BAB 7 -- Rival

35.1K 3.4K 76
                                    

Stuck on you
I've got this feeling down deep in my soul that I just can't lose
Guess I'm on my way
Needed a friend
And the way I feel now I guess I'll be with you 'til the end
Guess I'm on my way
Mighty glad you stayed

(Lionel Richie - Stuck On You)

*****


SKYLIN

"Saya penasaran, siapa Bara?"

Kedua mataku yang tadinya hamper terpejam saking mengantuknya, seketika langsung terbuka lebar dengan pertanyaan Mas Akhtar yang tiba-tiba. Bagaimana mas Akhtar mengetahui tentang Bang Bara? Aku rasa, aku sama sekali tidak pernah menyebutkan ataupun menyinggung nama Bang Bara di depannya.

"Ba ... bagaimana mas tahu ...?" tanyaku dengan sedikit terbata.

Di dalam hatiku, aku merasa seperti sedang kepergok berselingkuh oleh suamiku. Tapi kenyataannya memang itulah yang terjadi saat ini. Mungkin bukan dalam arti yang sebenarnya, hanya saja mirip bukan? Mas Akhtar adalah suamiku. Pria itu pula yang seharusnya berhak atas perasaan cintaku. Namun, jauh sebelum aku mengenal mas Akhtar di hidupku, hatiku sudah dimilik orang lain bernama Aldebaran Prasetyo.

Mas Akhtar pria hanya menatapku dengan alisnya yang mengernyit bingung. Sejak tadi bibirku keluh, tak mampu berkata-kata. Tiba-tiba dia menghela nafas pelan diikuti dengan sebuah senyuman yang terukir di wajahnya. "Ceritakan tentang dia kepada saya."

Tangan Mas Akhtar kembali terangkat, kali ini tangan itu memilih untuk mengusap pelan puncak kepalaku. Ada perasaan hangat yang menjalar saat dia melakukannya.

"Bang Bara ... Abang kandung Jupiter, sahabatku," bisikku lirih.

Aku terdiam sejenak, masih ragu apakah akan melanjutkan ceritaku mengenai perasaanku dengan Bang Bara pada mas Akhtar. Tapi, bukankah pria di hadapanku ini pernah mengatakan bahwa kami ini bersahabat? Bukankah bersahabat itu artinya juga berbagi cerita dan rahasia?

Hingga akhirnya aku menghela nafas panjang. Sudah kuputuskan untuk jujur mengenai apa saja kepada Mas Akhtar termasuk menengai Bang Bara. Mungkin sudah saatnya aku mulai menatap hanya pada satu orang saat ini, Mas Akhtar. "Dan Bang Bara ... cinta pertama saya, Mas."

Tiba-tiba usapan Mas Akhtar pada puncak kepalaku terhenti dan ada sedikit perasaan kehilangan yang muncul begitu saja. "Saya nggak akan tanya bagaimana awalnya kamu bisa jatuh cinta sama dia. Yang akan saya tanyakan adalah seberapa pentingnya dia bagimu sekarang? Dan juga ... seberapa jauh hubungan kalian?" balasnya.

Aku menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan, berulang kali seperti itu. Gugup, karena aku takut salah bicara. Tapi juga, ada luka yang sedikit tergores setiap kali mengingat Bang Bara. Akan lebih mudah jika Mas Akhtar menanyakan bagimana aku bisa jatuh cinta kepada Bang Bara ketimbang menanyakan seberapa pentingnya pria itu di hatiku saat ini. Karena aku tidak tahu seberapa pentingnya Bang Bara saat ini.

"Saya nggak tahu seberapa pentingnya Bang Bara di hidup saya. Sudah hampir dua tahun Bang Bara mengambil gelar master di Jerman. Kemudian mengenai hubungan, Bang Bara hanya mengenalku sebagai sahabat baik adiknya, Jupiter."

"One-side love?" Mas Akhtar terkekeh pelan dan tanpa sadar kubalas dengan dengusan.

Padahal cinta yang paling menyakitkan itu adalah cinta sebelah pihak. Kita jatuh cinta diam-diam kepada orang yang jelas-jelas tahu tidak akan melirik kita. Kemudian, ketika pada akhirnya orang yang kita cintai itu memiliki orang lain dalam hidupnya. Maka kita hanya akan bisa bersedih sendiri. Patah hati sendiri. Hingga akhirnya, ketika kita memutuskan pergi dari kehidupan orang yang kita cintai, pria itu bahkan tidak peduli. Menyedihkan menjadi seorang yang jatuh cinta sebelah pihak.

Call You HomeWhere stories live. Discover now