Bab 8 - Kencan

1K 149 54
                                    

Kencan

Sore itu, ketika Ramli akan pulang setelah jam kerjanya sebagai baby sitter selesai, ia mendapat telepon dari Danita. Ramli yang panik langsung berteriak memanggil Awan yang sedang berada di kamar dengan Axel yang baru selesai dimandikan Ramli.

Awan muncul tergopoh-gopoh dengan Axel di gendongannya. "Apa, apa?" tanya Awan.

"Danita telepon," beritahu Ramli.

"Ya, angkat, lah!" sembur Awan.

Ramli mengangguk dan mengangkat teleponnya. "Maaf, salah sambung," ucap Ramli, lalu dia menutup sambungan telepon.

Awan melongo menatapnya, Axel melongo, Ramli juga ikut melongo.

"Ngapain lo tutup, Bego?!" omel Awan.

"Hooo ..." Axel ikut berbicara.

Awan terkejut. "Yang itu nggak usah diikutin, Sayang," Awan berbicara pada Axel. "Bisa dibunuh Papa sama mamamu nanti."

Axel tertawa dan bertepuk tangan. Ramli mau ikut tepuk tangan, tapi dipelototi Awan. Saat itulah, ponsel Ramli kembali berbunyi. Ramli melotot kaget ketika melihat tulisan 'Psikopat' muncul di layar ponselnya. Nama kontak Danita di ponselnya. Ramli baru menggantinya semalam.

"Lo namain dia Psikopat?" Awan terdengar shock.

"Biar gue selalu waspada," jawab Ramli. "Ini gimana, nih? Matiin aja? Apa gue banting aja HP-nya?"

"Angkat, lah! Yang benar kalau ngomong. Ngomong salah sambung lagi gue lempar lo dari jendela!" ancam Awan.

Ramli akhirnya mengangkat telepon dari Danita dan menyalakan mode loud speaker. "Halo?" sapa Ramli.

"Jangan ditutup lagi. Aku nggak salah sambung, aku nelepon kamu." Suara wanita itu terdengar galak.

"Ke-kenapa?" Ramli tergagap.

"Kamu di mana sekarang?" tanya wanita itu.

"Aku ... di apartemennya Awan."

"Ngapain?"

"Baru pulang kerja."

"Kerja?"

"Jadi baby sitter sementara Axel, anaknya Awan," beritahu Ramli.

Terdengar dengus meledek.

"Jangan ngeledek. Nggak baik ngeledek pekerjaan orang lain."

"Aku cuma kasihan sama anak yang nggak bersalah itu. Salah apa dia sampai punya baby sitter yang nggak bisa kerja kayak kamu?"

"Kamu nelepon cuma mau ngata-ngatain aku, kan? Sengaja mau bikin aku kesal biar aku mutusin perjodohan itu duluan, kan?" tuduh Ramli.

"Aku mau ngajak kamu jalan. Kirim alamat apartemen tempat kamu berada. Aku ke sana sekarang."

Lalu, telepon ditutup. Awan bengong di tempatnya, Axel bengong, Ramli juga.

"Asli, nih cewek pasti gengnya Adel. Ngeselinnya mirip!" sembur Ramli kemudian.

"Kamu bilang apa barusan?"

Suara itu membuat Ramli kaget sampai ponselnya terlempar dan jatuh ke lantai. Makin retak deh, tuh ponsel malang. Namun, bukan itu kekhawatiran Ramli, melain sosok pemilik suara mengerikan tadi. Adelia Wiratmadja yang Terhormat.

"Kamu tadi bilang apa?" tanya Adel. "Coba ulangin."

"Nggak, Bu." Kan, kumat lagi manggil 'Bu'. Ramli menjawab sembari berlutut. Bukan, bukan untuk minta ampun, tapi untuk mengambil ponselnya yang jatuh. "Gue balik dulu, Bro," pamit Ramli.

Marry Me If You Dare (End)Where stories live. Discover now