light

36 7 1
                                    


"Hati-hati di jalan ya, Chan." Pesan Jaemin kepada teman baiknya itu.

Haechan mengangguk dan naik ke atas sepedanya, perlahan kaki nya mengayuh pedal sepeda. Jalanan kota Seoul di malam hari cukup senggang. Mengingat ini sudah mau jam 12 malam. Ah, Haechan bahkan tidak dapat membayangkan bagaimana eomma nya memarahi dirinya.

Untuk sekarang, fokus saja dulu ke jalanan di depannya. Beberapa toko sudah mulai tutup. Beberapa lampu toko tidak dimatikan oleh si pemilik dikarenakan mereka membuat papan lampu menyambut hari natal yang sudah ada di depan mata.

Haechan meminggirkan sepeda nya sebentar, dia berencana mengancingkan jaket hitamnya. Padahal dia sudah memakai sweater ditambah hoodie, namun tetap saja kurang sehingga dia harus memakai jaket lagi.

Suara Zipper yang naik ke atas membuat Haechan menepuk kancing nya dengan senang. Untung saja kancing sialan itu tidak kumat lagi, lol.

Tidak, Haechan tidak langsung kembali mengayuh sepedanya. Dia memilih menajamkan pendengarannya, mencoba mendengar sesuatu yang sayup-sayup kedengaran.

Suara ini, seperti suara pasar malam. Suara yang khas, sesuatu pertunjukan malam hari yang selalu diminati orang banyak.

Tapi, Haechan tidak tahu dimana itu berasal. Di kanan kirinya adalah semak-semak yang terhubung dengan hutan. Dan beberapa meter dari sini, barulah Haechan melihat beberapa petak toko yang sudah tutup. Tidak ada pengendara yang lewat. Karena ini adalah jalan khusus untuk masuk ke komplek rumahnya.

Jadi Haechan turun dari sepedanya dan menyeret sepedanya menuju sisi kiri jalan. Jika ada yang mengatai Haechan kelewat nekat, maka orang itu benar. Karena sekarang Haechan sudah menembus semak-semak tadi dan perlahan masuk ke dalam hutan.

Di dalam hutan, gelap.

Ya tentu saja gelap! Kau pikir ada hotel di dalam hutan?

Namun perlahan, suara tadi kian membesar. Dan, cahaya mulai tampak.

"Heol, Daebak." Puji Haechan dengan mulut menganga.

Masa bodoh dengan eomma dan appanya. Atau besok dia harus tetap sekolah. ADA SIRKUS DI DEPAN MATANYA!!! Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dusta kan. Haechan segera memarkirkan sepedanya secara asal-asalan dan masuk ke dalam kawasan sirkus itu.

Beberapa tenda suram berdiri mengelilingi pagar pembatas. Sungguh, apa sirkus ini tutup? Kenapa sangat sepi sekali? Kaki Haechan masuk ke tenda sirkus yang paling besar.

Acara utama sedang dimulai!

Ada seseorang berbaju pesulap sedang memainkan tongkat sulapnya. Kemudian dari tangannya keluar puluhan kupu-kupu.

"Aigoo....bagaimana dia membuat itu?" Kagum Haechan sembari duduk di salah satu kursi.

Atraksi pesulap itu terus berlanjut, bahkan tanpa Haechan sadari, ada tiga pasang mata yang mengawasinya.

"Darimana manusia bisa masuk kesini?" Kesal si rambut hitam.

Yang berambut merah lantas menggeleng, "Mana ku tahu." Elaknya, "Dia datang dengan sepedanya tiba-tiba."

"Oh come on! Dia membuat pekerjaan ku semakin runyam! Aku hanya harus mendata setiap jiwa yang sudah kalian antar. Kenapa harus ada manusia disini? Kalau dia tahu bangunan ini bukan sirkus, bagaimana?" Amuk si rambut hitam, kali ini wajahnya sangat serius, "Aku tidak mau tahu. Keluarkan dia dari sini."

Yang berambut cokelat lantas mendengus, "Yayaya bos." Sindirnya dan segera mendatangi Haechan yang masih asyik dengan tontonan menarik di depannya.

"Permisi tuan." Sopan si rambut cokelat.

Haechan menoleh dan menganga karena lelaki di sebelahnya sangat imut, "Perkenalkan aku Juni. Manager dari proyek sirkus ini. Sirkus ini sudah akan tutup. Bisakah anda pulang?" Usir nya.

Haechan mengangguk, terhipnotis oleh tatapan sopan si manager. "Iya, tapi, apa besok aku boleh kesini lagi?"

Melihat aegyo yang Haechan beri, lelaki berambut cokelat itu jadi tidak tega. "Ini, tiket gratis mu." Dia memberikan sebuah kalung ke Haechan, "Selalu pakai itu kalau masuk ke sini ya. Agar kau tidak dipungut biaya."

Gratis?

Haechan membungkuk hormat ke lelaki di depannya. Sudah imut, pintar, baik pula! "Terima kasih, Juni!" Ucapnya, kemudian dia langsung keluar dari tenda itu dengan langkah riang.

Lelaki berambut hitam dan merah tadi menganga atas kelakuan yang dibuat Juni. "Astaga! Apa yang kau lakukan!" Geram si rambut hitam.

"Apa kau tidak kasihan melihat aegyo nya tadi?" Tanya Juni dengan nada yang tidak mau disalahkan, "Lagipula, itu kalung sudah pasti akan membuatnya aman. Selagi dia memang memakai itu di sini."

"Terserah mu, Renjun. Kembali ke ruangan kalian berdua, ambil laporan yang dikirimkan setiap grim reaper malam ini dan letakkan di meja ku. Aku mau menelepon markas pusat."

"U-untuk apa?" Tanya bawahannya itu.

"Aku mau jadwal cuti ku dipercepat." Kemudian si rambut hitam memasang wajah galak, "Yak! Jeno! Renjun! Cepat kerjakan tugas kalian!"

"Siap tuan Mark Lee!"



____




"YAK! ANAK NAKAL! MAU JADI GELANDANGAN KAMU CHAN? JAM SATU PAGI BARU PULANG???!"

"Huwaaaaaa...."



____



I hope you guys like it ^^

Cirque ; MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang