Chapter 5 : Damai

19 2 3
                                    

Sesuai yang dikatakan oleh adik-adiknya, Tabatiere bisa melihat sendiri jika Charleville tengah berperang dingin dengan Nicola dan Noel.

Saat si kembar mulai mengajaknya berbicara, Charleville selalu mengalihkan perhatiannya kepada yang lain. Entah mengejek selera berpakaian Chassepot saat akan berangkat kuliah, tiba-tiba menelpon seseorang entah siapa, atau nggak memasang headset sambil membaca majalah makanan yang terbit setiap minggunya.

Tabatiere dengan jelas melihat wajah kesedihan si kembar. Mungkin mereka tidak menyangka jika perlakuan jahil mereka membuat Charleville semarah ini hingga menolak berbicara dengan mereka.

"Nicola, kau tahu, kemarin malam aku bermimpi Charleville mengusir kita berdua dari rumah dan mencoret kita berdua dari kartu keluarga.."

"Haa itu nggak mungkin Noel. Yang bisa melakukan itu cuma Papa, mana bisa Charle melakukan itu!"

"Bagaimana jika Charleville membenci kita?" Noel seraya menitikkan air mata.

Nicola yang melihat saudara kembarnya menangis pun memukulnya pelan, "Memang kenapa kalau Charle membenci kita? Nggak pengaruh juga!" Tapi nyatanya kedua matanya pun berkaca-kaca.

Tabatiere yang kini berdiri di depan kamar si kembar pun menghela napas, dia pun masuk lalu mengacak rambut kedua adik kembarnya itu. Membuat Nicola dan Noel sedikit terkejut.

"Kalau sampai kudengar kalian membuat marah Rapp juga. Aku janji akan mengajak kalian jalan-jalan ke Jepang!" Ujarnya bergurau seraya tertawa kecil.

Noel dan Nicola pun merengut.

"Jadi... Kalian mau baikan lagi sama Charleville??" Tanyanya sekali lagi.

Noel menganggukkan kepala sedangkan Nicola hanya diam.

"Mumpung Charleville tidak ada di rumah, bagaimana jika kalian membuat sesuatu yang menjadi favoritnya??"

Si kembar pun mengerutkan dahi, namun tak lama mereka pun menyunggingkan senyum, "MAKANAN MANIS!" seru mereka diikuti anggukan dari Tabatiere.

Macaron adalah makanan manis yang akan dibuat demi mengambil hati Charleville. Sebenarnya Francis Sendiri sudah memiliki ide ini untuk membuat Charleville benar-benar memaafkan si kembar. Tapi kesibukannya membuat hal itu tidak terlaksana.

Tabatiere membiarkan mereka berdua menghias Macaron itu sesuka hati. Sudah dua jam lebih mereka asyik membuat kue itu. Tepat jam lima sore, kakak-kakak mereka pun mulai pulang, tak terkecuali Charleville yang tidak sengaja berpapasan dengan Chassepot di jalan dan menyuruh adiknya itu menggonceng dirinya sampai rumah.

"Nah, Charle sudah pulang tuh, langsung saja kalian kasihkan ya. Aku yakin dia akan memaafkan kalian."

Noel dan Nicola menganggukkan kepala lalu dengan semangat membawa piring berisi 8 macaron itu kepada Charleville.

Charleville yang berjalan dari halaman belakang pun sedikit terkejut saat melihat kedua adik kembarnya itu menyodorkan piring macaron itu kepada dirinya.

"Ka-k Charle... Ini ada makanan kesukaanmu..." ujar Noel pelan.

"I-ini buatan kami berdua kok! Y-yah kak Tabatie juga ikut membantu tapi yang membuat adonan kue dan menghiasnya itu kami kok!" Balas Nicola kemudian.

Charleville masih diam. Lama terdiam hingga si kembar pun capek sendiri membawa piring macaron itu.

"Ja-jadi.... Tolong maafkan kami, kami memang keterlaluan hiks..." Noel pun mulai terisak.

"Ka-kami janji tidak akan nakal lagi hiks... A-aku tidak mau kalau harus bermusuhan dengan kakak hiks..." Nicola pun juga ikutan terisak.

"Maafkan kami kak, tolong jangan abaikan kami lagiii," dan mereka pun menangis. Piring berisi macaron itu masih tetap mereka sodorkan kepada Charleville.

Piring itu pun diambil dari kedua tangan mereka dan tak berapa lama si kembar pun merasakan kehangatan familiar yang sudah lama tidak mereka rasakan.

"Aku juga minta maaf sudah membentak kalian..." dan tangisan si kembar pun semakin keras.
.
.
.
.
"UWAHHHH MACARON INI BENAR-BENAR ENAKK~ BOLEH AKU HABISIN SEMUA NGGAK?"

"Sisakan buat kami berdua juga dong~"

"Ehhh tapi kan ini macaron permintaan maaf dari kalian~ Jadi aku habiskan semua dongg~" dan Charleville pun memakan macaron itu dengan lahapnya.

Dengan itu, perang dingin pun berakhir dengan damai.

"Hah... Kalau gini kan aku bisa kembali ke Jerman dengan tenang..."

Kode : 1014-FRSWhere stories live. Discover now