14| Jadian, yuk?

49.5K 1.6K 209
                                    

                Sepulang dari sekolah aku langsung mengurung diri di kamar. Tadi aku sempat melihat Kak Shila dan Kak Dylan sibuk mengobrol di ruang TV sebelum aku naik ke lantai dua di mana kamarku berada. Dan hanya dengan melihat Kak Shila saja sudah membuat hatiku berdenyut sakit.

Dari arah luar balkon aku mendengar suara petikan gitar yang membuatku mengernyitkan dahi.

"Mungkin ini memang jalan takdirku. Mengagumi tanpa di cintai."

Samar-samar aku mendengar suara seseorang menyanyikan sebuah lagu. Dari suaranya, aku bisa langsung menebak jika itu adalah Ferrish.

"Tak mengapa bagiku asal kau pun bahagia dalam hidupmu, dalam hidupmu."

Dengan perasaan kesal aku langsung bangkit dari posisi tidur lalu berjalan ke arah balkon. Di balkon sebelah rumah, tepatnya di balkon kamar milik Ferrish, kulihat sang penghuni kamar itu sudah duduk di kursi yang berada di balkon. Gitar berada di tangannya. Wajah tengilnya terpasang ketika menyanyikan lagu milik Ungu yang berjudul Cinta Dalam Hati itu.

"Telah lama kupendam perasaan itu. Menunggu hatimu menyambut diriku. Tak mengapa bagiku mencintaimu pun adalah bahagia untukku, bahagia untukku," kata Ferrish menyanyikan lagu yang sejak tadi ia nyanyikan.

Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada. Kutatap Farrish dengan tatapan membunuh. Bisa-bisanya cowok itu menyanyikan lagu menyesakkan seperti itu. Padahal kan dia tahu sendiri kalau aku sedang patah hati.

"Ku ingin kau tahu diriku di sini menanti dirimu. Meski ku tunggu hingga ujung waktuku. Dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya. Dan...."

Sebelum Ferrish menyelesaikan nyanyiannya, aku terlebih dulu mengambil sebelah sandal selop yang sedang kupakai. Lalu, setelah itu aku melemparkan selopku itu ke arah Ferrish yang sukses mengenai kepalanya.

"Hei!" protes Ferrish seraya melotot garang ke arahku.

"Syukurin!" balasku menjulurkan lidah ke arahnya.

"Dasar nggak sopan," kata Ferrish kepadaku. "Udah dinyanyiin dengan sepenuh hati malah dilempar sandal butut."

"Lo tuh bukan nyanyiin sepenuh hati, tapi nyindir sepenuh hati," ucapku. "Udah tahu kalau gue sedang patah hati, tapi malah sengaja nyanyiin lagu kayak gitu. Tega lo emang."
"Oh, lo sedang patah hati?" ledeknya dengan eskpresi prihatin yang dibuat-buat.

"Bener-bener lo, ya!" balasku makin kesal seraya melepaskan sebelah selopku lalu melemparkannya ke arah Ferrish. Kali ini lemparanku meleset yang malah membuatnya tertawa.

"Nggak kena," katanya meledekku diiringi suara tawanya yang begitu menyebalkan.

Aku mendengus kesal lalu berjalan kembali ke dalam kamar. Ferrish memang jagonya bikin orang emosi. Heran sekali ada orang semenyebalkan itu di dunia.

"Jreeeng...."

Terdengar petikan gitar yang sontak membuatku mengehela napas dalam.

"Baru kusadari..., cintaku bertepuk sebelah tangan...."

Suara Ferrish kembali terdengar. Dan tentu saja, dia masih tetap meledekku dengan lagu galau lainnya.

"Rese lo, ya, Rish!" teriakku kesal seraya berjalan keluar dari kamar. Sebaiknya aku menghindar dari Ferrish dan lagu-lagu galaunya yang membuatku semakin sakit hati.

Aku turun ke lantai satu. Dari ruang TV, aku mendengar suara orang mengobrol. Sontak aku pergi ke sana untuk mengecek ada siapa saja di ruangan itu. Lalu, kulihat sosok Kak Eghi tengah duduk manis di sofa panjang bersebelahan dengan Kak Shila. Di sana, ada pula Kak Dylan yang juga ikut mengobrol.

Cinta Satu KompleksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang