Chapter 7 | The truth Hurts

15.7K 1.1K 27
                                    

I can't forgive you. Not now, not ever. Because of you my life never been same again

Author-

 ***

Two weeks later

Faith Rosaline Winter POV

Harvard University, Boston

Dua minggu kemudian kehidupanku kembali normal. Isandra juga sudah tahu apa yang terjadi padaku di malam pesta itu tempo hari. Dia langsung membenci dan berjanji akan membunuh Luca jika saja hukum memperbolehkan pembunuhan. Dia sangat marah. Dia sangat marah karena sahabatnya sudah disakiti dan diperlakukan seperti sampah.

Beberapa kali aku mencegatnya berbuat nekat saat tidak sengaja kami dan Luca berada dalam satu ruangan. Aku memutuskan untuk menghindar. Parahnya lagi, Isandra semakin bertambah murka saat mengetahui kalau Luca sama sekali tidak merasa bersalah karena apa yang dilakukannya padaku. Dua minggu ini begitu melelahkan untukku. tanganku bergerak memijat pelipis karena pusing yang melandaku. Isandra sedang berdebat dengan Jonathan mengenai topik tugas kelompok yang diberikan oleh dosen sebagai tugas sebelum test berlangsung. "kalian bisa berhenti bertengkar tidak?" tanyaku frustasi.

Diana hanya tertawa lebar mendengar pertanyaanku. Sama sekali tidak mendukung. Isandra dan Jonathan berhenti bertengkar dan berbisik mengenaiku. Mereka bersekongkol untuk membuatku semakin jengkel. Aku mengerang dan membenturkan kepalaku keatas meja makan yang tersedia di cafeteria. "kalian benar-benar membuatku frustasi" protesku sebal.

"kau tidak akan bisa hidup tanpaku Faith" Isandra menyikut lengannya di tulang rusukku dan menatapku sambil menaik turunkan alisnya. Dahiku berkerut lalu menepis tangannya yang menyebalkan. Semua orang yang ada di meja makan tertawa. Aku melihat perubahan raut wajah Isandra. Dia terlihat ingin menerkam seseorang. Bukan, dia terlihat ingin menerkam Luca. Aku mengikuti arah pandangnya dan mendapati Luca sedang duduk menghadap kearah kami. Dipangkuannya terdapat seorang wanita yang memiliki rambut warna cokelat. Wanita itu sibuk mencium leher Luca, sedangkan pria itu sibuk menatap kami, lebih tepatnya aku. Dia terlihat sedang mengawasiku sedangkan tangannya sibuk mencengkram rambut wanita itu. aku langsung mengalihkan tatapanku. Tidak sanggup melihat mata hitam cokelatnya yang memperhatikanku dengan tajam.

"sudahlah Sandra, abaikan saja. Aku sudah melupakan kejadian itu" bisikku di telinganya.

Isandra menoleh cepat kearahku. Dia menatapku dengan geram. "kejadian seperti itu tidak boleh dilupakan. Apa kau tidak ingin balas dendam?" desisnya pelan. apa dia sudah gila? Luca punya kekuasaan. Amat sangat tidak mungkin melakukan hal yang baru saja ditanyakannya tanpa mengalami resiko. Hidupku masih panjang.

Aku menggeleng cepat. "aku tidak mau nyawaku terancam karena ide gilamu Is" jawabku berusaha terlihat santai. Tanganku mencomot kentang goreng miliknya dan memakannya. Isandra hanya menatapku sebal sebelum kembali mengobrol dengan yang lain. Syukurlah, ujarku dalam hati. Aku tidak mau berdebat ataupun membahas mengenai pria itu. Rasanya menyakitkan jika aku mengingatnya terus menerus.

"jadi kita bisa mulai mengerjakan tugas ini dimana?" tanya Diana. Aku berpikir sebentar. Karena hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari data dan informasi, perpustakaan umum adalah pilihan yang tepat.

The Devil Possession ✔ [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now