BAB 26 -- It Haven't Finished Yet

23.6K 2.4K 78
                                    

Life was so heavy, I was giving up, na, na
But since you came along, I'm light as a feather, ah
You give me something incredible, sensational, baby
When we're together, everything is better
My darling

(MNEK feat. Hailee Steinfeid)

*****

                 

AKHTAR

Mars benar-benar membawa paksa Sky pulang ke rumah kedua orangtua mereka di Bogor. Untung saja kesadaranku cepat pulih, hingga akhirnya aku berhasil mencegah Mars meninggalkanku sendirian di apartemen. Sayangnya, pria itu tidak membiarkanku membawa Sky ke dalam mobilku. Jadinya aku terpaksa menyetir mobil sendirian mengikuti mobil Mars sampai ke Bogor. Dia mengatakan bahwa Sky harus bersamanya sebagai jaminan aku tidak membawa kabur istriku pergi dan batal menuju Bogor. Mars benar-benar berlebihan.

Hampir pukul delapan malam, kami bertiga akhirnya sampai. Papa dan Mama terkejut menemukanku dan Sky di sini dengan ekspresi kesal kepada Mars. Begitu mengetahui maksud kedatangan kami, semua orang mendadak berkumpul di ruang keluarga. Suasana tegang menyelimuti tempat ini, membuatku memilih berdiri di sudut ruangan, tidak ingin ikut campur permasalahan adik iparku itu. Sky duduk di sofa, bersebelahan dengan Mars. Mama duduk di sofa lain, sama sekali tidak menutupi ekspresi kesal pada anak bungsunya. Sedangkan Papa berdiri menghadap seluruh anggota keluarganya tanpa ekspresi. Kedua tangan terlipat di depan dada.

"Pa, Ma, Jangan paksa Mars untuk dijodohin." Pada akhirnya Sky buka suara setelah keheningan panjang. Dilirik adiknya itu sembari menepuk pelan bahunya. "Dia masih kecil untuk menikah."

"Siapa yang suruh mereka cepat nikah?" Mama menyela. Nada suaranya meninggi. "Kami hanya menjodohkan, bukan berarti langsung menyuruh mereka menikah. Kenalan dulu, pacaran dulu. Jadi Mars tidak perlu susah-susah cari jodoh lagi."

"Ayolah, Ma. Aku bisa mencari jodoh sendiri." Mars menggerutu yang langsung dibalas pelototan oleh Mama. 

"Keputusan sudah dibuat Mars." Papa kini ikut bersuara. Nada dingin tidak mau dibantah jelas membuat Mars bertambah kesal. Dia berjalan mendekati anak bungsungnya, kemudian menepuk pelan pundak Mars. "Sia-sia kamu bawa kakakmu, karena keputusan sudah dibuat. Lagipula, setelah Papa dan Mama melihat perjodohan Ky dan Akhtar berhasil, kami semakin yakin perjodohanmu dengan Adelide akan berjalan sama lancarnya."

Seketika Mars menoleh kepadaku. Alisku mengernyit bingung menemukan ekspresi kesal yang ditunjukkan padaku. Dia seolah menyalahkan bahwa perjodohanku dengan Sky berhasil. Bagaimanapun sejak awal aku dan Sky memang sepakat untuk membuat hubungan ini berhasil. Beruntungnya proses kami untuk saling jatuh cinta sangatlah cepat. Percaya atau tidak, cinta kami tumbuh karena proses terbiasa bersama dan saling mengenal satu sama lain dengan mengobrol tanpa henti. Lama-lama aku mulai menyadari, tanpa keberadaan Sky di sisiku akan ada hal aneh di hidupku.

Sky terlihat tidak bisa menyanggah keputusan kedua orangtuanya. Mars jadi terlihat semakin tidak tenang. Perhatian Papa kini beralih pada Sky. "Ky, kamu tidak perlu ikut pusing utuk masalah perjodohan Mars. Sekarang yang harus kamu pikirkan adalah keluar dari kampus itu, urus pesta pernikahanmu!"

Seperti yang sudah-sudah, istriku itu hanya mengangguk patuh. Mars memang salah memilih orang untuk membantunya keluar dari masalahnya kali ini. Padahal dia tahu benar bahwa Sky adalah anak penurut, dia bahkan mau saja dijodohkan tanpa membantah.

Tiba-tiba tubuh Papa berputar menghadapku. Refleks aku berdiri tegap tatkala pandangan yang Papa tunjukkan terlihat serius.

"Dan kamu Akhtar." Aku mengangguk kaku. "Segera tepati janjimu!"

Call You HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang