#6

18 2 0
                                    

"Maaf."

Julie bergegas melepaskan pelukannya di pinggang Jorge. Ia menatap langsung ke sepasang manik mata pemuda yang baru saja mencuri ciuman pertamanya itu. Ekspresinya tak terbaca.

Jorge berdiri canggung di hadapannya. "A—aku minta maaf, Jul. Tadi itu spontan."

Julie tetap tidak bergerak. Ia seperti hendak mengatakan sesuatu namun mengurungkan niatnya, membuat Jorge makin salah tingkah.

"A—aku..."

"Aku mau ambil minum," jawab Julie cepat. Ia melangkah panjang-panjang menuju meja yang menyediakan minuman dan makanan ringan di atasnya. Namun begitu mengambil segelas air, ia tidak kembali ke hadapan Jorge. Kakinya melangkah keluar aula.

Tinggallah Jorge yang meremas rambutnya sendiri dengan kesal. Ia tak seharusnya bertindak sejauh itu. Mereka memang sudah saling kenal dekat, tapi toh Jorge tidak tahu bagaimana perasaan Julie padanya. Bisa saja Julie menganggapnya hanya sebatas teman biasa. Bisa saja Julie sama sekali tidak mengharapkan sebuah ciuman. Sebersit rasa sesal memasuki hatinya.

Dasar bodoh! Jorge merutuki dirinya sendiri. Kau sudah bisa mendekatinya dan sekarang dia menjauh lagi!

***

Mata Marc jelalatan kesana kemari mencari sosok Dani. Sepertinya sahabatnya itu benar-benar "menepati janjinya": datang ke prom hanya sekedar setor muka, minum-minum sebentar lalu pulang lagi. Semenit lalu Marc melihatnya sedang mengambil minum di meja, tapi sekarang Dani sudah tidak kelihatan di mana-mana.

Dasar cowok anti-sosial, gerutu Marc dalam hati. Pantas sampai sekarang dia ngejomblo terus.

Marc mencoba melupakan Dani dan fokus pada gadis Asia yang sedari tadi menatapnya dengan kagum. Mereka masih berdansa mengikuti musik ballad yang tengah diputar. Tangan Suzy terkalung ke lehernya, dan wajah keduanya hanya berjarak beberapa sentimeter.

Senyum Suzy tak kunjung pudar sejak pertama kali memasuki mobil Marc di depan rumahnya. Ia merasa bagai di awang-awang dengan Marc di sisinya, menggenggam erat tangannya dan mengajaknya berdansa. Bahkan kalau Suzy boleh meminta, dia ingin acara prom ini berlangsung sampai besok pagi. Kapan lagi ia bisa sedekat ini dengan Marc?

Melihat senyum manis dan pancar kagum di mata gadis itu, Marc memutuskan ia bisa bertindak sedikit lebih jauh. Tangannya yang sedari tadi memeluk pinggang Suzy perlahan merambat naik ke pipi gadis itu. Dibelainya pelan sisi kiri wajah Suzy. Jari-jarinya memainkan helai-helai rambut hitam gadis itu.

Suzy meneguk ludah. Ia merasa jantungnya berhenti berdetak. Sentuhan Marc yang begitu lembut melenakan dirinya.

Melihat Suzy yang tetap terdiam, Marc mempererat pelukannya dan mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu. Ia mencium pipi Suzy, lalu dengan sengaja menempelkan pipinya ke pipi Suzy selama beberapa detik. Marc bahkan bisa mendengar suara detak jantung gadis di hadapannya ini. Cepat dan tak teratur.

Marc menurunkan kepalanya ke arah leher gadis itu. Ia kembali menciuminya, kali ini dengan napas yang lebih menderu. Intensitas ciuman Marc membuat Suzy sadar, pemuda itu telah bergerak terlalu jauh.

"Marc..." ia mencoba mengingatkan pasangan kencannya. Namun Marc tidak awas dan malah menganggapnya sebagai persetujuan. Tangannya semakin erat memeluk pinggang Suzy. Ia mulai berani memainkan lidahnya di leher gadis itu.

"Marc!" Suzy berteriak dan seketika itu juga melepaskan pelukan Marc. Tatapan kagumnya berubah jijik.

"Kau ini apa-apaan?!"

Prom QueenWhere stories live. Discover now