Hari terus bergulir begitu cepat sampai tak terasa sudah hampir satu Minggu Raffa berada di Singapore menemani Bella.
Seperti saran yang sudah Diandra beri, ia tetap biasa saja seolah tak tahu apa-apa soal masalah yang tengah Bella dan Bima hadapi saat ini.
Namun setelah ia tunggu-tunggu Bima maupun Bella tak ada sedikitpun menyinggung tentang masalah ini padanya. Padahal ia rasa masalah ini cukup penting untuk segera dibicarakan.
Siang ini Raffa bersama Diandra tengah packing barang bawaannya karena sore ini dirinya dan Diandra akan kembali ke Indonesia.
"Di udah semua?" tanyanya memastikan tidak ada barang yang tertinggal.
Diandra mengangguk sambil memandangi ransel besarnya. "Yaudah gue mandi dulu ya abis ini pamit sama Bella."
Setelah itu keduanya kembali ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri.
**
Dengan berat hati Raffa dan juga Diandra berpamitan pada Bella dan juga Bima yang kini masih tetap stay di kamar rawat ini.
"Jaga diri baik-baik ya, maaf aku pulang dulu," ucap Raffa berpamitan pada Bella.
"Iya kamu juga hati-hati," jawab Bella dengan raut wajah dibuat baik-baik saja untuk menutupi perasaannya yang tidak rela Raffa pergi.
"Aku juga pamit Bel semoga lekas sembuh," ucap Diandra mengikuti.
"Tong gue titip Bella ya, awas jangan sampai lo tikung." Sebenarnya ucapan itu bukan sekedar gurauan semata, namun juga sebuah sindiran.
"Bawel lo!" Sahut Bima malas, karena ia kesal sudah dibangunkan secara paksa oleh Raffa tadi.
"Yaudah kita pamit dulu." Raffa mendekatkan bibirnya pada kening Bella dan mengecupnya lama.
"Cepat sembuh sayang," ucap Raffa tulus, namun Bella terlihat malu-malu karena biasanya Raffa mengucapkan kata "sayang" hanya untuk gurauan semata.
"Hmm ... penyakit remaja saat ini, belum ada status tapi udah sayang-sayangan." sindir Diandra sambil tertawa lepas.
"Diandra kalau sirik tuh bilang, gue tau kok lo juga pengen kan gue panggil sayang."
Diandra menirukan ekspresi orang mutah dan menggelengkan kepalanya. "Sory sory aja ya gue udah ada Albert yang siap manggil gue sayang!"
"Dihh bule bangkotan aja di banggain, mending gue nih masih muda juga masih kece. Ya nggak Bel?" Raffa menarik turunkan alisnya menggoda Diandra yang kesal karena pacarnya di hina.
"Heh! lo sama Albert jauh kali, Albert udah mapan lah lo masih merangkak." Diandra pun tak mau kalah dan membalas ucapan Raffa.
"Udah-udah kalian ini ya berantem mulu, nanti ketinggalan pesawat tau rasa." Lerai Bella.
"Aku sih nggak masalah Bel, kalau dia mah ketinggalan pesawat biar ngesot aja sampai Indonesia aku ridho aja."
"RAFFA!!" Diandra berteriak kesal sambil menjambak jambul Raffa kencang.
"Woy sakit! lepas Di sakit!"
"Berisik! Kalian berdua cepet pulang sana sebelum gue tendang dari sini!" Bima yang sedari tadi diam menahan kantuk nya di sofa kini mulai membuka suara.
"Iya-iya Bosque kita pulang dulu ya byeee!" Raffa langsung menarik tangan Diandra keluar kamar rawat Bella dan segera menuju airport.
Kini keduanya sudah berada di perjalanan menuju airport. Mereka yang tadi rame di kamar rawat Bella, kini mendadak sunyi penuh kebisuan karena sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Fa, gimana, Bima obrolin masalah tentang dia yang mau dinikahin sama Bella nggak?" tanya Diandra.
Raffa hanya tersenyum kecut dan menggelengkan kepalanya. "Gue nggak ngerti sama mereka, wajahnya kelihatan santai banget."
"Mungkin nunggu Bella mendingan, sebentar lagi kan Bella juga bakal dibawa balik ke Indonesia."
"Tapi kalau misal Bella Nerima pernikahan itu gimana Di?!"
"Nggak mungkin, Bella kan cuma cinta sama lo."
"Semoga ... " jawabnya setengah lesu.
****
Saat ini Raffa sudah sampai dengan selamat di Indonesia, bahkan dirinya sudah berada di depan rumah orangtuanya.
Dari airport ia sengaja naik taxi karena ia ingin membuat kejutan untuk keluarganya yang sudah beberapa hari ini uring-uringan karena sudah rindu dengan dirinya.
Raffa memcet bel rumahnya beberapa kali sampai akhirnya si cantik Jessi membukakan pintu untuknya dengan wajah berbinar.
"KAK FA!" Teriaknya dan langsung memeluk kakak lelakinya kuat.
"Jes kakak mau masuk dulu." Raffa berusaha melepaskan pelukan Jessi yang cukup kuat di tubuhnya.
Jessi merengut kesal karena respon kakaknya, padahal dirinya sudah kelewat kangen. "Kak Fa nggak kangen sama Jessi?"
"Kangen kok, tapi kakak mau masuk dulu, capek mau istirahat." Tubuhnya memang terasa remuk saat ini dan hanya membutuhkan kasur untuk merebahkan tubuhnya.
Raffa masuk kedalam rumahnya dengan Jessi yang membantu nya membawa koper.
Sesampainya diruang keluarga ia langsung menghampiri kedua orangtuanya yang tengah terduduk manis di sofa sambil menonton acara televisi, lalu mencium punggung tangan keduanya.
"Loh kok sudah pulang nggak bilang Papa?" tegur Briyan setengah terkejut karena Raffa yang tiba-tiba sudah berada di rumah.
"Kan mau kasih kejutan buat Jessi tengil," jawabnya sambil mencubit gemas Jessi yang kini sudah duduk di pangkuan Papanya.
"Auuhh!" Rintih Jessi.
"Bella gimana keadaannya Fa?" Tanya Nabilla.
"Katanya sudah lebih baik Ma tinggal pemulihan aja, tapi kondisi fisiknya jauh dari kata baik aku ngga tega lihatnya."
"Dia nerima kamu nggak?" Tanya Nabilla kembali, karena ia juga ikut was was sebenarnya kalau sampai Bella tidak menerima Raffa kemabali.
Raffa tersenyum dan mengangguk, membuat perasaan Nabilla ikut lega.
"Yasudah kamu bersih-bersih gih abis itu istirahat." Perintah Briyan yang langsung Raffa lakukan.
Setelah bersih dan segar ia merebahkan tubuhnya keatas ranjangnya yang nyaman. Lagi-lagi pikiran nya kembali melayang pada masalah Bella dan Bima, apa yang harus ia lakukan untuk membatalkan rencana pernikahan mereka?
Mungkin akan sangat berat saat harus melihat keduanya harus bersanding. Katakanlah dirinya akan sangat berlebihan saat sudah mencintai wanita, namun itulah kenyataannya saat ia sudah benar-benar jatuh cinta pada seseorang.
Di sini dirinya adalah orang paling egois. Dulu, saat dirinya bertemu kembali dengan Diandra apapun dilakukan sampai meninggalkan begitu saja seseorang yang benar-benar tulus padanya.
Sedangkan sekarang, saat Diandra telah benar-benar menolaknya, dengan segala kepercayaan diri dia melangkah maju dan kembali kepadaa Bella yang sudah ia abaikan perasaan nya dulu.
Andai saja Bella bisa kembali berfikir secara matang, mungkin kehadiran nya kembali di hidupnya tak akan di terima begitu saja.
Ia sadar sebenarnya, kalu dirinya sudah salah besar. Namun, apa daya? Rasa cinta nya sudah mulai tumbuh dan berkembang luas di hatinya.
Apapun yang terjadi nanti, ia akan mencoba berusaha untuk memperbaiki kesalahan nya dan mencoba terus memperjuangkan perasaan nya.
****
1600 vote 350 komen langsung update
Terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle Love
Teen FictionDULU BERJUDUL ABOUT MEMORIES! Kisah ini menceritakan tentang kisah cinta segitiga antara tiga orang sahabat. Konflik batin ketiganya pun cukup menguras perhatian pembaca. Hati boleh patah karena cinta, tapi persahabatan tak boleh rusak karena rasa...