Chapter 07

107 42 250
                                    

Jeno terus bergerak gelisah di atas ranjang kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno terus bergerak gelisah di atas ranjang kamarnya. Ia penasaran dengan apa yang ia lihat pagi tadi. Sepulangnya dari Kampus ia masih saja murung, bahkan ia tak sempat makan malam saking banyaknya pikiran menebak-nebak. Bingung antara bertanya pada Jaemin atau tidak perlu.

Tak tahan lama-lama berbaring terus, akhirnya ia memutuskan untuk beranjak dan duduk. Ia mulai fokus terhadap apa yang harus dipikirkan saat ini.

"Tidak mungkin," gumam Jeno sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali. Ia tengah menepis pikiran buruknya saat ini.

Lalu ia berjalan ke arah jendela kamarnya, mengamati bangunan yang terlihat dari jendela lantai atas rumah Jeno.

"Jangan-jangan Yeji bisa secepat itu move on dariku dan berpaling dengan sahabatku sendiri. Lalu apa masalahnya? Astaga, aku kenapa... ."

Jeno mengkerutkan alisnya.

"Aish, sudahlah. Berpikir hal-hal yang tidak penting membuatku sakit kepala."

Merasa hal itu sia-sia, akhirnya Jeno kembali merebahkan dirinya di tempat tidur, lalu memaksa menutup kedua mata agar segera tidur karena sudah larut malam.

Di sisi lain, sama halnya dengan Jeno, Jaemin pun tak bisa memejamkan matanya barang sebentar. Seperti ada yang mengganjal di hatinya. Harusnya ia tidak termakan omongan Yeji begitu saja. Bahkan biasanya Jaemin selalu peka terhadap sekitarnya.

Apa karena cinta sudah membutakan segalanya?

Jaemin menatap langit-langit kamarnya. "Harusnya aku bersyukur kalau Jeno dan Lia bersama. Aku sadar statusku hanya sahabat untuk Lia. Aku tidak boleh serakah," gumamnya.

Menepis pikiran-pikiran rasa bersalahnya, Jaemin memutuskan untuk menghubungi Lia. Ia hanya ingin mendengar suara gadis itu. Biasanya pada jam segini, Lia sedang mengerjakan tugas atau sekadar melamun di balkon kamarnya menikmati semilir angin.

Hingga dering kedua, Lia merespon panggilan telepon Jaemin.

"Na Jaemin... tumben sekali? Ada apa?"

"Hai Li."

Di seberang sana, Lia tengah mengerutkan dahi. Tidak biasanya Jaemin berbicara dengan nada seperti itu.

"Kau baik-baik saja? Apa kau sakit? Kau sudah minum obat? Ah makan malam? Sudah atau belum?"

Lia terus mengoceh tanpa henti, seperti biasanya. Hal itu membuat Jaemin tersenyum sendu. Lihatlah, bagaimana Lia sangat perhatian padanya. Lantas kenapa Jaemin sampai meminta lebih dari ini? Sadarlah Jaemin!

"Na Jaemin! Atau aku ke sana sekarang!"

"Astaga Li, tidak perlu. Aku hanya terbangun dari mimpi buruk. Ya sudah, jangan begadang terus Li."

"Kau yakin? Hm, aku juga bersiap akan tidur. Sampai jumpa, Jaemin..."

Panggilan pun berakhir, dan Jaemin mengembuskan napas panjang lalu merentangkan tangan di atas kasur. Ia pun mulai memejamkan matanya dan berharap agar terlelap.

UNIVERSE PROJECT --LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang