannya dengan Yoora, maka sudah jelas Jiyeon akan mencari lelaki lain, seperti Jimin dan Jungkook misalnya. Atau tidak, tetap berada pada kungkungan jahat Yoongi.

Jiyeon mengangkat kepalanya agar mengahadap Taehyung lebih jelas. Maka saat kedua matanya bertemu langsung dengan milik Taehyung, hatinya berdenyut kesakitan lagi. Meminta obat penyembuh, namun tidak ada yang bisa menjadi penyembuhnya, kecuali Taehyung.

"Ceraikan aku, demi Yoora eonnie," lalu, tidak ada harapan lagi setelah apa yang terjadi. Dan Jiyeon harus mengalah untuk kali ini. Peduli atau tidak, posisinya tetap sama. Penengah diantara Kim Taehyung dan Im Yoora.

Taehyung menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah lucu gadis itu. Kemudian tersenyum tipis. "Apa kau yakin dengan perceraian?" tanya Taehyung meminta keyakinan yang kuat.

Jiyeon meremas jas belakang Taehyung kuat. Gejolak pada hatinya justru menolak. "Aku yakin, sebab tidak ada yang bisa dipertahankan dari kita. Oppa, apa kau pernah merasakan menjadi diriku? Tentu tidak. Apa kau tahu bagaimana bodohnya diriku ketika berhadapan langsung dengan Yoora eonnie? Maka jawabannya tetap tidak. Lalu apa yang harus kita lakukan selain berpisah."

"Aku pikir, kepergian Yoongi ke Amerika sudah memberikan bukti yang kuat kalau aku bisa bebas sekarang," Jiyeon yakin sekali ini keputusan yang terbaik. Kalau pun bukan karena hubungan Taehyung dengan Yoora, mutlak Jiyeon menolak perceraian.

Taehyung memegang tengkuk leher Jiyeon. Menatapnya lekat. "Kau tidak ingat janji kita dengan Tuhan? Sehidup semati? Kau tidak ingat janjimu pada nenek? Untuk terus bersamaku? Dan sekarang kau mau meninggalkanku?"

Tangan kecil Jiyeon merangkak naik menyisir surai rambut Taehyung yang basah akibat keringat. Sangat tampan. Bulir-bulir kecil itu bergerak turun diiringi nafas tenang namun memburu. "Lalu, apa yang harus ku lakukan untuk seseorang yang sangat mencintai kekasihnya?"

Sial, hormonnya terpancing. Bagaimana bisa disaat yang seperti ini Taehyung merasakan hal lain pada tubuhnya. "Tetap bersamaku," ujarnya.

Jiyeon mengerutkan keningnya tak percaya. Haruskah dirinya bertahan sekarang? Disaat Taehyung telah memiliki Yoora? Ayolah, jangan bersikap bodoh. Jiyeon mengerti sangat Taehyung tidak bisa melepasnya dan juga Yoora.

Nightmare Where stories live. Discover now