Bab 11 - Membujuk Bocah

911 132 8
                                    

Membujuk Bocah

"Kamu beneran mau nurutin semua permintaanku?" Ramli menyipitkan mata curiga pada Danita.

Danita mengangguk. "Aku akan nurutin semua permintaanmu asal kamu mau pulang."

Ramli melipat lengan di dada, lalu menyilangkan kaki, dan mengangkat dagu angkuh dari sofa di seberang tempat Danita duduk. Ingin rasanya Danita mengalungkan lengan ke leher pria itu, lalu mempraktekkan headlock di sana.

"Kamu benar-benar akan nurutin semua permintaanku? Semua-muanya?" tantang Ramli.

Danita mengangguk. "Semua-muanya," ia mengulangi dengan mantap.

Ramli manggut-manggut. "Oke. Kalau gitu ..." Ramli menoleh pada Wiki, "sekarang jam berapa?"

Wiki melihat jam tangannya. "Jam setengah enam."

"Nah, waktunya pas buat masak makan malam. Kebetulan aku juga udah lapar dan belum tahu mau makan apa buat makan malam. Jadi, kamu bisa masakin makan malam buat aku." Ramli tersenyum puas setelah mengatakannya.

Memasak makan malam? Apa sebaiknya Danita memberi sianida pada makanannya? Menggoda sekali.

"Tapi, emangnya Danita bisa masak?" tanya Adel yang baru keluar dari kamar tidur dengan menggendong Axel yang sudah bangun.

Ramli menatap Danita. "Kamu bisa masak?"

"Bisa," jawab Danita.

Ramli manggut-manggut puas. "Bagus. Sekarang kamu masak makan malam buat aku."

"Ada menu yang kamu mau?" tanya Danita.

Mata Ramli berbinar. "Kamu bisa masakin apa pun yang aku mau?"

Danita mengangguk. "Apa pun, selama ada bahan-bahannya."

Ramli menoleh pada Awan. "Kulkas di sini kosong. Di apartemen lo yang satunya ada apa aja?"

Awan menghela napas kesal. "Minta sama Adel sana kalau berani!"

Ramli tampak takut-takut menatap Adel, lalu menatap Danita. "Kamu yang minta sama Adel," perintahnya pada Danita.

Danita akhirnya menatap Adel. "Boleh aku minta bahan makanan dari dapurmu?" tanyanya.

Adel menganggu santai. "Ayo ke apartemenku," ajak wanita itu.

"Ambil bahan makanan yang banyak," ucap Ramli dalam desisan pelan ketika Danita berdiri.

Sungguh, Danita tak bisa membayangkan masa depannya jika dia benar-benar harus menikah dengan Ramli.

Danita akhirnya meninggalkan apartemen itu bersama Adel dan pergi ke apartemen Adel. Apartemen Adel tampak lebih luas dan lebih mewah. Lebih rapi juga. Melihat di apartemen tadi ada banyak mainan anak-anak, sepertinya apartemen itu dijadikan taman bermain untuk Axel.

"Kamu beneran bisa masak?" tanya Adel ketika mereka memasuki dapur.

Danita mengangguk. "Bisa."

"Masakanmu enak?" tanya Adel lagi.

Danita tak menjawab.

Adel yang tahu arti tanggapan Danita itu malah tergelak puas. "Kamu ambil aja apa yang kamu butuhin. Aku tinggal, ya? Mau ganti popoknya Axel."

Danita mengangguk. "Makasih."

Adel tersenyum geli. "Aku yang makasih," ucapnya. "Tapi, nanti suamiku jangan boleh ikut makan, ya? Aku nggak tega."

Danita meringis dan hanya menjawab dengan anggukan.

***

Ramli memperhatikan Danita yang tampak sibuk di dapur. Wanita itu tampak santai ketika memasak. Ia memasukkan berbagai bahan masakannya ke penggorengan tanpa ragu. Memberi bumbu, memasaknya sebentar, lalu menghidangkannya di piring.

Marry Me If You Dare (End)Where stories live. Discover now