1. Lock

8 0 0
                                    

Menurut prakiraan cuaca, sebentar lagi seharusnya akan ada hujan lebat. Namun, ketika diperhatikan secara jelas tidak ada tanda akan terjadi hujan lebat, mendung pun tidak tampak. Mungkin prakiraan cuaca yang disampaikan pagi ini hanya sekedar hal yang melenceng, mengingat dari nama prakiraan yang berarti masih ramalan. Namun meskipun ramalan ini menggunakan ilmu, teknologi dan data, bukan berarti tidak ada kemungkinan lain yang dapat terjadi.

"Ah, kalau jalan nanti malah turun hujan."

Dari balik bagian kaca toko, gadis dengan tangan kanan di atas pelipis itu mendongak ke arah langit dan menyipitkan mata. Meskipun dirinya berada di dalam ruangan, cahaya matahari masih dapat membuat matanya bereaksi silau.
Gadis itu melakukannya karena masih ingin memastikan apakah terdapat awan kelabu yang nantinya bisa menjadi bibit awal air turun dari langit.

Tidak butuh waktu lama, ia memposisikan kepalanya normal kembali dan menurunkan tangan dari pelipis, sebelum kemudian memberanikan diri untuk berjalan keluar dari toko buku yang semula ingin ia jadikan sebagai tempat berlindung dari hujan.

"Mbak Chira!" panggil salah satu pegawai tepat sebelum tubuh gadis bernama Chira itu sepenuhnya berada di luar toko buku.

"Iya?" sahut Chira otomatis menutup pintu toko buku dan memberi jalan agar tidak menghalangj pengunjung lain yang datang ataupun keluar.

"Mbak mau pulang? Katanya bakal hujan loh," ucap pegawai itu menunjuk televisi di mana tayangan tentang prakiraan cuaca disiarkan.

Chira menatap televisi itu dan menatapnya datar. Awalnya ia memang mempercayai itu namun sekarang berubah pikiran.
"Iya tau, tapi setelah ditunggu dari tadi dan bisa kau lihat...." Chira menggerakkan kepalanya ke arah luar, mengisyaratkan lawan bicaranya agar melihat ke arah yang dimaksud.

"Ooh, iya juga," kata pegawai itu kemudian tertawa. Ia sendiri juga merasa tidak bisa melarang Chira agar lebih lama berada di toko ini.

"Kalau begitu, permisi," pamit Chira melihat si pegawai tidak memiliki hal yang ingin dikatakan lagi.

"Ah, iya." Si pegawai sedikit membungkukkan badan ketika Chira perlahan berjalan melewatinya dan meninggalkan toko sepenuhnya.

Chira diam-diam melirik pegawai tadi, memastikan apakah ia masih diperhatikan. Dirinya kurang suka bila ada orang yang memperhatikannya dari jauh.

Saat berdiam diri di ujung zebra cross untuk menunggu giliran pejalan kaki dapat melintas, Chira meraih ponsel karena dirasa tadi bergetar. Benar saja, dirinya mendapat pesan dari rekan satu klubnya, Pia.
Isi pesan dari Pia cukup singkat, di mana hanya mengirimkan foto tas kain dengan ikatan tali di bagian tengahnya. Ikatan itu cukup kencang hingga tengah tasnya tampak jelas mengecil dan isi tas sedikit bisa tertebak.

Chira memikirkan foto itu sejenak, menangkap maksud dari Pia. Namun ketika fokus berpikir, lampu pejalan kaki berpindah hijau. Ia seharusnya melanjutkan perjalanan.

Gucinya dari kaca.

Petunjuk arah ruang ... ruang lukisan mozaik dari kaca. Dari kaca?

Chira membatin sewaktu membesarkan foto dari layar ponselnya, agar dapat melihat jelas di mana tas itu difoto. Dirinya menutup mata sejenak untuk memfokuskan diri dan ketika membuka kedua kelopak mata pandangan Chira tertuju pada museum yang berada tepat di seberangnya.

Di sana, ya?

Baru saja ingin beranjak kembali, lampu pejalan kaki sudah berubah lagi menjadi merah di mana ia harus terhenti. Chira sedikit menyesal padahal ia bisa saja berpikir ketika sudah menyeberangi jalan.

Menunggu sekitar 5 menit memang sedikit membosankan, karena itu ketika lampu kembali menunjukkan hijau Chira tanpa berpikir panjang langsung berlari ke arah tempat di mana rekannya tersebut mengirim foto. Sebuah museum yang memajang kerajinan seni dari kaca, Museum Sidon.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 26, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LOOPINGWhere stories live. Discover now