[ Chapter 3 of 3 | Part 5 of 7 ] " One Year Later / 일년 후 "

244 4 0
                                    

Peluh dingin seolah membekukan layaknya es di musim dingin ini. Kelopak mata yang menutupi bola mata besar terbuka. Tak lagi mengatup rapat. Aku terjaga. Dinamika nada tak lagi mengalun. Ponsel ku mati. Batere habis. Getar vokal ibu yang menyerukan nama Seo Hyun menarik aku dari alam nostalgia. Alam setengah sadar ku. Nafasku memburu. Terasa panas dalam balutan selimut tebal ini. Kepala pusing. Annio. Annio. Annio.

Itu bukan mimpi. Bukan sebuah mimpi yan indah. Bukanlah kembang tidur yang mewah. Untaian kenangan itu kembali menyelip di malam Valentine ku. Sama di tahun silam. Dada ku sesak. Perasaan ini kacau. Menelan ludah dalam upaya tenangkan diri. Berusaha duduk. Kepala sungguh sakit. Mata brkunang. Pandangan kabur. Annio. Suhu tubuhku meningkat. Demam kembali. Tak ada beda dari tahun silam. Hingga kapan kah harus seperti ini. Selalu demam di waktu dan tanggal yang sama. Demam setelah teringat kembali serangkaian kisah bersama ia. Meski 2 tahun tak bersua. Mengapa tak kunjung padam pelita cinta ini. Perasaan ini. Cinta. Cinta. Cinta.

“ Dia menantimu di balik gerbang sedaritadi. Temui lah. “

“ Annio. , Eomma. “

“ Sungguh kah tak ada rasa lagi ? Seorang pria yang mengisi ruang di hatimu tengah menanti di depan gerbang gadis yang ternyata juga di cintai oleh dirinya. Menanti untuk sebuah pertemuan. Seorang diri di musim dingin. Menahan dingin. Temui lah , Seo Hyun. “

“ Nanenun. Naneun , naneun . . . . “

“ Dengar lah bisikan hati mu. “

“ Eomma . . . “

“ Ne. “

Ku buka pagar yang gagang besinya terasa amat dingin meski tapak tangan telah di balut sarung tangan tebal. Dingin sekali. Hemnus angin nan membekukan. Sungguh dingin. Aku berada di luar pagar. Menoleh ke kiri. Ada sosok pria yang berjongkok dengan tangan terlipat di perut. Tertunduk dalam. Membenamkan kepala antara dada dan lutut. Gemetar.

Mengenakan mantel cokelat tebal. Aku menghela napas pelan. Kepulan asap yang kian putih mengepul dari bibir merah muda ku. Menapak perlahan mendekati posisi ia. Tepat di hadapnya aku berhenti. Jeda dalam hitungan detik. Ia mendongak. Ku tatap raut lemah dan polos dari parasnya. Ia tersenyum dengan bibir yang berwarna pucat. Ku balas dengan sebuah senyum tipis. Berusaha bangkit. Berdiri dengan sulit.

Tanpa sadar tangan ku meraih raga yang dingin secara otomatis. Memapah untuk berdiri tegap. Mundur 2 langkah. Menyembunyikan kedua tangan dalam saku mantel. Ia menarik napas pelan. Ku lihat asap putih mengepul dari hembus nafasnya. Jeda.

Menit berikutnya , kami terlibat dalam sebuah percakapan minim :

[ FF Project ] " One Year Later / 일년 후 "Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang