03| Aryan Suteja

64.3K 1.6K 53
                                    

Setelah bel tanda pulang berbunyi, aku langsung berjalan menuju parkiran mobil untuk menghampiri Ferrish karena memang tadi aku minta tebengan sama dia. Ini pun bukan murni karena aku ingin satu mobil dengannya. Melainkan aku ingin pulang bareng sama Kak Eghi. Secara hari ini Kak Eghi bareng sama Ferrish.

Setelah sampai di parkiran mobil, aku langsung berjalan menuju mobil sport putih milik Ferrish. Namun, di sana aku tak menemukan keberadaan cowok itu. Kak Eghi pun tak kulihat. Sepertinya mereka masih di kelas.

Aku menghela napas dalam, lalu bersandar pada mobil Ferrish, menungu pemiliknya datang. Kuamati sekitar, mencari keberadaan Ferrish dan Kak Eghi di antara murid-murid yang lain. Tapi sampai sepuluh menit berselang, mereka masih saja belum datang.

Jangan-jangan Ferrish mengajak Kak Eghi untuk berlama-lama hanya biar aku capek menunggu? Ya, pasti begitu. Ferrish memang menyebalkan.

Akhirnya aku memutuskan untuk mengirim pesan kepada Ferrish menanyakan keberadaannya. Namun pesanku pun tak kunjung dibukanya.

"Mau lo apa, sih?" gerutuku kesal sambil membuka tutup halaman pesanku dan Ferrish.

Aku mendengus dan mengangkat kepala. Lalu dari arah lorong kelas aku melihat sosok Ferrish yang sedang berjalan ke arahku. Aku tak pernah merasa selega ini melihatnya.

Aku mengangkat tanganku, berniat untuk menyapanya. Tapi Ferrish hanya berjalan melewatiku dan langsung masuk ke dalam mobilnya. Aku menatapnya dengan tak percaya.

"Apa-apaan itu?" omelku.

Tanpa basa-basi aku mengikutinya memasuki mobil dan langsung duduk di bangku penumpang di sebelahnya. Ferrish yang menyadari kehadiranku langsung menatapku dengan kening berkerut.

"Ngapain lo di mobil gue?" tanyanya bingung bercampur heran.

"Kan gue tadi udah bilang sama lo minta tebengan," ucapku sebal sendiri.

"Oh."

Kali ini gantian aku yang mengernyitkan dahi menatap Ferrish yang tampak aneh. Biasanya, paling tidak, Ferrish akan meledekku dulu. Jarang sekali Ferrish mengabaikanku begitu saja.

"Lo kenapa?" tanyaku menatapnya ngeri.

Pertanyaannya itu membuatku kembali menatapku dan menghujaniku tatapan tajam. Secara refleks aku langsung merapat ke pintu, siap untuk membukanya dan kabur jika diharuskan. Aura yang terpancar dari cowok di sampingku ini sedang tidak bagus. Ya, meskipun sebenarnya dia memang tak pernah memiliki aura yang menyenangkan tapi kali ini auranya begitu mengerikan. Bahkan seorang Moza dibuat takut olehnya.

"Lo kenal sama Aryan Suteja nggak, Moz?" tanyanya tiba-tiba masih dengan tatapan dingin dan tajam.

Aku melirik ke arah kaca jendela depanku sambil mengingat pemilik nama Aryan Suteja. Sepertinya aku pernah mendengar nama itu.

"Kenal atau enggak?" tanyanya lagi dengan nada menuntut.

"Ya..., ya bentar. Gue lagi mikir," jawabku kebingungan.

Diberi pertanyaan dalam situasi seperti ini sungguh menyusahkan. Mana bisa aku berpikir jika dihujani tatapan mengintimidasi seperti ini.

"Anak kelas XI IPS 3. Kenal atau nggak?"

Apa mungkin yang dia maksud itu Tejo, anak Paskibra yang tinggi dan gagah itu? Ya, setahuku anak XI IPS 3 yang namanya Suteja itu ya dia. Anak-anak lebih sering memanggilnya Tejo daripada Teja. Kata anak-anak sih, lebih mantap nama Tejo.

"Tejo maksud lo?" tanyaku balik.

"Tejo?"

Aku hanya mengangguk. "Iya, Tejo. Anak XI IPS 3. Yang tinggi, gagah, kulit sawo matang dan tampan itu, kan? Ngapain lo nanyain Tejo?" tanyaku lagi. Lalu aku menunjuk Ferrish dan memasang wajah terkejut yang dibuat-buat. "Jangan bilang lo naksir dia? Tobat, Rish. Tobat!"

Cinta Satu KompleksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang