Chapter 17.3 • Be a Mother

35.3K 3.7K 150
                                    

Sepanjang tiga puluh menit Claire duduk di kereta bawah tanah di London, atau yang sering orang London sebut dengan rail, orang-orang didalam rail  pasti melirik Claire dengan heran walaupun mereka enggan bertanya. 

Claire mengambil posisi duduk diantara kursi yang ditempati seorang nenek dan seorang kakek. Belum lagi Claire memeluk empat buket cokelat yang dia beli di sebuah toko yang dia dapatkan rekomendasi-nya dari Edward. 

Ed kembali bersama Lily. Mengantarkan Lily langsung kembali lagi ke Private Airport begitu Lily mendapat telepon dari Max Jasper -ayahnya. Max begitu terkejut mengetahui Lily pergi mendadak ke London sendirian. Maka dari itu Max meminta Lily segera pulang kembali ke Bali dan Max sampai mengirimkan jet pribadi untuk menjemput Lily. Bagi Claire, Max adalah seorang ayah yang posesif. 

Sedangkan Christian mengikuti Ed ke private airport. Karena mobil yang ditumpangi Christian digunakan untuk membawa dua koper Lily. Sedangkan Edward bersama Lily pergi menggunakan motor yang telah dibawa Ed. 

Jadilah Claire di dalam Rail menuju ke sekolah Zack, Zoe dan Paris. 

Sambil memakan cokelatnya dengan lahap, Claire memainkan ponsel-nya, terus menghubungi nomor Ethan tetapi lelaki itu tak kunjung menjawab. 

"Apakah kau akan memakan semua itu?"

Dengan mulut yang penuh dengan cokelat, Claire memalingkan wajah ke samping. Seorang nenek dengan topi rajut berwarna cokelat baru saja bertanya padanya. 

Nenek itu kemudian tersenyum, "cokelat itu, apakah kau akan memakan semuanya?" 

"Oh, tentu saja tidak." Claire menatap empat buket yang ada dalam dekapannya. "Tiga buket cokelat ini untuk ketiga anakku yang akan pentas diatas panggung dan satu buket sendiri untukku." Cerita Claire kemudian dia tertawa kecil. 

"Kau sudah memiliki anak?" Nenek itu menatap Claire dengan terkejut. Karena nenek itu kira, Claire adalah anak kuliahan. Terlihat dari sifat riangnya, dandanannya, dan juga tubuhnya yang masih bagus dan kencang. 

Claire mengangguk mantap. "Aku punya empat anak." Claire kemudian mendekatkan dirinya ke nenek itu dan membisikkannya sesuatu. 

"Anak masa depan?" Nenek itu terkejut mendengarnya dan kemudian menatap Claire dengan aneh. 

"Ya, empat anak dari suami masa depanku. Karena aku adalah istri dari masa depan." 

Kakek-kakek tua disamping Claire itu kemudian memajukan tubuhnya, menatap sang nenek. "Kau jangan berbicara dengannya, Cherry. Sepertinya wanita ini gila." 

Mendengar itu, Claire tertawa dan berusaha anggun. "Ini untukmu, sir." 

Kakek tua itu terdiam menatap Claire dengan bingung. "Kenapa kau memberiku cokelat?" 

"Karena kau orang ke sepuluh dalam sebulan ini yang mengatakan bahwa aku gila." Rail kemudian berhenti di stasiun tujuan Claire. "Aku turun dulu, doakan aku sukses membuat anak--anakku jatuh cinta padaku, ya ma'am Cherry." 

Nenek yang bernama Cherry itu mengangguk sambil tersipu ketika Claire memberinya sebuah cokelat berbentuk bulat dengan bungkus berwarna merah. 

Setelah Claire turun, Cherry menatap suaminya. "Dia anak yang baik, sayang. Mungkin dia tidak gila, ucapannya benar. Dia adalah istri masa depan untuk lelaki yang terbaik. Ah, andai saja anak lajang kita itu masih hidup. Aku akan menerima wanita muda tadi untuk menjadi istri masa depannya. Dia baik." 

•••

Claire mengambil bangku penonton paling depan. Sehingga dengan jelas dirinya dapat melihat Zack dan Zoe nantinya diatas panggung. 

Dear Future Wife [Terbit di aplikasi DREAME]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon