[ Chapter 1 of 3 | Part 1 of 3 ] " One Year Later / 일년 후 "

1.2K 13 7
                                    

Malam menjelang 14 Februari 2012. Pukul 22:05 waktu Korea Selatan di musim salju. Atmosfer yang kian dingin merasuk lebih dalam menembus kulit yang mulai pucat. Asap putih tak jera mengepul dari hembus tiap napas. Ku tiupkan udara hangat pada kedua tangan yang saling menggenggam dengan erat. Terbentuk sebuah rongga. Ku tempelkan kedua telapak tangan pada pipi kiri maupun kanan. Hawa nan menghangatkan seolah menjalar dalam peredaran darah. Denyut nadi yang lebur kan belenggu kebekuan. Cukup 6x ku ulangi tips menghangatkan tubuh yang kusadur dari majalah kesehatan yang di beli ibu kemarin lusa.

Menarik selimut hijau tua bermotif Keroro Gunzou yang terlipat rapi di ujung ranjang. Berbaring. Menjangkau telepon genggam CYON LG dengan perangkat headset yang masih terpasang. Terletak di meja kecil sebelah kiri tempat tidur ukuran medium ini. Menambatkan headset pada telinga. Memilih menu Music Player. Memutar lagu per lagu. Menghela napas dengan kepulan asap putih kembali berbaur bersama Oksigen di sekitarku. Mencoba pejamkan mata ku yang menawan untuk memulai tidur. Semoga bermimpi indah. Selamat malam.

# 1st Track : SHINee - The Name I Loved

Secarik kertas melayang dari puncak Gedung Seni & Olahraga di terik siang yang teramat menyengat. Pada musim panas 4 tahun lalu. Terbang dengan liar tertiup angin yang kasar. Meliuk dengan tak gemulai menuju dasar dimana ia akan tergeletak dan mungkin terinjak oleh tapak – tapak siswa/siswi Daeyoung High School. Tapi , takdir berkata lain. Secarik kertas lemah itu tersangkut dan terjebak diantara reranting pohon tinggi tanpa daun yang ramai. Pohon yang kering. Gersang. Berusaha meloloskan diri. Terbukti dari liuk-liuknya yang gigih melambai. Ku temukan hal itu ketika melewati sisi paling kanan dari sekolah.

Aku , Seo Joo Hyun. Menyeret langkah dari Perpustakaan menuju kelas XI.IA.2 dengan berat lantaran lapar dan dahaga yang mendera sedari lonceng pertanda proses belajar-mengajar akan dimulai berdentang dengan begitu lantang. Panas. Menunduk. Pusing. Lesu. Sendiri. Ku putuskan beristirahat sejenak di bangku panjang di bawah pohon beringin yang rimbun. Tepat di halaman bawah Gedung Seni & Olahraga. Sepi sekali.

Ku luruskan kedua kaki. Mendaratkan pijatan – pijatan kecil pada area lutut. Menepuk pelan pada bagian tengkuk. Melakukan peregangan singkat. Selesai. Tubuhku lebih rileks. Aku menarik napas dan mendongak. Ku lihat langit bulan Agustus yang menyilaukan dari celah – celah dedaunan yang cukup rapat. Menyipitkan mata ku yang besar. Seulas senyum terlukis indah di paras ku. Memejamkan mata. Menikmati hembus sang bayu yang membelai kulit dengan lembut. Menghabiskan 10 menit. Tak ada buku yang hendak ku baca. Sebuah bunyi yang sejatinya tak berisik namun dapat mengusik ketenanganku dalam himne yang senyap ini. Sesuatu mendarat dengan mulus di atas rerumputan yang berjarak 3 meter dari bangku.

Aku terjaga dari alam damai ku. Fokus pada benda asing tersebut. Sebuah topi berwarna biru muda. Kepala ku condong ke kanan , beberapa kerutan horizontal singgah di dahi. Kembali ku atur agar posisi kepala tegak. Melirik kiri-kanan. Nihil. Berdiri. Sedikit memacu langkah mendekati lokasi topi asing itu. Memungutnya. Menoleh sekitar. Nihil. Hati tertarik untuk mencoba mengenakan. Ku layangkan topi itu pada puncak kepala. Bertingkah bak model yang tengah ikuti kegiatan pemotretan busana olahraga. Berbagai macam pose dan aksesoris pendukung. Tersenyum geli sesudahnya. Sementara pikir ku sibuk dengan segunung imajinasi , secarik kertas yang lemah fisiknya tadi berhasil membuktikan bahwa ia dapat tebebas dari belenggu sang ranting. Helai itu meliuk dengan tak lihai. Kian jatuh dan dekat melayang menuju tapakku berhenti. Perlahan dan pelan. Kemudian , pluup !

Mendarat dengan sungguh tak sopan di atas paras ku yang tengah memasang topeng ekpresi khas model busana olahraga sembari menempatkan topi di posisi yang dapat menggambarkan kesan kuat yang hendak ditonjolkan.Sedikit mendongak angkuh. Helai nan lancang itu menutupi wajah ku. Terdiam selang beberapa detik. Ku raih helai itu. Kim Ki Bum. Kim Key Bum. Key.

Memutar otak. Mengingat. Ternyata dia. Murid lokal sebelah. Kelas XI-IA.1. Melayangkan tatap ke segenap penjuru yang sanggup terjamah oleh pandangan. Kanan-kiri. Atas-bawah. Berpaling ke atas kiri. Di puncak gedung. Seorang siswa berdiri sendiri. Tangan kanan terjuntai menunjuk bumi. Tangan kiri di alih fungsikan sebagai bantal dahi. Ia tidur. Bertumpu pada pagar pembatas Gedung Seni & Olahraga Daeyoung High School.

Teramati dengan menyipitkan mata. Silau. Miliknya kah ? Mungkin. Menggeliat. Pegal. Ia telah bangun rupanya. Mengangkat parasnya nan berkilau terbias sinar sang surya. Begitu bersinar. Berdegup jantung ku aneh. Fokus utama pada sosoknya. Tertarik mata tajam itu pada aku yang berdiri mematung di bawah. Bertemu. Tatap kami beradu. Waktu seolah berhenti berputar. Tidak. Sudah bergulir kembali. Melambaikan topi dan kertas pada dia. Mengangguk responnya. Memberi bahasa isyarat melalui gerak tangan. Bermaksud turun. Menemuiku. Masih sepi saat ia hadir di hadap ku. Melangkah dengan indah. Menawan. Sungguh.

“ Gomawo. “

“ Ne. Cheonmaneyo. “

Melangkah bersama menuju kelas XI di gedung sebelah sana. Tapak demi tapak beratap hamparan langit biru berarak awan putih. Berdua. Hanya berdua. Sang waktu tak lagi berhenti menjauh seperti tadi. Teruslah berputar dan jauh. Berlalu.

[ FF Project ] " One Year Later / 일년 후 "Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang