Bab 13 - Mencoba Berlari ... dan Jatuh

921 135 19
                                    

Mencoba Berlari ... dan Jatuh

"Jadi ... kamu mau belajar sambil jadi baby sitter?" tanya Danita sembari melirik Axel yang sedang disuapi sarapan oleh Ramli.

Ramli mengangguk. "Aku masih harus kerja beberapa lagi jadi baby sitter-nya Axel."

"Kenapa? Kamu kan, nggak perlu bikin aku ilfeel lagi sekarang," sebut Danita.

"Emang enggak, tapi kan, aku numpang di apartemen Awan," beritahu Ramli.

"Tapi, kamu kan, udah bisa pulang ke rumahmu sekarang," ucap Danita.

Ramli menggeleng sedih. "Waktu itu, Nyak udah nyoret namaku dari Kartu Keluarga."

Danita tertawa. "Pasti ibumu cuma bercanda."

"Aku lihat sendiri, kok, namaku dicoret pakai spidol sampai nggak kelihatan lagi di Kartu Keluarga," Ramli membeberkan.

Tawa Danita perlahan berhenti, berganti dehem canggung. "Nanti biar aku bantu urusin bikin Kartu Keluarga baru. Nanti kalau udah ada Kartu Keluarga baru dan namamu ada di sana, kamu mau pulang, kan?"

Ramli mengangguk. "Tapi, aku harus belajar tentang apa aja, nih? Aku dulu sekolah sama kuliah aja nggak paham apa yang aku pelajari. Pas kuliah, Awan yang selalu bantu aku ngerjain tugasku. Aku bahkan nggak ingat apa judul skripsiku."

Danita mendengus pelan.

"Kamu barusan ngeledek aku karena aku bodoh, kan?" sebut Ramli.

Danita berdehem dan menggeleng. "Banyak kok, orang yang aku kenal nggak ingat judul skripsinya. Bukan hal aneh."

"Kamu serius?" tanya Ramli.

Danita mengangguk. "Jadi, kita bisa mulai belajar tentang susunan organisasi Be Wonderland dan grup Brahmana."

Danita mengeluarkan setumpuk berkas dari koper yang dibawanya. Tadinya, Ramli pikir wanita itu mau ikut pindah di apartemen ini, ternyata koper itu berisi berkas-berkas untuk bahan belajar Ramli.

Danita memberikan sebuah berkas tebal pada Ramli, kemudian dia menyalakan video di laptop yang dibawanya.

"Oke, kita mulai dulu dari pemilik grup Brahmana, yaitu kakekmu. Dari situ, kita lanjut ke dewan pengawas dan dewan direksi di kantor pusat," terang Danita.

Ramli mendengarkan Danita sambil menatap laptop dan berkas yang diberikan Danita tadi bergantian, sementaranya tangannya bergerak menyuapi Axel. Meski Ramli tidak begitu paham, tapi dia berusaha untuk terus mendengarkan. Hingga tiba-tiba Danita berhenti menjelaskan dan menatap Ramli.

"Apa?" tanya Ramli bingung. "Aku dengerin kamu, kok."

Danita mengedik ke mangkuk di tangan Ramli. Ramli menunduk dan terkejut melihat mangkunya sudah kosong, sementara tangan Ramli yang mengangkat sendok tanpa penumpang itu, tak memiliki tujuan karena Axel sudah asyik bermain di kolam bola.

"Ini bukti kalau aku dengerin kamu," terang Ramli. "Sampai aku nggak fokus nyuapin Axel."

Danita mengangguk. Wanita itu sudah akan melanjutkan, tapi Ramli mengangkat tangan menahannya.

"Istirahat bentar. Aku harus mandiin Axel," ucap Ramli.

Danita melongo.

"Nggak boleh, ya?" tanya Ramli.

"Boleh, kok," jawab Danita. "Kamu mandiin Axel dulu, deh."

Ramli mengangguk, lalu pergi menghampiri Axel dan berusaha membujuk anak itu mandi. Setidaknya butuh waktu lima belas menit sampai akhirnya Axel mau diajak mandi setelah Ramli membujuknya dengan pelampung bebek. Maka, sementara Ramli melepas pakaian Axel, ia meminta bantuan pada Danita untuk meniup pelampung bebek Axel.

Ada gunanya juga Danita di sini.

***

Setelah membuat Danita meniup pelampung bebek, Ramli juga membuat Danita menyiapkan handuk, lotion, minyak telon, dan lain-lain di kamar tidur. Bahkan setelah Danita menyiapkan semua itu, Ramli dengan tanpa dosanya berkata,

"Enak ya, ada kamu di sini. Kerjaanku jadi lebih ringan karena ada yang bantuin."

Danita hanya membalas dengan senyum yang dipaksakan. Danita harus mengalah, mengingat Ramli juga sudah mau belajar.

Mereka akhirnya melanjutkan pelajaran mengenai susunan organisasi di grup Brahmana. Sekitar jam sepuluh, Axel rewel meminta snack. Ramli memberikan snack pada Axel, tapi setelah habis tiga potong snack, Axel masih rewel. Ia bahkan menolak snack. Akhirnya Ramli membuatnya susu untuk Ramli.

Danita mulai menjelaskan tentang anak-anak perusahaan sementara Ramli berbaring miring di samping Axel sambil memegangi botol susunya dan menggunakan lengannya untuk bantal Axel. Di tengah penjelasan Danita tentang keluarga baru grup Brahaman, taman hiburan Be Wonderland, Danita merasa suasananya mendadak begitu hening.

Danita menoleh dan melihat Axel sudah tidur dengan botol yang sudah kosong masih menyumpal mulutnya, sementara Ramli yang memegangi botol kosong itu juga sudah lelap di samping Axel. Danita menghela napas melihat itu.

Tatapan Danita kembali pada gambar Be Wonderland di layar laptopnya. Bisakah Ramli memimpin Be Wonderland? Atau justru pria itu akan menghancurkannya?

Danita tak peduli pada Ramli, tapi ia jadi mengkhawatirkan Brahmana. Bagaimana jika Brahmana mendapat masalah karena Ramli? Danita kembali menghela napas dan menggeleng. Danita harus memastikan Ramli tidak membuat masalah untuk Brahmana,. Danita ada di samping Ramli untuk memastikan itu, dan itu yang akan ia lakukan.

***

Ramli tidak tegang ketika diberitahu akan menghadiri pesta di mana dia akan diperkenalkan sebagai cucu Brahmana sekaligus CEO Be Wonderland. Namun, Ramli keder juga ketika melihat banyaknya orang di grand ballroom hotel anak grup Brahmana itu.

Ramli duduk di meja bundar di deret paling depan, dekat panggung. Di meja itu, selain dirinya ada Danita dan kakeknya. Hanya mereka bertiga. MC kemudian memanggil kakek Ramli untuk naik ke panggung. Sebentar lagi, tiba giliran Ramli untuk naik ke panggung. Ramli menggerak-gerakkan kakinya karena gugup.

Danita yang duduk di sebelahnya tiba-tiba mendaratkan tangan di paha Ramli, menghentikan gerakan kaki Ramli.

"Jangan takut. Ada aku di sini," ucap Danita.

Ramli mengangkat dagu angkuh. "Siapa yang takut? Aku kebelet, tahu," Ramli beralasan.

Danita mengerjap. "Tahan sebentar. Nanti setelah kamu turun dari panggung dan salaman sama beberapa orang, aku antar kamu ke toilet."

Ramli mendadak jadi benar-benar ingin ke toilet. Saking gugupnya. Danita tidak membantu sama sekali.

Pikiran Ramli teralihkan ketika terdengar gemuruh tepuk tangan di ruangan itu. Lalu, Ramli merasakan Danita menarik tangannya agar ia berdiri. Didengarnya, kakeknya menyebutkan namanya dengan lengkap. Ramli Alamsyah Brahmana. Itu adalah saat di mana Ramli harus naik ke panggung.

Namun, karena Ramli terlalu gugup, ia tersandung kakinya sendiri ketika akan naik ke panggung. Ramli sendiri terkejut karena ia jatuh di sana. Ramli menatap ke arah para tamu dan melihat mereka tampak menahan tawa, sebagian tertawa tanpa suara, sebagian saling mendekatkan kepala dan seperti membisikkan sesuatu, lalu tersenyum meledek.

Pandangan Ramli pada orang-orang itu tertutup oleh sosok Danita yang sudah membungkuk di depannya dan memegangi lengannya dengan erat, membantu Ramli berdiri.

"Jangan lihat mereka," Danita berkata. "Lihat aku."

Ramli yang sudah berdiri dan tadinya hendak menatap ke arah para tamu, seketika menunduk menatap Danita mendengar kata-kata wanita itu.

"Kamu Ramli Alamsyah Brahmana. Apa pun yang mereka lakuin, itu nggak bisa ngubah kenyataan kalau kamu adalah Ramli Alamsyah Brahmana. Satu-satunya cucu Brahmana pemilik grup Brahmana."

Ramli tak tahu, menjadi seorang cucu Brahmana akan membuatnya menjadi semenyedihkan ini.

***

Marry Me If You Dare (End)Where stories live. Discover now