#8 END

18 2 0
                                    

Jorge sengaja berdiri menunggu Julie di luar kelas. Begitu dilihatnya gadis berambut cokelat itu melangkah keluar, ia bergegas menghampirinya.

"Hey, Jul."

Julie mendongak. Seraut muka Jorge dengan ekspresi bersalah menyapanya. Ia menghela napas, tahu kalau Jorge akan terus berusaha untuk minta maaf gara-gara ciuman di malam prom itu. Dan Jorge tidak akan berhenti sebelum mendapatkannya.

"Kau masih marah padaku gara-gara kemarin itu?" Tanya Jorge hati-hati. "Aku benar-benar minta maaf."

Julie membetulkan letak tas ranselnya. Ia mengulas senyum tipis. Tidak pernah sulit baginya untuk memaafkan orang lain, apalagi Jorge yang sudah menjadi teman baiknya sejak lama. Perlahan, dianggukannya kepalanya, membuat Jorge turut tersenyum.

"Aku benar-benar—"

"Sudahlah," potong Julie cepat. "Aku juga tidak bisa marahan denganmu lama-lama."

Jorge nyengir. Ia berdehem sekilas. "Ada kegiatan sepulang sekolah, Jul?"

Alis Julie terangkat naik. "Tumben kau tanya kegiatanku sepulang sekolah."

"Erm...kalau kuajak kau nonton, kau ada waktu?"

Julie mengulum senyum. Ia sengaja menggantung jawabannya selama beberapa menit, membuat Jorge bergerak-gerak gelisah di tempatnya berdiri.

"Baiklah. Tapi...biasanya kau pulang bareng Aviva?"

"Ada yang mengajaknya pergi," jawab Jorge cepat. Nada bersemangat sangat kentara dalam suaranya. "Jadi, eh, ayo. Mobilku di parkiran."

Jorge mengulurkan tangan, berharap Julie mau menggandengnya. Tapi gadis itu hanya mengerutkan dahi sembari terdiam. Salah tingkah, Jorge menarik kembali tangannya dan berpura-pura menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tak ayal sikap Jorge membuat Julie terkikik geli. Ia kemudian menggamit lengan pemuda itu dan berjalan bersisian menyusuri koridor.

Sementara Jorge...jangan ditanya. Debaran jantungnya kembali ke titik tidak normal. Bertalu-talu tak karuan. Namun ia mencoba bersikap cool dan tetap percaya diri berjalan di sebelah Prom Queen itu. Hatinya membuncah bahagia.

Kencan pertama, pikirnya.

***

"Kau menerima pesanku tadi malam, kan, Suze?"

Suzy berpura-pura sibuk menata buku di dalam lokernya, sebisa mungkin menghindari tatapan Marc yang masih mengharap maaf darinya.

Tentu saja aku menerima pesanmu, batin Suzy. Aku bahkan menyimpannya di folder khusus supaya bisa kubaca berulang kali.

Tapi, tentu saja Suzy tak akan mengatakannya terang-terangan di depan Marc. Dia harus berusaha jual mahal di depan cowok sok kecakepan ini supaya ia bisa berpikir dua kali tiap kali hendak memperlakukan cewek-cewek yang mengaguminya.

Akhirnya, setelah tidak ada barang di dalam loker yang bisa dirapikan lagi (atau lebih tepatnya, pura-pura dirapikan), Suzy menutup pintu logam dan terpaksa menatap ke sepasang manik mata Marc yang masih menatapnya lekat.

Duh...kenapa Marc selalu bertambah ganteng tiga kali lipat tiap kali aku melihatnya??

"Kau mau memaafkanku, kan?" Pinta Marc. Ketika dilihatnya Suzy masih tak merespon, ia memindahkan tumpuan kaki dan berusaha berbicara dengan lebih persuasif lagi. "Pamanku baru saja membuka restoran seafood baru. Kutraktir kau makan di sana. Bagaimana? Kau mau memaafkanku?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 26, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Prom QueenWhere stories live. Discover now