KISAH SEBELUMNYA
Fathiya tak berkedip memandang Lintang yang masih menampilkan wajah penuh pengertian.
"Karena itu, sekali lagi aku tegaskan bahwa aku akan berjuang membuatmu mencintaiku. Sampai hari itu tiba, aku tak akan menyentuhmu selayaknya seorang suami kepada istrinya."
Tanpa sadar Fathiya meneteskan air mata.
Sesak terasa jika ingin mengusir lara, tapi dinding tak kasatmata selalu jadi penghalang.
"Selamat, ya!" Suara pria yang rendah dan familier terdengar. "Ternyata kamu sekarang sudah punya pendamping. Padahal, aku selalu merindukanmu." Ada senyum penuh kepedihan terpampang nyata di wajah tampannya.
Fathiya membisu. Tubuhnya bergetar hebat. Tanpa sadar wanita itu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Lintang tak menyadari keanehan itu karena tamu-tamu terus mendesak maju. Bahkan ketika pria itu mengucapkan selamat padanya, Lintang belum menyadari keanehan istrinya.
Tepat ketika rentetan tamu selesai, Fathiya terhuyung ke belakang. Kali ini Lintang cepat tanggap dan menahan tubuh istrinya sebelum jatuh ke lantai.
"Kamu kenapa?"
Tubuh Fathiya tak bisa berhenti bergetar.
"Kita ke belakang."
Dengan gerakan halus, tapi kuat, pria itu langsung menyelipkan tangannya ke bawah lutut dan menahan punggung Fathiya sebelum mengangkatnya ke atas.
Fathiya terlalu syok untuk bisa menolak. Dia hanya mengeratkan dekapannya. Suara napasnya memburu dan rasa ngeri menggerogoti seluruh akal sehat.
"Maaf, Pa, Fathiya mungkin kelelahan. Saya bawa ke belakang dulu." Lintang mengangguk sejenak dan melewati Fajar. Lintang juga sempat heran melihat Fajar berdiri sendirian tanpa Tanti di sisinya.
Fajar tanggap dan langsung bergerak ke arah mikrofon untuk memberikan pengumuman jika pengantin wanita kelelahan hingga harus beristirahat sejenak.
Sementara di ruang rias, ketua EO langsung menyediakan teh manis hangat dan beberapa camilan manis. Untungnya ada sofa memanjang di sana sehingga Fathiya bisa mengempaskan tubuhnya dengan nyaman.
YOU ARE READING
Fathiya x Labuhan Hati Antara Kau dan Dia
Romance[18+] Bijaklah Memilih Bacaan. Fathiya merasa, kekecewaan bertahun yang lalu telah merenggut semua tawa. Rasa malu akibat ditinggal calon suaminya, Raka, tanpa pamit, menggoreskan luka yang kini telah mengerak. Betapa pun wanita itu berusaha melupa...