24

74.9K 6.9K 1.9K
                                    

"Mom...hiks"

Ibu Haechan terkejut begitu mendapati anaknya tiba-tiba menangis saat keluar dari kamarnya. Seingatnya Haechan tadi tidur siang dan sekarang? Anak itu menangis menghampirinya.

"Kenapa? Mimpi buruk?"

Meraih anak itu ke dalam pelukannya dan mengajak duduk. Agar nyaman dan tidak lelah.

"Aku...hiks...aku..."

Sang Ibu mengusap lembut punggung bergetar anaknya. Haechan memang jadi sering sekali menangis sekarang. Sejak mengandung. Ya, efek dari hormonnya mungkin.

"Aku...bermimpi kalau...dia...hiks...pergi"

Haechan memang sudah menceritakan pada sang Ibu mengenai percakapan singkatnya tadi. Dan tentu saja sang Ibu lagi-lagi hanya bisa mengelus dada saja. Tak habis pikir bagaimana anaknya bisa mengatakan hal itu.

"Haechan tidak ingin kehilangan Mark kan?"

Haechan diam saja. Masih sibuk menangis sendiri.

Membuat sang Ibu harus kembali bertanya. Dengan pertanyaan yang berbeda tentunya.

"Kalau Mark pergi, memangnya kenapa?"

"Ti...tidak tahu"

Dan akhirnya pemuda gembul itu menjawab juga. Meski masih lengkap dengan isak tangisnya.

"Haechan bisa menikah lagi dengan orang lain setelah melahirkan nanti. Apalagi Haechan masih muda. Haechan pasti ingin membina hubungan lagi kan dengan seseorang? Lalu hidup bahagia"

Sang Ibu memberikan opsional jawaban atas pertanyaannya sendiri.

"Lalu...anak ini?"

"Haechan tidak perlu khawatir. Mom dan Dad yang akan merawat dan menjaga anak Haechan jika-"

"Tidak mau!"

Seperti biasa, pancingan sang Ibu selalu berhasil. Dan tentu saja ucapan sang Ibu yang memancing-mancing itu tidaklah serius.

"Aku akan hidup berdua saja dengan anak ini! Aku tidak akan menikah dengan siapapun itu!"

"Kenapa?"

Mata membara yang masih banjir air mata itu kembali meredup.

"Karena... karena..."

"Karena Haechan ingin menjaga satu-satunya harta paling berharga yang Mark tinggalkan setelah Mark pergi nanti?"

Seolah mengingatkan kembali, air mata Haechan kembali mengalir deras.

Kembali ke dalam pelukan sang Ibu dengan isakan yang lebih kencang.

"Tidak... Mark Hyung...tidak boleh pergi" cicitnya sangat pelan. Diantara isak tangis kerasnya.

"Katakan itu pada Mark jika Haechan benar-benar menginginkannya"

Haechan menggeleng cepat.

"Haechan tahu kan kalau Mark tidak akan melakukan hal bodoh seperti apa yang Ibu Mark katakan?"

Kali ini Haechan kembali diam.

"Tapi Haechan juga harus tahu, kalau Mark akan menjadi bodoh jika Haechan yang menginginkannya"

Kembali teringat percakapannya tadi pagi. Lebih tepatnya permintaannya yang Haechan sendiri juga tidak tahu kenapa bisa mengatakannya.

"Mom...."

"Ya?"

"Aku ingin ke rumah Nana"

~.a.b.c.~

"Haechan?! Astaga sudah berapa lama aku tidak bertemu denganmu?! Semakin gembul saja"

Divorce (Markhyuck)Where stories live. Discover now