Chapter 01

214 59 322
                                    

"Aku mau kita putus!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku mau kita putus!"

Kalimat tersebut keluar dari mulut Hwang Yeji terhadap laki-laki di hadapannya. Setengah jam ia menunggu hingga daun-daun yang gugur pun ia gunakan sebagai bentuk pelampiasan di tangannya. Hanya Taman Yeuido lah yang menjadi saksi dari kekesalan yang gadis itu rasakan sedari tadi.

Sementara seseorang yang ia tunggu sejak tadi baru saja datang dengan napas yang terengah-engah. Lee Jeno baru menapakkan kaki di taman tersebut namun langsung disuguhi kata-kata yang menyakitkan dari mulut kekasihnya sendiri.

"A-apa maksudmu? Aku baru saja datang dan lihat, aku membawa bunga ini. Bukankah warnanya sangat cantik?" Laki-laki itu tersenyum ke arah Yeji dan bunga yang ada di tangannya secara bergantian.

Yeji tidak menggubris ucapan tersebut, matanya sedang terfokus pada sesuatu yang sedang Jeno genggam, bunga Marigold.

"Tapi kenapa? Apa alasannya?" tanya Jeno akhirnya, setelah melihat Yeji hanya diam dan tak menyahutinya lagi.

"Aku sudah mengatakannya berkali-kali. Seharusnya kau paham kalau aku tidak menyukai bunga yang ada di tanganmu itu, apakah ucapanku hanya angin lalu bagimu?"

Senyuman Jeno perlahan luntur, bunga yang tadinya ia sodorkan ke arah Yeji pun ia tarik kembali. "Aku tidak memercayai mitos konyol seperti itu, tidak rasional rasanya jika bunga yang cantik ini memiliki kutukan, Yeji."

Gadis bermarga Hwang itu merotasikan matanya karena kesal. "Aku sudah tak peduli dengan Marigold sialan itu!"

Yeji sangat mempercayai kutukan bunga Marigold. Sejak kecil, ia selalu mendengarkan mitos mengerikan tentang bunga tersebut dari dongeng yang dibacakan oleh Ibunya sebelum tidur. Dan terus melekat dalam asumsi Yeji hingga kini.

Bahkan ia semakin benci ketika Jeno seringkali memberikan bunga pembawa kesialan itu padanya, karena ia percaya bahwa hubungannya dengan Lee Jeno akan berakhir menjadi sebuah kutukan layaknya mitos bunga tersebut.

"Lalu mengapa dulu kau menerimanya jika kau tak suka!?" balas Jeno ikut meninggikan suaranya.

Yeji pun sedikit terkejut karena ia bisa merasakan sedikit amarah yang pemuda itu rasakan. Tapi, gadis itu memilih untuk egois dengan berdecak pelan.

"Bunga itu selalu membawa berkah untukmu, kau tahu? Bunga itu yang selalu mengantarkanmu pada keberuntungan--"

"Tidak!" potong Yeji cepat. "Bunga itu pembawa sial! Kau takkan pernah paham, kau hanya mempercayai obsesi bodohmu itu!"

Jeno semakin tersulut setelah mendengar Yeji mengatai dirinya bodoh. "Tidak ada bunga pembawa sial! Berhentilah mempercayai mitos murahan itu!"

"Kau lah yang tidak pernah percaya dengan perkataanku, Jeno-ssi. Bunga itu kutukan! Aku sudah memberitahumu sejak awal!"

"Tapi hidupmu baik-baik saja sampai di detik ini, kutukan apanya!?" balas Jeno makin sarkas. "Kau hanya terlalu kuno karena percaya pada mitos seperti itu Yeji-ssi!"

UNIVERSE PROJECT --LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang