Bab 19 - Miss Independent

899 129 23
                                    

Miss Independent

Ketika Danita tiba di ruang kantor Ramli, dilihatnya pria itu duduk di sofa dengan dua kaki terangkat ke arah AC.

"Kamu udah sampai?" tanya pria itu.

Danita melihat telapak kaki Ramli yang tampak merah-merah, lalu ia melepaskan sepatu Ramli di dekat pria itu.

"Kamu nggak perlu ngelakuin hal kayak tadi lagi," tegas Danita. "Aku baik-baik aja."

"Kakimu lecet, tahu!" sembur Ramli.

"Aku tahu. Dan aku udah biasa. Itu bagian dari tugasku," balas Danita.

Ramli menurunkan kakinya dan menatap Danita bingung. "Kaki terluka itu bagian dari tugasmu?"

"Maksudku bukan gitu ..."

"Kalau bukan gitu ya, jangan bilang gitu, kan aku jadi salah paham," rengut Ramli. "Hampir aja aku ngelaporin Kakek ke KPAI."

"Kenapa KPAI?" tanya Danita bingung.

"Kan, kekerasan ke anak," jawab Ramli dengan entengnya.

Sudahlah. Kenapa juga Danita mengajak Ramli berbicara?

"Intinya, kamu nggak perlu ngelakuin hal kayak gitu buat aku. Aku bisa beresin masalahku sendiri. Mau kakiku luka, mau tanganku berdarah, itu bukan urusanmu, oke?"

Ramli mengerjap. "Kenapa?"

Kenapa? Jika Ramli bertanya seperti itu, bagaimana Danita harus menjawab?

"Jadi manusia itu harus saling tolong-menolong," ucap Ramli.

"Aku nggak butuh itu," tukas Danita. "Aku bisa ngelakuin semuanya sendiri."

"Semuanya?" tanya Ramli ragu.

Danita mengangguk kuat untuk menepis keraguan pria itu.

"Kalau gitu ... kamu bisa benerin lampu kamar mandi juga?" tanya Ramli.

Danita mengerutkan kening. "Kenapa?"

Ramli menunjuk kamar mandi di ruangan itu. "Lampu kamar mandiku mati. Tadi aku mau ke kamar mandi nggak jadi, deh."

Danita mendengus geli. Ia menghubungi sekretarisnya dari ponselnya, memintanya mengambil lampu baru untuk kamar mandi ruang kantor Ramli.

"Kamu beneran bisa gantiin lampu?" tanya Ramli takjub.

Danita mengangguk. "Sejak aku lulus SMA, aku tinggal sendiri di apartemenku dan aku harus ngurusin hal-hal kayak gitu sendiri."

"Kan, ada petugas apartemen juga," sebut Ramli.

"Aku nggak suka bergantung ke orang lain," tukas Danita. "Jadi, kamu juga nggak perlu repot-repot ngurusin masalah kakiku lecet atau sepatu yang aku pakai. Aku bisa urus semua itu sendiri."

Ramli tak menjawab dan hanya menatap Danita dengan tatapan aneh. Danita anggap jika pria itu sudah mengerti.

***

Danita benar-benar mengganti lampu kamar mandi dengan berpijak pada kursi kerja Ramli. Ramli menatap Danita dengan takjub, kagum. Danita benar-benar seperti babehnya yang jago mengganti lampu yang mati di rumahnya.

Setelah memasang lampu baru dan mengecek jika lampu itu bisa menyala dengan baik, Danita sudah akan turun dari kursi. Namun, tiba-tiba kursi itu berputar, membuat Danita hilang keseimbangan.

Ramli refleks maju untuk menangkap wanita itu. Meski dia berhasil menyelamatkan Danita yang nyaris melakukan pendaratan keras di lantai kamar mandi, tapi Ramli merasakan pantatnya sakit karena menghantam lantai dengan keras.

Marry Me If You Dare (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang