BAB 12 -- Honeymoon

38.8K 3K 42
                                    

If I got you
Baby everyday's a honeymoon
Oh its a honeymoon
Baby everyday's a honeymoon
I wanna spend some time in Paris
Serenade you on the beach
We'll take a picture for our parents
But we're never gonna leave
Nobody knows you like I know you
Nobody loves you like I do
And if I'm never a star
But I've got my guitar
I'll be singing songs to you

(Johny Stimson - Honeymoon)

*****

AKHTAR

Batas kesabaranku untuk menunggu Sky sudah berada di ujung. Bayangkan saja, dua jam menunggunya di atas tempat tidur sampai terkantuk-kantuk tidaklah menyenangkan. Padahal, aku sudah mempersiapkan diri dan mental dengan baik. Celana panjang telah kutanggalkan, menyisahkan celana boxer biru dongker, sementara kemeja biru muda yang kupakai sejak tadi sudah kulepas beberapa kancing teratasnya, benar-benar sudah siap tempur.

Tadi pagi kami berangkat dari Jakarta dan sampai di Lombok tepat tengah hari. Di bandara, kami sudah di jemput oleh staff hotel dan langsung membawa kami menuju hotel yang membutuhkan waktu tempuh kira-kira satu jam lamanya. Sepanjang hari hingga senja, aku dan Sky memilih untuk menghabiskan waktu berjalan menyusuri tepi pantai pribadi yang ada di resort villa ini. Apalagi hotel tempat kami menginap terkenal dengan pemandangan matahari terbenam yang indah, jadi tidak mungkin aku dan Sky akan menyia-nyiakan kesempatan bagus ini, kan?

Lalu, setelah makan malam, aku dan Sky sudah kembali ke kamar dan seharusnya menjadi malam yang menyenangkan bagi kami. Pintu kamar sudah kututup, aku bahkan sudah memberinya sinyal dengan langsung mencium bibir Sky dengan penuh gairah. Tapi ternyata gadis itu tiba-tiba mendorong tubuhku dan berlari masuk ke kamar mandi. Meninggalkanku yang mengenaskan ini, sendirian di atas ranjang dan juga mengantuk.

Aku menghela nafas panjang. Apakah dia sebenarnya mulai ragu dan ternyata belum siap? Pada akhirnya aku beranjak dari tempat tidur dan berjalan pelan menuju pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat. Aku memilih untuk menyerah, lagipula aku bukan suami jahat yang memaksa untuk melakukan kewajibannya sebagai seorang istri.

"Sky, kamu baik-baik saja kan di dalam?" panggilku seraya mengentuk pelan pintu.

"Ya, mas. Sebentar lagi," jawabnya.

"Sky ...."

"Ya?"

"Kalau kamu belum siap saya mengerti." Aku terdiam sejenak. "Saya nggak akan paksa kamu. Jadi malam ini, lebih baik kita tidur saja, bagaimana?"

Tak ada jawaban apapun dari dalam. Aku memilih segera berbalik dan kembali menuju tempat tidur. Tapi tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka dan derap langkah kaki cepat. Belum sempat berbalik menuju sumber suara, dua buah tangan sudah menahanku dari belakang.

"Mas," panggilnya pelan tepat di balik pungguku.

Aku berusaha berbalik, tapi tangannya menahanku untuk bergerak. Hingga akhirnya aku memilih untuk diam. Tanganku perlahan naik untuk menggenggam tangannya.

"Ya?" balasku akhirnya.

"Saya malu," suaranya terdengar rendah. "Saya takut kalau mas lihat saya, mas ... ilfeel."

Senyumku merekah di wajah. Sepertinya selama ini aku tidak pernah berpikiran penampilan dia seburuk itu dalam balutan piyamanya. Dia terlihat ... manis kurasa. Apalagi dengan piyama merah polos satinnya yang kadang-kadang membuat tanganku tergelitik untuk menyentuhnya.

"Kalau gitu ijinkan saya lihat dan menilai," balasku ikut berbisik.

"Tapi ... mas janji ya nggak akan langsung tolak saya mentah-mentah habis lihat kekonyolan ini."

Call You HomeWhere stories live. Discover now