15

16.4K 568 14
                                    


                         Part 15

Langit di sore hari mulai terlihat gelap. Namun itu tidak mengurungkan niat Elvansa untuk menemui Elmira di rumah. Elvansa mengenal jalan menuju ke rumah Elmira. Tidak membutuhkan waktu satu jam mobil Elvansa sudah terparkir di depan halaman Rumah Elmira. Keluarga yang sederhana itu di kejutkan kedatangan tamu yang tidak pernah di duga.

"Elvansa?" Elmira celingak-celinguk, melihat di sekitar takut ada tetangga yang melihat.

Elvansa diam seribu bahasa, dengan penampilan tidak seperti dirinya. Sampai Elmira menatap dia heran.

"Kau belum pulang? Pakaianmu?"

Ya, pakaian kerja Elvansa masih yang kemarin. Elmira mengetahui itu.

"Dimana kedua orang tuamu?"

"Kenapa menanyakan mereka? Apa ada masalah?" Elmira semakin tidak mengerti sikap aneh pria di hadapannya.

"Aku ingin menanyakan sesuatu yang penting, jika mereka tidak ada kau harus menjawab dengan jujur!" Ucap Elvansa memasang wajah datar.

"Mengapa kau menatap ku seperti itu? Ada apa dengan dia?" Gumam Elmira sembari mempersilahkan Elvansa masuk, dan menyuruhnya duduk di sofa yang warnanya sudah usang.

"Kau tidak memanggil orang tuamu?" Pinta Elvansa lagi.

Elmira meletakan cangkir kopi di meja, di depan tamunya. "Mereka tidak di rumah, mereka menghadiri acara pernikahan saudaranya di Banten."

Elvansa mengangguk paham. "Baiklah, aku tahu. Sebenarnya aku ingin menanyakan sesuatu padamu? Tetapi aku tidak tahu kau akan jujur menjawabnya? Atau mencoba menyembunyikannya? Tapi harapanku jujur!" Tatapan Elvansa tidak lepas dari reaksi Elmira di sampingnya.

"Kau selalu membuatku dalam kesulitan? Ucapanmu? Sikapmu? Dan tingkahmu selalu membuatku salah tingkah? Mengapa berbelit? Coba katakan!" Elmira siap memasang dua pendengarannya.

Elvanaa tidak bicara, namun dia mengeluarkan benda asing di saku celananya, benda itu langsung di letakan, di telapak tangan Elmira.

"Apa maksudnya ini?" Elmia kaget bukan main, setelah melihat dengan jelas benda itu adalah Tes peck! Tes ke
hamilan.

"Kau sudah memakainya?" Tanya Elvansa sorot matanya mengunci rekasi Elmira.

"Apa-apaan ini? Kau sungguh membeli barang seperti ini? Untuk apa Elvansa?" Tidak kuasa menahan gejolak di dada, Elmira meninggikan suaranya walau Sikap Elvansa tenang.

Elvansa menatap binar mata Elmira yang meremang, ia genggam kelima jari wanita itu sampai perasaan yang bergejolak tenang.

"Aku sudah tahu kebenarannya, tolong jangan menyembunyikan apapun lagi dariku! Ke hamilanmu tidak bisa melunturkan rasa sukaku terhadapmu! El! Aku ingin kau mengiayakan kau tengah berbadan dua?" Debaran di dada Elvansa makin berdegum seperti goong di tabuh.

Elmira merasa terpojok sekarang dia sulit menghindar dari pertanyaan pria ini? "Aku memang hamil! Ingin aku katakan semuanya, namun melihat betapa tulusnya perasaanmu, membuat aku mundur. Sekarang aku sudah jujur jika kehamilanku ini menyulitkan mu? Jangan paksakan lagi perasaan itu! Sejak perjumpaan kita pertama kalinya, aku sudah merasa kau sangat sempurna, kau tidak akan pernah aku gapai, semakin kau mengejarku, semakin jauh harapanku padamu!"

Elmira bangkit dari tempat duduknya. Dia tidak kuasa menahan perasaan yang terluka karena perbedaan hidup. Elmira lari ke dalam kamarnya mengunci pintu dari dalam.

Elvansa yang di tinggalkan Elmira masih diam seribu bahasa. Dia nampak lingkung, resah dan kecewa. Namun perasaan suka pada wanita itu semakin berkembang.

***
Perjalanan  larut malam yang panjang, semakin dingin angin menerpa wajah Elvansa, dia termenung, terpekur di tengah jalan. Langkahnya tak tentu arah, tidak sedikitpun kecemasan keberadaan mobil sportnya. Mobil sport merah ia tinggalkan di halaman rumah Elmira. Elvansa terguncang, namun bukan karena Elmira hamil. Ia merasa tertekan karena wanita yang ia suka membedakan dia, Elvansa tidak pernah berpikir ke arah sana? Bagi dia derajat manusia sama saja, harta dan kekayaan hanya titipan sementara berkelana di dunia ini. Namun ucapan Elmira membuat dia sadar bahwa perbedaan antara mereka yang menjadi penghalangnya. Haruskah Elvansa meninggalkan semua kekayaannya? Demi cinta yang tumbuh mekar di hati untuk Elmira.  Elvansa pernah jatuh cinta, namun tidak pernah merasa seperti ini?

****
Di meja makan bundar sederhana, keluarga dengan empat orang di dalamnya tengah sarapan pagi. Namun ada yang berbeda dari sarapan pagi ini? Pasalnya Elmira rahmawati mengumumkan akan menikah dengan lelaki pilihan dari ibunya. Berpikir sepanjang malam, akhirnya mendapatkan petunjuk masa depannya. Niat Elmira menyanggupi perjodohan pernikahan dari kedua orang tuanya karena dia ingin memutuskan rantai cinta pada Elvansa yang semakin lama di biarkan semakin tidak terpisah. Untuk itu dia meminta pada Ibu untuk mempertemukan dia dengan pilihan Ibu.

"Ibu pikir kau menyukai Elvansa? Sebenarnya Ibu juga bahagia memiliki menantu seperti Elvansa. Tetapi apa yang terjadi? Kenapa kau berubah pikiran? Apa kau di tolak oleh dia?"

Elmira gelagapan. "Bukan seperti yang Ibu pikirkan! Sebenarnya aku dan Elvansa tidak ada hubungan apa pun! Kami hanya rekan bisnis."

Ayah menyudahi acara sarapannya. Lalu menatap putrinya itu.
"Benarkah semua yang di katakan? Kalau begitu Ayah  minta, mau kah kau bertemu dengan putra teman Ayah besok?"

Elmira membeku sejenak. "I...iya. besok? Di mana?" Tanya Elmira balik.

Ibu tidak banyak komentar,dia hanya melihat reaksi putrinya itu, karena Ibu yakin Elmira ada perasaan sama Elvansa.

"Besok di rumah. Dia dan keluarga mau datang melamarmu. Sebenarnya Ayah dan pak Rahmat sudah membicarakan ini, hanya saja kami belum mennetukan hari. Jika seperti ini Ayah sangat senang, pak Rahmat juga tidak keberatan memiliki cucu walau itu bukan darah daging anaknya. Rudi namanya! Dia memang seorang duda, tetapi belum punya anak. Dua tahun yang lalu dia bercerai dan sampai sekarang Rudi belum menemukan calon istri, ia ingin sekali berumah tangga tapi satu hal yang harus kamu tahu, Rudi itu diam-diam sudah mengenalmu, bahkan dia sudah lama menyukaimu!" Ayah antusias tetapi Ibu biasa saja, bahkan dia mencibir di belakang Ayah. Hanya Nenti yang melihat gelagat kedua orang tua mereka.

****
Hari ini Elvansa tidak masuk kerja, tubuhnya mengalami demam yang sangat tinggi, namun yang membuat dia sakit bukan tubuhnya, tapi perasaannya. Elvansa merenung di balkon kamar, tatapannya menerawang jauh. Saat kehadiran Diana di dalam kamarnya, tidak sekalipun dia melirik. Elvansa seperti kehilangan semangat hidup. Bibirnya mengering, kulit wajahnya memucat. Ingin rasanya dia mati atau lenyap tanpa jasad. Rasa cinta ini, rasa sayang ini, membuat hatinya luka.

"Elvansa! Makan buburnya! Terus minum obat! Jangan duduk di tempat berangin!" Diana berseru namun sepertinya Elvansa tidak bergeming dari tempatnya.

"Hei Elvansa! Kau tidak mendengar ku? Elvansa!" Diana mengguncang bahu Elvansa barulah pria itu menatap Diana.

"Kau sangat berisik! Iya aku dengar. Sana pergi! Tutup pintunya! Aku ingin sendiri!"

Diana berkacak pinggang mendengar usiran dari sahabatnya ini. "Hei kau! Mau sampai kapan seperti ini? Jika sakit minum obat! Istirahat! Jangan seperti pengecut. Coba lihat dirimu! Kau sangat mengerikan, apa dengan begini wanita itu akan menyukaimu? Yang ada kau mati Elvansa!"

"Aku tidak pernah memintamu mengasihaniku! Jika tidak ada yang di bicarakan, kau bisa pergi segera!" Elvansa membuka pintu kamar mempersilahkan Diana keluar.

"Kau memang egois!" Diana melangkah keluar dari kamar  Elvansa dengan perasaan dongkol.


will you marry me Sudah TerbitWhere stories live. Discover now