Chapter Four

76.2K 1.4K 15
                                    

Hi, fellas....

Suka nggak sama cerita Pram & Dhania? Kalo suka, jangan lupa vote dan comment sebanyak-banyaknya yaaaaaaa.....

For next chapter, kayaknya bakal update agak lama karena satu dan lain hal. Sekalian mau liat respon keseluruhan chapter 1-4 dulu.

Khusus chapter 4, gue persembahin untuk seseorang yang selalu support gue dalam penulisan cerita ini. Semoga suka ya. Thanks a lot. And enjoy. ^_^

**************************************

Sinar senja mengintip dari balik bayang-bayang tirai jendela kamar itu. Walau mentari sudah mulai berpulang ke peraduannya, jejak-jejak warna jingga yang tersisa masih menampakkan pesonanya. Siluet kamar yang tercetak samar-samar karena cahaya yang minim membuat suasana ruangan tersebut terlihat begitu menentramkan.

Entah sudah berapa lama Pram menatap nyalang langit-langit kamarnya. Berkutat dengan pikirannya sendiri. Sedangkan udara dingin yang dihasilkan dari pendingin ruangan membuatnya tersadar bahwa gadis yang membelakanginya merasa sedikit kedinginan. Secara tidak sadar, tangan langsing itu menarik selimut supaya merapat lebih erat di dadanya. Gerakan kecil yang ia timbulkan membuat lengan maskulin Pram melingkar lebih erat di perut wanita itu. Lengan itu mengetatkan dekapannya sehingga dada bidangnya melekat di punggung mulus si gadis.

Pram membenamkan wajah di rambut panjang gadis tersebut. Tengkuknya dihirup dalam-dalam lalu hembusan napas hangat menyebar di kulit sensitif di sekitarnya. Dikecupnya lembut bahu mulus gadisnya. Ternyata aksi kecilnya menimbulkan gumaman tidak jelas dari bibir merah merona itu. Walau mata cantiknya masih tertutup, yang menandakan pemiliknya masih terlelap, namun suara merdu itu mampu membuat Pram membeku.

Desir aneh merambat dari bawah perut hingga ke tempat dimana jantungnya berada. Detaknya tak beraturan. Tanpa sengaja ia makin mengetatkan rangkulan intim mereka. Hampir tidak peduli kalau tindakannya itu menimbulkan sesak napas bagi lawan jenisnya. Perlahan, ia menyadari bahwa harus meminimalisir gerakan tubuhnya. Ia tidak ingin merusak momen ini. Well, sebenarnya itu lebih dikarenakan ia gugup dengan apa yang harus dilakukan jika yang datang selanjutnya bukan hanya gumaman tak jelas lain yang berasal dari gadis yang memunggunginya ini.

Saat dirasanya keadaan sudah kembali normal, ia melepaskan napas yang ditahannya sejak tadi. Konyol! Kenyataan bahwa saat ini ia begitu merasa tegang akibat satu gerakan sederhananya membuat ia tersenyum. Pikirannya kembali melayang pada adegan yang belum lama berlalu, sebelum segala rengkuhan dan seringai bodoh menghiasi. Saat dimana ia menjejakkan kaki kedalam apartemen bersama Dhania.

Ya. Gadis yang berada dalam gelungan lengannya masih gadis yang sama. Dhanianya.

Memorinya pun melayang ke saat dimana Dhania bersikap begitu tegang serta panik dihadapannya. Yang semua itu terlihat manis dimatanya.

~~

Satu setengah jam yang lalu ~ Pram

"Tadaima (aku pulang)...." Ucapku lantang sesaat setelah membuka pintu apartemen. Tubuhku menyisih ke samping untuk mempersilahkan Dhania masuk ke dalam terlebih dahulu.

Sekilas kulihat wajahnya tampak memucat. Rona merah muda yang biasa membingkai wajah cantik yang polos dari make up itu raib tanpa jejak. Aku bertanya-tanya dalam hati, apa kiranya yang membuat wajah kekasihku serupa dengan warna salju seperti itu?

Ahh... mungkin hanya sindrom gugup khas wanita.

Memang kuakui, baru kali ini Dhania kuajak masuk ke dalam apartemen. Biasanya kami hanya bertemu di lobby atau sekedar duduk-duduk santai di taman kompleks apartemenku. Dulu, kupikir dia bersikap seperti itu lebih karena pembawaannya yang pemalu. Namun setelah kuamati dan selidiki lebih lanjut, ternyata dia memang berbeda. Dia bukan tipe gadis yang merasa nyaman untuk bertandang sesukanya ke tempat tinggal sang kekasih kalau tidak ada orang tua atau saudara kandung yang tinggal bersamanya.

Trapped by YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang