[ Renaître Series #3 ]
Siapa yang tidak mengenal sosok Giselle?
tokoh seorang gadis dalam drama theater ballet 'Giselle'. seorang gadis desa naif yang menjalin hubungan cinta dengan seorang bangsawan. kisah cinta bak cerita negeri dongeng, semuanya...
Lemak di pipinya bergerak, ia menganggukkan kepalanya kepada sang ibu dengan wajah menggemaskan miliknya. Sang ibu tertawa melihat tingkahnya dan mencubit pipi kanannya dengan gemas.
"Putra ibu memang tampan."
"Apakah, aku seperti ayah?"
"Ya, kau persis seperti ayahmu."
"Apakah ayah tampan?"
"Sangat tampan." Ibunya kembali menarik tangannya. "dan juga hebat. Seperti yang ada didalam cerita dongeng."
Xander kecil tidak pernah tahu, bahwasanya sang ibu menyimpan kisah pilu dibalik senyum lembutnya itu.
Ia hanya mengikuti sang ibu, memasuki istana dengan interior mewah itu. Jauh lebih besar dan tentunya lebih luas dari gubuk kecil milik mereka ditengah hutan sihir. Mata biru langitnya berbinar cerah melihat setiap sisi sudut istana.
Saat itu, para rakyat diperbolehkan memasuki halaman istana, karena kaisar akan memberikan hadiah pada mereka sebagai bentuk puji syukur nya kepada yang maha kuasa karena telah memberikannya seorang putra dari rahim permaisuri. Itu sebabnya Xander kecil dan ibunya rela mengantri, demi bertemu dengan kaisar yang kini terlihat diujung mata.
Dengan mahkota emas berhiaskan berlian, dan tentunya jubah merah berbulu putih yang menambah kesan mewah khas seorang kaisar pada dirinya.
"Apakah itu ayah?"
"Ya. Itu ayahmu."
Sang ibu tersenyum hangat sembari mengangkat tubuh kecilnya dalam dekapan. "Mari kita temui yang mulia setelah ini."
Xander kecil menganggukkan kepalanya dengan polos. Ia tidak pernah tahu, bahwa sikap kekanakan nya itu akan berubah setelah menginjakkan kaki sebagai seorang pangeran dari seorang selir simpanan kaisar.
Seperti kisah dongeng.
Bermula dari sang Ibu yang kini bertatap muka dengan sang kaisar yang terlihat terkejut dengan kehadirannya ditempat itu.
"Yang mulia. Salam bagi matahari kekaisaran."
"K...kau?"
Wajah lembutnya terlihat sendu, terlihat aneh bagi Xander yang hidup berlimpah dengan kasih sayang darinya sedari kecil. Kini wajah itu terlihat lebih terkesan sedih dibanding sebelumnya.
"Putraku." Ia mengangkat nya kehadapan sang kaisar yang kini terlihat diam seolah menahan rona terkejutnya. "Xander, katakan salam pada yang mulia."
"Ayah?"
"Putraku?" Kaisar terpaku, menyadari kemiripan yang dimiliki oleh bocah cilik dalam dekapan Irish, wanita yang pernah menolongnya saat tersesat dihutan dulu. Wanita yang mengambil salah satu tempat dihatinya. Wanita yang pernah ia cintai. "Dia... Putraku?"
"Xander. Berkati dia dengan restu mu, yang mulia."
Irish, wanita berstatus 'ibu tanpa suami' itu tersenyum getir. Membuat beberapa orang yang ada dibelakangnya menatapnya heran, seolah bertanya-tanya. "Hubungan apa yang rakyat jelata ini miliki dengan kaisar?" Tapi keduanya tidak mempedulikan.
Sebaliknya, kaisar malah memanggil pria dibelakang nya dengan cepat.
"Grand Duke Ivory. Bawa wanita ini, keruangan ku."
"Baik, yang mulia."
Xander kecil hanya bisa menatap sang ayah yang tersenyum seolah menerima kehadirannya dengan bahagia. Aneh memang. Tapi itulah yang Xander rasakam ketika melihat netra biru sang kaisar menatapnya dengan rona kebahagiaan.
Kini ibu dan anak itu duduk dengan beberapa mainan kecil didalam ruangan yang didominasi oleh bau tinta hitam yang pekat. Beberapa rak buku besar terlihat memenuhi ruangan dengan sofa empuk yang terletak berdekatan dengan jendela besar yang terbuat dari kaca.
Xander menatap keluar, dengan mainan ditangannya, ia melihat seorang wanita dengan perut buncit tengah menyendiri disebuah taman dibawah ruangan itu. "Ibu." Panggilnya. "Siapa wanita gendut itu?"
"Xander, jaga ucapan mu pada permaisuri. Dia adalah ratu."
"Ratu?" Xander mengernyitkan dahi. "Apa itu?"
"Dia adalah istri dari kaisar."
"Kaisar?" Sosok yang muncul dikepalanya adalah sang ayah dengan mahkota emasnya. "Apakah itu ayah?"
"Ya, dia adalah ayahmu."
"Tapi bukankah, itu berarti ibu adalah permaisuri ayah? Kenapa ayah punya permaisuri lain selain ibu?"
Ibunya terdiam, tidak dapat menjawab dan hanya tersenyum tipis sembari mengangkat tubuhnya untuk kembali kepada mainan-mainan kecil dikarpet berbulu.
Hingga pria berambut hijau yang semula mengantar mereka kemari lalu pergi, kini muncul kembali dari balik pintu.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, kaisar kini memasuki ruangan itu. Memeluk erat ibunya dan kemudian menangis sembari menggenggam erat kedua tangannya. Xander tidak mengerti apa arti dari suasana haru tersebut. Bahkan ia tidak mengerti dengan apa yang ayahnya sebutkan padanya.
"Maafkan aku Irish, maafkan aku putraku."
"Karena meninggalkan kalian sendirian disana."
"Aku janji akan menebus semuanya."
"Putraku akan menjadi pangeran, dia akan di akui sebagai anakku. Tidak peduli apa statusmu, Irish."
Ibu tersenyum dan membawa Xander dalam pelukan hangat keduanya.
Xander tidak pernah tahu, arti dari semua ini. Seolah ada yang salah. Seolah hidupnya berubah dalam semalam, adalah sebuah kesalahan fatal.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.