29

13.1K 1.1K 116
                                    

          Bahkan derasnya hujan kalah dengan air matanya yang terus keluar dengan derasnya.
Beberapa menit yang lalu om dan tantenya menjelaskan tentang penyakitnya yang sebenarnya.

Entah ia harus sedih atau malah senang karena bisa cepat menyusul kedua orangtuanya yang lebih dulu meninggalkan nya.

Saat ini Bella tengah berdiri sendirian di balkon kamarnya dengan kondisi setengah basah karena terkena air hujan yang sangat deras. Ia tidak peduli dengan keadaannya saat ini, bahkan dinginnya angin malam yang menusuk tak ia rasakan lagi.

Bima yang baru saja masuk kedalam kamar Bella hanya memandangnya dari jauh, ia tau Bella akan syok berat.
Jika melihat Bella, bayangan adiknya terus menghantui nya. Itulah alasannya ia sangat peduli dengan kesehatan Bella.

Tidak tega melihat Bella yang sudah mulai menggigil ia mulai berjalan menghampiri nya.
"Bel masuk yuk, lo udah pucet banget."

Tak ada jawaban yang Bella berikan, hanya isakan tangis yang terdengar.

Tak tahan akhirnya Bima langsung merengkuh Bella dalam pelukan nya, ia tau Bella sangat membutuhkan dukungan keras dari orang terdekat nya.

Bella menangis kencang di pelukan Bima, ia menumpahkan semua keluh kesahnya disana. Untuk saat ini hanya Bima yang bisa membuatnya tenang.

Bima mengusap sisa air mata di wajah Bella dan menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya.
"Lo pasti bisa lawan penyakit lo, gue pasti bantu lo kok."

"Makasih Bim."

"Yaudah masuk yuk."

Bella duduk di atas ranjangnya, sedangkan Bima mengambilkan handuk kering untuk Bella.

"Bim." Panggil Bella pelan.

"Iya Bel?"

"Gue boleh minta tolong?"

"Minta tolong apa?"

"Jangan kasih tau Raffa soal ini semua, gue nggak mau Raffa cemas."

Bima hanya mengangguk. "Gue tau lo belum bisa lupain dia kan Bel, kenapa sih lo harus berhenti?"

"Gue nggak pantes sama Raffa, gue penyakitan sekarang." Ucapnya sambil tertawa miris.

"Bilangin juga ke dia kalau udah dapet Diandra berhenti jadi playboy ya." Lanjutnya.

"Ini masa sulit lo Bel, kalau Raffa di deket lo pasti semuanya akan baik-baik aja."

"Gue lebih tenang kalau Lo yang ada disini. Gue udah nggak ngarepin dia lagi, bukan karena gue kalah tapi memang kita nggak ditakdirkan untuk bersama."

Mendengar perkataan Bella, Bima hanya terdiam seribu bahasa ia sendiri juga tidak tau harus menjawab nya apa.

"Besok gue jemput ya, kita ke dokter." Ucap Bima mengalihkan pembicaraan.

"Bolos lagi?"

Bima hanya mengangguk karena mereka harus datang pagi-pagi.

"Lo masuk aja Bim bentar lagi kita ujian, gue bisa sama Tante kok."

"Tante Lo nggak bisa Bel, kalau sama mama gue aja gimana? Mama gue lebih paham."

"Yaudah iya, thanks ya." Ucap Bella sangat tulus, karena Bima lah yang selalu peduli dengan keadaannya.

"Gue pulang dulu ya udah malam banget, nanti gue panggilan Amanda biar temenin Lo." Setelah itu Bima berjalan keluar kamar Bella dan pulang kerumahnya.

***

Pagi-pagi Raffa sudah kelimpungan mencari Bella karena ia akan memberikan sesuatu untuk nya.
Bima yang baru saja datang langsung dihadangnya di depan pintu kelas.

Triangle LoveWhere stories live. Discover now