BAB 14 -- Babysitter

31.5K 2.7K 51
                                    

I won't give up on us, 

even if the skies get rough

I'm giving you all my love, 

I'm still looking up

(Jason Mraz - I Won't Give Up)

*****

AKHTAR

Entah sudah berapa kali aku menghela nafas frustasi dan mengusap wajahku dengan gusar. Satu jam berlalu dan puluhan pesan serta telepon tak kunjung dijawabnya. Tubuhku lunglai di atas sofa. Tidak biasanya dia seperti ini dan tidak biasanya juga aku sekalut ini.

Pandanganku beralih pada layar ponsel. Jam sudah menunjukkan hampir pukul setengah sore. Biasanya, Sky sudah berada di apartemen saat aku pulang atau kalau memang dia pergi bersama teman-temannya, maka dia pasti memberiku kabar dan meminta ijin. Tapi sekarang? Dia bahkan tak bisa dihubungi.

Sekelebat memori hari ini berputar seperti kaset rusak di kepalaku. Dia salah paham, aku tahu itu. Tapi Sky bahkan tak mau mendengarkan penjelasanku tadi. Entah apa yang gadis itu pikirkan, hanya saja jika memang dia cemburu... aku menyukainya.

Tiba-tiba aku teringat akan Jupiter dan Adisti, kedua sahabat Sky. Pasti mereka tahu ke mana istriku pergi, bukan? Dengan cepat tanganku bermain di atas layar ponsel dan langsung menuju ke aplikasi phonebook untuk mencari nomor keduanya.

"Sial!" Tanpa sadar aku mengumpat saat menyadari bahwa aku tak memiliki nomor kontak mereka. Bahkan, kontak di aplikasi chatting pun juga tidak ada. Biasanya, jika ada orang asing yang menambahkan kontak kita di aplikasi chatting ini, maka secara otomatis mereka juga masuk dalam daftar kontakku. Apakah keduanya sahabat Sky ini sama sekali tidak berniat menyimpan nomorku di ponsel mereka, tetap saja kan aku dosen mereka di kampus?

Omelanku tak kunjung berhenti bermenit-menit kemudian. Hingga pada akhirnya perhatianku teralih pada nomor ponsel Mars, adik iparku. Hatiku mengatakan adik iparku itu pasti memiliki nomor salah satu sahabat Sky.

"Mars," sapaku saat pada akhirnya panggilanku diangkat olehnya.

"Ya, mas. Ada apa menelepon?" Tanya Mars di sela-sela menguap. Dia terdengar sangat mengantuk.

Aku berdeham sejenak, baru bersiap untuk melanjutkan setelah menghela nafas panjang. "Punya nomor ponsel Jupiter?"

Terjadi keheningan untuk beberapa saat. Kemudian, di susul dengan suara menguap sekali lagi diujung sana. Mars, tidak tidur kan? "Jupiter? Bang Piter temen kak Ky? Adiknya Bang Bara, cowok yang ditaksir mati-matian sama kak Sky?"

"Iya, yang itu." Tiba-tiba aku merasa kesal. Kurasa Mars tidak perlu menjelaskan serinci itu dan demi Tuhan, apakah perasaan Sky kepada Bara telah menjadi rahasia umum?

"Ada... Untuk apa, mas?"

"Adisti punya juga, nggak?" Aku langsung memberikannya pertanyaan lain tanpa memedulikan Mars.

Dia ini adik ipar, tapi sama sekali tidak berusaha untuk menjaga perasaanku sebagai kakak iparnya. Kalau dulu, sebelum aku mengakui perasaanku, terserahlah dia mau bahas Bara begini atau begitu, tapi kalau sekarang, aku tidak akan menutupi bahwa aku cemburu. Semua orang tahu Sky menyukai Bara, bukan aku, suaminya.

"Kayaknya ... ada juga."

"Tolong kirimkan ke saya, Mars. Segera."

Saat aku hendak mematikan ponsel. Tiba-tiba Mars memanggil namaku. Alisku terangkat, apa yang adik iparku inginkan hingga menahanku untuk berhenti.

Call You HomeWhere stories live. Discover now