3. Ikatan Samar

306 46 301
                                    

Ada yang tak bisa kukatakan, meski hanya sebuah sapaan singkat. Kamu telah membatasi diri pada kenyataan di antara kita selama ini.

🌸

"Sial!"

Satu kata meluncur dari mulut Geren, setelah sambungan ponsel terputus. Ia kesal setengah mati karena harus menjalankan amanah dan menunda acara hangout bersama teman-temannya. Baru saja mamanya menelepon pada Geren perihal keberadaan adiknya yang belum kunjung pulang. Padahal waktu sekolah telah usai sekitar tiga jam lalu. Maka, dengan perasaan gelisah mama Geren tidak berhenti untuk menyuruhnya segera mencari adiknya itu. Meskipun Geren menolak, pada akhirnya ia tidak berdaya melihat mamanya yang mengomel tanpa henti.

"Ger, di cafe yang lain udah pada nunggu." Suara Sandi terdengar memanggil dari seberang mobil. "Ger! Oi!" Sandi terus berkoar berisik tapi tak berhasil juga.

Geren hanya melirik sesaat tanpa peduli. Lalu kembali fokus pada layar iphone-nya. Melakukan sambungan telpon beberapa kali. Sayang, tidak ada jawaban sama sekali dari nomor yang dituju melainkan suara operator yang terdengar. Hal itu membuat Geren berdecih kesal. Lantas ia mengetik sebuah pesan via WhatsApp, tidak begitu panjang. Hanya ada sederet kalimat yang cukup membuat si empunya bakal mengerut ciut. Sebab Geren saat ini tidak dalam mood baik, tinggal tunggu saja emosinya meledak.

"Ger, ayo. Eh ... mau ke mana lo?" tanya Sandi keheranan karena Geren langsung masuk ke dalam mobil dengan raut keruh.

"Gue nanti nyusul," pesannya singkat dan langsung tancap gas. Sehingga membuat mobil putih itu melesat hilang di tikungan jalan.

"Kenapa bocah itu? Semoga dia nggak bunuh orang."

Sandi menggelengkan kepala sendiri merasa ngeri. Sebab melihat ekspresi Geren barusan bisa ditebak, jika temannya sedang dalam masalah.

Geren tahu ke mana ia harus mengemudikan mobilnya pergi. Hanya ada satu tempat pasti di mana cewek yang dicarinya berada. Dengan mata menyala, Geren menatap jalanan penuh keyakinan dan semakin mempercepat laju mobilnya.

🌸🌸🌸

"Astaga!"

Zinni menegang sesaat ketika melihat notifikasi dalam ponselnya. Bahkan sampai netra Zinni membola lebar karena telah lalai dengan waktu. Mendadak ia gusar bukan kepalang, dan langsung menghubungi balik panggilan masuk tadi.

Nihil. Tidak ada jawaban.

Zinni berusaha menenangkan diri sambil menghirup napas dalam. Ia tahu pasti, apa yang akan dihadapinya.

Seorang yang amat Zinni khawatirkan sudah berdiri di samping plang sambil bersedekap tangan, menatapnya tajam. Saat itu juga jantung Zinni seakan mau copot hanya dengan melihatnya dari kejauhan. Aura kemarahan kental terasa dari sang kakak dengan alis yang menukik tajam.

Lantas begitu selesai berpamitan. Zinni mempercepat tungkainya dan berhenti tepat di depan cowok tersebut. Baru saja bibirnya terbuka, ia sudah dikejutkan dengan perintah mutlak.

"Masuk!"

Suara khas Geren berhasil menundukkan Zinni, sampai cewek itu hanya bisa menatap rumput basah di bawah sana. Tidak berani memandang lawan bicara.

Tanpa berlama-lama Zinni menurut masuk mobil. Tentu dengan perasaan tidak tenang. Kemudian, secepat kilat mobil putih tersebut meninggalkan tempat.

Langit semakin menghitam karena mentari tak lagi terlihat di ufuk barat, seperti hatinya yang ikut tenggelam dalam kekhawatiran tak berkesudahan. Zinni merasa gelisah sejak mereka berkendara tanpa sepatah kata pun. Padahal sudah lebih dari dua kilometer kendaraan itu melaju di jalanan ibu kota.

ZINNIA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang