#7

13 2 0
                                    

Suzy sudah menyiapkan serentet kata-sarkas, pedas dan bahkan kalau perlu kata makian saat ia berhadapan dengan Marc nanti. Namun nyatanya begitu berdiri di depan Marc dan melihat pemuda itu memasang tampang memelas yang sangat imut, amarah Suzy luntur seketika.

Duh, kenapa dia tambah ganteng saat memelas gitu, sih??

"Aku benar-benar minta maaf untuk yang tadi itu, Suze," ucap Marc, masih sambil memasang ekspresi muka bersalahnya. "Aku—aku tahu aku kebablasan. Aku benar-benar minta maaf."

Suzy berusaha memasang tampang galak sebisa mungkin, namun semuanya hancur saat Marc memegang kedua tangannya, meminta maaf untuk yang kesekian kalinya dengan dahi berkerut dan mata sayu.

"Baiklah," ujar Suzy akhirnya setelah mengembuskan napas panjang. "Tapi aku tidak mau berdansa denganmu lagi."

Ia melepaskan tangan Marc lalu berbalik menuju Julie di sudut lain aula yang juga baru saja menerima maaf Jorge. Marc masih memanggilnya di belakang, namun Suzy cuek saja. Kalau ia berhadapan dengan Marc lagi, hatinya pasti leleh lagi. Lebih baik pergi menghindar dulu.

"Bagaimana?" Tanya Suzy begitu ia berdiri di samping Julie. Sahabatnya itu juga tampaknya ingin menjauh dulu dari Jorge.

Julie mengangkat bahu. "Aku bilang dia bergerak terlalu cepat. Tapi, yah...dia memang teman yang asyik, sih. Aku tidak mau lama-lama berantem hanya gara-gara kejadian tadi. Kumaafkan."

Suzy mendengus pelan. Ia baru akan merespon balik saat dilihatnya dua orang memasuki aula sambil bergandengan tangan.

"Loh? Dani kemari bersama Aviva?" Matanya melebar. "Tadi sewaktu Marc menjemputku, dia bilang Dani tidak punya pasangan ke prom."

Julie menole ke arah pintu aula. Dahinya mengerut. "Bukannya Aviva bersama Scott tadi?"

"Scott? Scott Re—ah, itu dia."

Keduanya menahan napas saat Scott berjalan mendekati Aviva dan Dani dengan ekspresi tidak suka tergambar jelas di wajahnya.

***

"Kau merebut pasanganku?"

Tanpa tedeng aling-aling Scott berdiri di depan Dani dan mengatakannya dengan sengit.

Dani melepaskan tangannya yang menggenggam erat Aviva dan meletakannya di atas kepala, seperti pose orang yang ditodong senjata. "Santai, pal. Aku menemukan gadismu ini menangis di atap sekolah. Kau sendiri ke mana?"

"Sudahlah," potong Aviva dengan nada bosan.

"Kau menangis? Di atap?" Tatapan Scott beralih ke Aviva. Nada suaranya melunak. "Kenapa? Apa gara-gara Dani?"

"Sudah, Scott. Aku tidak mau berdebat." Aviva berjalan cepat menjauhi keduanya, meninggalkan Scott yang bengong di belakang. Ia berbalik menatap Dani yang masih memasang wajah tanpa dosa.

"Kau apakan dia sampai menangis-nangis, hah?"

"Kalau aku melakukan sesuatu padanya, kau mau apa? Menonjokku?" Tantang Dani. "Bukankah kau itu bahkan bukan siapa-siapanya?"

Dani hendak berbalik menjauh saat ia menyambung kembali kalimatnya barusan. "Dan dia juga menganggapmu bukan siapa-siapanya, Scott. Jangan GR."

***

"Alex?"

"Oh, hei, Aviva!" Seorang remaja yang tampak lebih muda dua tahun darinya bergegas menengok begitu dipanggil. Wajahnya mengulas senyum manis yang sekilas sangat mirip dengan sosok Marc Marquez. Ia sedang menyiapkan microphone di belakang panggung yang digunakan oleh MC untuk membawakan acara prom kali ini.

Prom QueenWhere stories live. Discover now