IGD

2.5K 172 14
                                    

Seolah paham dengan respon Benny, sosok itupun mengulurkan tangannya seraya berkata, "Perkenalkan dulu, Om, Gesha Atmanagara, pacar Fira."

Benny mengangguk. Ia mulai mengingat bahwa memang benar pria muda di depannya itu adalah pria yang sama yang seringkali mengantar Fira pulang ke rumahnya. Meski tidak pernah sekalipun menginjakkan kaki di rumah sederhananya, Benny ingat benar wajah di depannya itu. Gesha Atmanagara. Semoga saja otak tuanya mampu menghafalkan nama itu, mengingat tidak ada angin dan tidak ada hujan Gesha mendatanginya.

"Oh. Iya. Mari silahkan duduk, Mas Gesha." Benny mempersilahkan Gesha duduk di bangku taman, tempat dirinya menghabiskan waktu bersama Hendrik tadi. Ia mengamati penampilan Gesha rapi itu sedikit gugup. Pasalnya baru kali ini ia bertemu dengan salah satu kekasih dari anaknya, atau lebih tepatnya lagi calon menantunya. Ya, Benny berharap, hubungan Fira dan Gesha akan berlabuh pada pernikahan, seperti dirinya, berpacaran untuk pertama dan terakhir kalinya. Di samping ia tidak ingin anak-anaknya terluka, ia juga tidak ingin orang lain menganggap bahwa Fira bukanlah gadis baik-baik karena bergonta-ganti pasangan. Meskipun salah satu anaknya dianggap sebagai playboy karena hal itu, namun hal itu tidak diinginkan Benny juga dilakukan oleh anak-anak gadisnya.

Gesha mengikuti ajakan Benny. Ia duduk santai di samping pria paruh baya yang dengan melihat wajahnya saja, Gesha merasa teduh. Berbeda dengan saat ia melihat kedua orangtuanya. Ah sudahlah, ia menemui Benny hanya untuk satu tujuan, yakni mencari keberadaan Fira yang sudah dua minggu ini menghilang pasca kejadian di apartemennya.

"Sudah dua minggu ini saya hilang kontak dengan Fira. Apa Fira pulang ke rumah, Om?" tanya Gesha sembari menghembuskan napasnya berat. Ia masih enggan meninggalkan pemandangan dari wajah teduh Benny.

"Maaf? Maksud Nak Gesha, Fira menghilang begitu?" Benny sontak terkejut. Pasalnya ia mengira gadis manjanya itu sibuk dengan ujian yang kebetulan tengah berlangsung di kampusnya hingga tidak dapat pulang ke rumahnya barang sehari atau dua hari. Ia tidak menyangka jika Fira justru menghilang tanpa kabar. Bahkan Gesha, yang notabene kekasih anaknya saja tidak tahu keberadaannya.

"Iya, Om. Sudah dua minggu Fira tidak kuliah. Bahkan ujian saja dia juga tidak masuk. Saya pikir Fira pulang ke rumah. Tapi ternyata, waktu saya ke rumah Om, dan hanya bertemu Raya saja, saya mulai khawatir, Om."

Wajah Benny memucat mencerna informasi yang di berikan Gesha. Ia menahan sakit di dalam dadanya yang mendadak kambuh karena berita mendadak ini. "Apa.. Apa kalian ada masalah, hingga Fira pergi seperti ini? Kalau dari keluarga saya, kami tidak memiliki masalah apapun. Jadi kemungkinan.. Aaargh.." Ucapan Benny terpotong begitu saja. Ia sibuk memegangi dadanya sambil meringis dan menggapai pegangan pembatas kursi taman. Dicengkeramnya dengan erat kursi yang terbuat dari besi berkualitas itu hingga buku-buku jarinya memutih.

"Om! Om Benny nggak apa-apa, Om? Om!" teriak Gesha menggelegar--tak mampu menahan Benny untuk tidak menutup matanya.

*****

Berulang kali Fira membersihkan sprei berantakan dengan cairan aneh yang membekas di atasnya membuat gadis dengan masker yang menghiasi hidungnya itu seolah kebal akan kondisi kamar berdominasi warna hitam dan putih itu. Sebuah kamar apartemen mewah, dimana setiap harinya pria yang selama ini dipercayainya tidak akan menyakiti hati seorang wanita sepertinya selalu menghabiskan waktu dengan wanita yang berbeda-beda.

Sambil mengganti sprei yang sudah tidak berbentuk itu, Fira menghela napas berat. Ia berpikir, mungkin saja ia mengalami nasib buruk diperawani oleh pria sejahat Gesha yang berpura-pura baik karena karma yang seharusnya diperoleh Gio. Ya, sudah dua minggu ini Fira melarikan diri ke apartemen kakaknya, yang konon katanya didapat dari salah satu kekasihnya yang kaya.

(Un)Happy Family [Completed]Where stories live. Discover now