BAB 27 -- (Un)Faithful

21.3K 2.2K 52
                                    

Don't be scared, I got you, you know that
I'm here when you're sad
When all of your clouds turn black

(Sam Smith - Safe With Me)

*****

SKYLIN

Mas Edo, petugas administrasi kampus menyunggingkan senyum sopan padaku. Segera diraihnya berkas untuk keperluan yudisium yang kusodorkan padanya. Memeriksanya dengan seksama sebelum mendaftrakanku ke sistem. Tidak perlu menunggu lama, sekitar sepuluh menit kemudian Mas Edo sudah mempersilahkanku meninggalkan ruangannya.

Setelah mengucapkan terima kasih diikuti senyum sopan, aku bergegas bangkit dari kursi dan berjalan keluar. Belum sempat mencapai pintu, suara ponsel menghentikan langkahku. Mataku melirik pada ponsel yang sejak tadi kugenggam, nama mas Akhtar muncul di layar.

"Ya, Mas?" ucapku seraya mendorong pelan pintu kaca.

"Di mana?" suaranya terdengar tidak sabar, membuat mengernyit heran.

"Barusan keluar dari ruangan mas Edo."

"Tunggu di sana."

Telepon ditutupnya begitu saja. Mendadak perasaanku tidak tenang, tidak biasanya dia main tutup teleponku seperti tadi. Aku menghela nafas dalam, mencoba untuk berfikir positif. Mungkin dia sedang tergesa makanya langsung menutup telepon seperti tadi.

Sembari menunggunya, aku memilih duduk di salah satu bangku kayu yang berada di depan ruang administrasi. Kepalaku terangkat dengan kedua mata fokus memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang di koridor. Dari kejauhan, mataku menangkap sosok Mas Akhtar yang baru saja berbelok menuju ke lorong tempatku berada. Ketika dia sama berhasilnya menemukan sosokku di ujung lorong, tatapannya lekat padaku. Langkahnya tegas. Tapi tidak ada senyum tipis seperti biasanya.

"Eh, Pak Akhtar cakep ya," terdengar suara asing di belakangku.

Refleks aku mulai celingukan mencari siapa yang memuji suamiku. Hingga perhatianku jatuh pada gerombolan mahasiswi di dekatku. Sekitar lima orang, semuanya menatap pada satu titik yang sama. Mereka kembali berbicara, cukup keras memuji sosok Pak Akhtar, dosen kesayangan mereka.

Kepalaku menggeleng, diikuti tawa kecil melihat tingkah fans-fans suamiku yang terkadang berlebihan itu. Sebelum mereka mengetahui aku mentertawakan mereka, buru-buru aku kembali fokus pada mas Akhtar. Kali ini perhatianku malah teralihkan oleh para mahasiswi yang berada di sekitaran lorong. Mereka sama-sama berbisik sembari melirik mas Akhtar. Ternyata efek mas Akhtar begitu hebat hingga para mahasiswi begitu mengangguminya.

"Pulang, yuk!" suara mas Akhtar berhasil menyentakku.

Entah sejak kapan dia sudah berdiri tepat di hadapanku. Tidak dekat dan tidak jauh, jarak aman kami. Kepalaku mendongak. Senyum tipisnya kini tersungging, membuatku ikut tersenyum padanya. "Sudah selesai ngajarnya?"

Dia mengangguk pelan. Tubuhku otomatis berdiri. Seperti biasa, mas Akhtar langsung meraih barang bawaanku untuk dibawanya. Diam-diam aku memperhatikan gerak-geriknya yang sedikit lambat kali ini. "Ada yang menganggu pikiranmu, mas?" bisikku.

Mas Akhtar refleks mendongak. Dia terlihat terkejut. "Kamu ... tahu dari mana?"

Aku mengangkat kedua bahuku. Mungkin ini yang disebut sebagai ikatan batin seorang istri kepada suaminya. Dia tidak perlu bersusah payah berbicara, melihat sorot mata dan juga sedikit keanehan yang dilakukannya sudah berhasil membuatku tahu bahwa mas Akhtar sedang bermasalah. Jari telunjukku bergerak pelan mendekati bibirnya, kali ini aku menemukan keanehan saat melihat senyumnya. "Senyum kamu nggak tulus mas."

Call You HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang