Chapter Eight

79 8 4
                                    

Author's POV

Niall Horan, berjalan ke arah liam dan kensya yang sedang asyik berbincang dengan membawa banyak sekali makanan ditangannya.Dan terlihat wajahnya yang berseri-seri. Ya dia adalah laki-laki pecinta makanan.

"Hei"

"Hei!wow...banyak sekali makanan yang kau bawa. Kau ini rakus sekali!"

ucap Liam sembari melayangkan tangannya untuk mencubit pipi niall.

"Aww!!sakit Leeyuumm!!"

Liam dan Kensya pun tertawa melihat tingkah laku niall yg menurut mereka sangat lucu itu.

"Oh ya! kemana zayn dan rachel?"

"Entahlah.mungkin ada saatnya mereka harus berbicara karna selalu terjadi perang dingin diantara mereka berdua."

ucap Kensya dengan nada antusiasnya.

"Ya,dan menurutku mereka sangat cocok haha" sambung liam

"Mengapa kau bisa berpikir begitu. Yang aku lihat dari mata zayn, dia seperti ingin memakan rachel hidup-hidup"

"Kau ini bicara apa?mana mungkin begitu. Kau tahu pepatah yang mengatakan Benci menjadi Cinta ? nah kurasa mereka seperti itu" jawab Kensya

"Ya ya aku tau, memang apa itu mungkin bagi mereka?sepertinya tidak."

"Bilang saja kau cemburu kan niall?"

goda liam.

"Tentu saja tidak"

"Bilang saja---

ucapan liam terpotong oleh niall.

"Sudahlah! sepertinya aku butuh waktu untuk menghabiskan semua makanan ini"

ucap niall dan langsung mendaratkan bokongnya di sofa yang cukup untuk mereka bertiga duduki.

Liam dan Kensya pun terkekeh geli.

》》Skip《《

Rachel's POV

Sekarang sudah pukul 9 lewat 15 menit. Pasti asrama sudah sepi dan teman-temanku sudah tidur.

Aku melirik ke sebelah kiriku, zayn berjalan dengan ketenangan diwajahnya.

Huh, bagaimana dia bisa sangat tenang seperti itu?

"jangan banyak memikirkan hal-hal yang tidak penting Rachel."

Aku hanya melirik nya saja, tanpa mengatakan sepatah kata pun. Kalian pasti tau ia siapa. sudah jelas itu zayn.

"Bisa kita bicara?"

Tumben sekali dia ingin mengajakku bicara dengan meminta izin terlebih dahulu.

Aku hanya mengangguk.

Ia menggenggam tanganku dan membawaku ke ujung lorong E ini dengan langkah yang agak terburu-buru.

Dan dia membawaku duduk di salah satu bangku dilorong ini.

Di lorong ini sudah sangat gelap, lentera-lentera yang ada sudah dipadamkan. Hanya ada satu lentera yg menyala di tengah-tengah lorong ini.

Zayn menatap mataku dengan sangat serius.Aku masih bisa melihatnya walau disini gelap.

"Ada apa?"

"Orang tua mu pernah bicara padamu bahwa kau memiliki seorang kakak?"

"Tidak pernah.mengapa? "

Ekspresi wajahnya mengeras. Ada apa dengannya?

"Kau tidak ingat dengan seorang bocah laki-laki yg tinggal bersama mu kurang lebih 4tahun?"

Another World's Generation ( ON EDITING)Where stories live. Discover now