Empat Belas

18 8 0
                                    

Happy reading🖤

***

Tak terasa sebentar lagi ujian kenaikan kelas. Para murid mulai menyibukkan diri untuk mengisi ruang yang menurut mereka kosong dalam otak. Tak terkecuali Natasya dan yang lainnya. Kini, mereka tengah belajar bersama di perpustakaan sekolah. Tidak, hanya Natasya, Alden, Ezra, dan Via yang belajar. Sedangkan Farhan dan Velli sibuk dengan urusan masing-masing.

"Kalian kalau nggak niat buat belajar mending balik ke kelas sana!" kesal Ezra.

Velli melihat ke arah Ezra lalu memperlihatkan gigi putihnya yang rapi. "Iya iya, ini juga mau belajar kok." Velli pun memasukan handphonenya ke saku rok dan mulai membaca buku.

Namun mata gadis itu melirik ke arah Farhan yang masih saja asik dengan game di handphone miliknya. Tangan Velli yang memegang buku kini digunakan untuk merebut handphone milik Farhan, membuat sang pemilik handphone membulatkan mata tak percaya.

"Woy, kalah nanti itu!" teriak Farhan secara reflek.

Velli mengantongi handphone Farhan lalu menatap cowok itu tajam. "Belajar! Jangan main game mulu. Nilai anjlok baru tau!"

"Hilih, kamu aja yang nggak tahu, aku itu—"

"Diam!" Perkataan Farhan terhenti ketika Natasya dengan cepat memotong.

Kini mata elang Natasya menatap tajam Farhan membuat nyali yang ditatap menciut seketika. Temannya yang lain hanya sibuk menahan tawa melihat raut Farhan yang takut pada Natasya.

Ia menghela napas kasar berdiri dari duduknya dan pindah dua meja dari meja awal. Alden menatap Farhan tajam. "Gara-gara kamu, nih," ucapnya dengan tatapan yang tak lepas dari Farhan.

Via dan Ezra hanya menggelengkan kepala melihat tingkah teman-teman mereka. Mereka rasa hanya mereka berdua yang waras disini. Via, Velli, Ezra, dan Farhan melanjutkan belajar mereka sedangkan Alden menghampiri meja Natasya.

"Kamu marah?"

Natasya tidak menjawab, tidak juga melirik. Hanya fokus pada buku yang sedari tadi tidak lepas dari genggaman tangannya. Alden hanya menghela napas dan ikut duduk di samping Natasya lalu membaca buku kembali.

Keadaan hening sesaat. Sebelum keheningan itu dirusak oleh lalat pengganggu, yang datang tak diundang dan nanti akan pergi tanpa diantar. Suaranya yang super itu hampir saja membuat perpustakaan sekolah hancur lebur.

Pengawas perpustakaan sekolah terpaksa menyuruh mereka keluar karena terlalu ribut untuk murid lain yang juga sedang belajar. Yang pertama karena Farhan dan Velli tidak bisa diam, dan sekarang makhluk yang mengejar Alden.

"Aurel, kamu bisa jauh-jauh dari aku, nggak?" ucap Alden yang risih karena Aurel terus menerus menempel padanya.

"Aku nggak bisa jauh dari kamu, soalnya kamu itu matahari bagi aku," ucap Aurel sambil tersenyum.

Farhan memasang lagak seolah ingin muntah saat suara centil Aurel yang mengatakan hal tersebut masuk ke dalam telinganya. "Siilnyi kimi itu mitihiri biit iki," ucap Farhan mengulangi kata-kata Aurel dengan di buat-buat.

Aurel menatap Farhan sinis yang tak dihiraukan oleh pemuda itu. Natasya hanya memutar bola matanya malas melihat pemandangan di depan matanya. Ia membalikkan badan berniat meninggalkan mereka di depan perpustakaan.

"Nata! Kamu mau kemana?" Natasya berbalik sambil menatap Velli.

"Pergi."

"Sya, aku ikut." Natasya menatap Alden yang baru saja berbicara. Tidak ada jawaban, Natasya pergi meninggalkan mereka dengan Via dan Velli yang mengikuti.

Alden yang lengannya masih dipeluk Aurel ingin mengejar Natasya namun cekalan tangan Aurel menguat. Ia menyentak kasar tangan Aurel membuat sang pemilik tangan terkejut.

"Kamu kok gitu sih sama aku." Farhan bergidik ngeri mendengar suara Aurel.

"Jijik anjir dengernya." Tangannya merambat memeluk lengan Ezra namun langsung di tepis oleh sang pemilik tangan.

"Nggak usah pegang-pegang. Itu juga lidahnya mau dipotong?" Farhan hanya menyengir.

Tidak ingin meladeni Farhan, Ezra mendekat pada Alden yang tengah kesusahan menjauhkan Aurel dari dirinya. Farhan mengikut lalu berdiri di sebelah kiri Alden yang di sebelah kanannya terdapat Ezra. Di depan mereka Aurel berdiri sambil tersenyum manis.

"Kamu bilang kamu mataharinya Alden?" Aurel hanya mengangguk.

"Kalau begitu kamu harus jauh-jauh dari Alden." Gadis itu mengerutkan keningnya bingung, "Kok gitu? Aku harus selalu dekat dengan Alden, kalau aku jauh dari dia, hidup Alden bakal gelap gulita dong? Secara kan aku matahari di hidup Alden," ucap Aurel.

Farhan tersenyum miring, "Kamu mikir nggak, apa jadinya kalau bumi sama matahari saling berdekatan? Yang ada Alden malah jadi gosong kalau deket-deket matahari. Apalagi mataharinya modelan kayak situ," ucap Farhan sinis lalu melangkah pergi. Tak lupa menarik lengan Alden agar tak di culik oleh makhluk yang membuat tekanan darahnya naik.

• COOL GIRL •

Duduk dengan tatapan kosong seperti sekarang bukanlah hal yang biasa dilakukan oleh seorang Natasya. Tapi itulah yang sedang dilakukan gadis itu sekarang. Duduk sambil memandang hamparan langit biru yang membentang luas di angkasa.

Tiba-tiba pikirannya melayang pada kejadian di depan perpustakaan tadi. Dimana Aurel memeluk lengan Alden tanpa ada perlawanan dari si pemilik lengan. Ia menggelengkan kepalanya beberapa kali sambil mengusap wajah frustasi. Ada apa dengan dirinya? Tidak biasanya ia seperti ini.


Sibuk tenggelam di dalam lamunannya, Natasya tidak menyadari jika ada seseorang yang melempar sesuatu ke arah dirinya. Benda itu tepat mengenai kepala Natasya. Gumpalan kertas.

Natasya mengambil gumpalan kertas itu lalu membukanya.

"Kamu tidak bisa membohongi perasaan mu sendiri."

-NG-


• COOL GIRL •


Minggu kemarin gk update soalnya si Oren ngambek gk tau knp :)

Btw ada yang penasaran siapa NG?🤔

Pantengin aja ceritanya yah hehe.

Jangan lupa vomment 🤩

REVISI
Rabu, 28 Desember 2022

Cool GirlOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz