You Were Mine 1

14 0 0
                                    

Masih sama seperti hari sebelumnya. Yang berbeda bukan darimana matahari terbit, tapi dengan siapa aku terbangun. Aku masih terbangun dengan harapan, berharap ada secercah luka yang pulih kembali.

"Lihat siapa samar-samar disana. Sangat silau, tak sampai tanganku untuk menyentuhnya" Kerjap mataku kini menampar kembali halusinasiku.

Bukan, itu bukan anganku. Hanya saja kesemuan. Entah kapan duniaku bisa pulih dari kekosongan ini, pedih ingatanku merebak keseluruh ruangan.

Hampa sekali, pagiku sudah usai bahkan sebelum aku memulai. Bagaimana sanggup melwati satu hari jika pagi saja sudah menyerah untuk aku lalui.

Aku bangkit dari pelukan hangat tempat tidur ini, melangkah gundah menghampiri segelas air mineral di seberang sana.

Kuraih, meski tak yakin apa genggamanku kali ini tidak terlepas lagi. Ku teguk sedikit, biar tidak hanya pipiku yang basah, tenggorokanku juga.

'Tuk...' Gelas ditanganku kuletakkan pelan dimeja.

Aku lirik di sudut ruangan, masih terjuntai kepingan senyummu, lagi-lagi air mataku tidak terbendung.

Seberat ini melepas bayangmu, bayang-bayang yang selalu aku percaya akan menemani perjalanan hidupku.

Aku terduduk meratapi keadaanku. "Mengenaskan" Lirihku. Ku sentuh pantulan cermin tepat disisiku, menampakkan seorang yang terluka oleh kepercayaan dirinya, oleh harapannya, oleh hatinya, dan dia adalah aku.

Aku terluka oleh diriku sendiri, kasihan bukan? Jangan kasihani aku.

Hari ini berlalu begitu saja tanpa aku sadari semuanya telah usai. 

The Piece Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang