C=N

1.4K 101 51
                                    


Selamat siang semua. Aoi Andreas disini. Aku adalah seorang mahasiswa di sebuah universitas negeri yang santai tapi hobi kepoin orang. Bagiku tak ada yang lebih mengasikkan dibandingkan mencari tau masalah, dan terkadang hobi bikin masalah. Tapi biar bagaimanapun, dunia seolah menuruti keinginanku. Masalah selalu berkeliaran di sekitarku. Terkadang begitu menantang, tapi juga sering membahayakan. Baik buat diriku sendiri, atau bagi orang-orang sekitarku.

Aku suka menuliskan masalah yang pernah terjadi disekitarku menjadi sebuah kisah pendek. Dan untuk kesekian kalinya, aku pun mencoba menuliskan kisah menyebalkan yang berhasil kupecahkan beberapa hari yang lalu, berdasarkan apa yang ku alami serta menurut kesimpulanku dari informasi yang ku dapat dalam kasus itu.

Dan inilah ceritaku.

Bagi anak-anak zaman sekarang apalagi sebagai seorang mahasiswa, kita dituntut harus melek teknologi. Tak ada kata tidak memiliki akun media sosial seperti ; Facebook, Twitter, Path atau tidak memiliki akun chat seperti ; BBM, Line, WA, dsb. Tentu saja aku pun juga wajib memiliki semua itu. Walau tak semuanya kumiliki, tapi setidaknya aku memiliki BBM dan Facebook.

Meskipun aku punya BBM, tapi isi kontak ku sedikit. Hanya orang-orang yang benar-benar ku kenal dan akrab denganku saja yang tergabung di dalamnya. Karena pada dasarnya aku sedikit dipandang aneh oleh orang-orang. Tapi, meskipun isi kontakku hanya berisikan orang-orang yang kukenal, namun ada dua orang yang terdaftar dalam BBM ku tapi kami sama sekali belum kopi darat.

Namanya Navy Andriano dan Riyandi C. Berdasarkan pembicaraan kami lewat BBM, sepertinya mereka orang yang menyenangkan. Gosipnya mereka satu universitas denganku. Dan aku begitu senang akhirnya setelah beberapa bulan BBM-an, akhirnya kami bisa kopi darat untuk pertama kalinya.

Semua berawal dari ide Navy. Ia berencana bikin acara ngumpul-ngumpul buat pertemuan kami. Ia juga menyuruh kami untuk mengajak seseorang. Supaya tambah rame katanya. Tapi siapa yang menduga kalau pertemuan ini justru berakhir menjadi panggung berdarah.

☺☺☺☺☺☺

H-1. Di sebuah apartemen, kamar 2035. Pukul 22.30.

Ia begitu senang dengan rencana yang telah ia susun. Dan ia telah berencana untuk memamerkan pacarnya kepada kedua teman barunya itu. Ia penasaran siapa yang bakal dibawa oleh Aoi dan Riyand nanti. Acaranya pasti asik. Ia tak sabar untuk menanti hari esok.

Dikala ia memikirkan semua itu, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ia segera mengangkatnya.

"Yo... Chok. Kebetulan nih besok aku punya acara. Kau mau ikut?" Tanyanya bersemangat. Kalau dipikir lagi bukannya justru lebih bagus kalau mengajak banyak orang dalam acara kumpul-kumpul itu.

"Oi... Nav, Kau lupa ya? Bukannya besok peringatan lima tahun kematian kembaranmu ya? Si Cyan. Bukannya kita udah berencana untuk mengunjungi makamnya besok?" Di ujung sana, Choki yang merupakan sahabatnya sejak kecil mengingatkannya.

Navy tertegun. Ia benar-benar lupa soal itu. Akibat terlalu bersemangat memikirkan acara itu, ia jadi lupa dengan hari penting itu. Hari dimana ia begitu menyesal seumur hidup. Ia mematikan ponselnya dan beralih kepada diarinya. Matanya tak lepas dari sebuah foto yang tertempel di dalam diari itu.

"Maaf Cyan... Maafkan aku..." Gumamnya berulang-ulang bagaikan kaset rusak.

Tiba-tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamarnya. Navy segera membukakan pintu dan sesaat kemudian ia terbelalak syok. Merasakan sensasi sakit yang luar biasa dari perutnya. Ia segera menjauh dari sosok bertopeng kucing yang saat ini memegang pisau berlumuran darah itu.

C=NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang