XII

1.2K 174 24
                                    

"a-apa?"

Arthur mengernyitkan dahinya, matanya tak berhenti memicing saat mendengar jawab Yoonbin yang membuatnya tak puas dan hampir saja kehilangan kendali.

"aku mengutusmu untuk menuntaskan perang antar klan di daerah Timur, Ha Yoonbin. Apa kau mendengarku?!" Arthur sedikit meninggikan suaranya, sebelum kemudian menghela nafasnya senang saat pemuda Ha menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia setuju.

Puk

Puk

Pemuda jangkung itu menepuk bahu Yoonbin, sebisa mungkin meyakinkan Yoonbin bahwa keputusan yang diambilnya adalah keputusan yang terbaik

"tapi tuanku, bukankahㅡ

"bawa setengah pasukan kita bersamamu, aku tahu perang itu terlalu besar untukmu dan juga pasukan khusus jadi bawa sebagian pasukan Atera bersamamu, mengerti?" Setelah mengatakan keputusan yang terlalu tiba-tiba itu, Arthur pergi tanpa mendengar alasan atau sepatah katapun yang hendak Yoonbin utarakan.

Tugas pertamanya selesai, ia akan menunggu jepergian Yoonbin dari kerajaan ini sebelum ia melancarkan rencana keduanya.

"kenapa tiba-tiba dia memintaku untuk menumpas perang antar klan itu?padahal dia sendiri yang dulu menyuruhku untuk memutus ikatan sekutu antara Atera dengan Pack Sirus"

.

.

.

"Noa, perasaanku tidak enak"

Raesung yang sedari tadi menatap kearah luar pun menjadi begitu gelisah karena mimpi buruk yang selama 4 hari terakhir terus menghantuinya.

Entahlah, ja juga tidak mengerti apakah ini merupakan sebuah vision atau pertanda lain. Yang terpenting saat ini adalah ia harus memastikan keadaan adik iparnya itu.

Apakah Junkyu dalam keadaan baik atau ia sedang merasa sakit?perasaan itu terus saja mengganggunya.

"sudahlah Rae, itu hanya perasaanmu saja. Kau terlalu berlebihan, mimpi hanyalah sekilas kejadian yang hanya menjadi bunga dalam tidur tidak lebih" tutur Noa sembari merangkul pelan bahu Raesung, pemuda bersurai panjang itu pun menenggelamkan kepalanya diceruk leher Raesung.

Noa juga menautkan jemari-jemari tangannya dengan tangan luna nya yang terasa begitu dingin dan gemetar.

"tidak perlu takut, aku bersamamu Rae"

Cup

Noa mengecup pipi Raesung lembut, pelukannya pun tak mengendur justru di posisi seperti ini ia bisa leluasa untuk menikmati pemandangan malam bersama luna nya dari atas balkon.

"aku benar-benar takut kalau itu sungguh terjadi kepada Junkyu, Noa"

Tes

Tes

Tes

"Rae, Junkyu sudah hidup bahagia bersama pasangan hidupnya. Jadi wajar kan kalau ia ingin memiliki keturunan lagi, toh juga aku sudah berulang kali mengatakannya. Mimpi hanyalah bunga tidur, Rae" Noa mengulurkan satu tangannya untuk mengusap lelehan bening yang terus mengucur dari kelopak mata cantik milik Raesung.

Pemuda itu lantas tersenyum sebelum meraih tubuh luna nya untuk kemudian ia peluk.

"adikku itu begitu menyayangi anak kecil, Rae. Apa kau lupa? Dia tidak mungkin menyakiti darah dagingnya sendiri apalagi menghabisinya"

"t-tapi di dalam mimpiku, Junkyu benar-benar tidak peduli dengan bayi itu. Ia membuangnya Noa, Junkyu melemparnya kedalam kobaran api, aku t-tidak mengerti kenapa aku terus hiks memimpikan hal ini berulang kali"

[ 2 ] ᴍᴀᴛᴇ : ᴛʜᴇ ꜱᴇᴄᴏɴᴅ ꜱᴏᴜʟWhere stories live. Discover now