HOPE (chapter 17) END

3.1K 72 26
                                    

maaf ya saya baru bisa update. Udah lama ga buka wattpad karena "sesuatu"

Saat hujan pergi

-Jangan sesali keputusanmu dan terus bersedih. Jalani itu dan tersenyumlah.-

Malam itu hujan tidak turun, setetespun tidak. Aku hanya duduk di tempat tidurku, biarkan tubuhku bersadar dengan tembok bercat hijau. Sepi.

Tiba-tiba saja aku teringat akan memori indah yang telah terjadi waktu lalu. Waktu aku selalu tersenyum. Akhirnya sekarang mataku terpusat pada sebuah lemari berukuran cukup besar, dibalik pintu bagian kanan lemari ada sebuah kado pemberiannya.

Besok adalah akhirnya.

Kualihkan pandanganku ke jendela.

“Hujan.”

                                                   *           *           *

“Enak, dari semalam hujan.” Dian merapatkan jaketnya “Sayangnya udah berhenti, dan sekarang sisa gerimis.”

“Gerimis juga bagus.” Balasku.

Aku dan Dian menyusuri koridor sekolah yang tampak sepi, titik-titik air diatas dedaunan dari sisa hujan tadi perlahan turun menyentuh permukaan bumi. Dari sini sudah terlihat kantin sekolah yang cukup ramai.

Disudut keramaian kulihat dua orang lelaki dan seorang perempuan yang tampaknya kukenal. Oh, itu kak Sandy, Tian, dan Izzy.

“Dia udah datang, yan.”

“Yaudah, gue tunggu disini aja,” Dian duduk di bangku kecil dekat penjual milk shake. Jarak yang cukup jauh. “Semangat!”

Aku menghampiri kak Sandy, Tian, dan Izzy, namun tiba-tiba saja aku melihat Shinta berlari menjauh dari kantin begitu ia melihatku. Seperti ingin menangis, tetapi penuh dengan kebencian... begitu ia melihatku. Aku tidak tahu kenapa dia begitu, aneh.

“Cha.” Izzy menyadari keberadaanku sehingga ia menggeserkan tubuhnya sedikit agar aku dapat duduk disampingnya. Di depanku ada Tian dan disamping Tian ada kak Sandy.

“Mau mulai darimana?” Tanya kak Sandy memulai pembicaraan.

“Dari awal.” Jawab Tian “Oh, ya. Sori nih, ya gue ikutan abisnya dia gak mau sendirian."

“Nggak apa lagi.”

Kami diam sejenak sampai akhirnya Izzy bicara “Langsung aja, deh. Maksud lo apa ngasih Ocha harapan palsu?” Nada bicaranya seperti menahan amarah.

“Sebelumnya gue minta maaf.” Ia menatapku, membuatku buang muka “Cha, gue minta maaf udah ngasih harapan ke lo. Dengan kata-kata dan perlakuan gue udah membuat perasaan lo semakin besar” ia merubah gaya bicaranya. Dulu kami cuma memanggil nama, sekarang tidak lagi.

“Hng...” Responku.

“Oh iya, gue juga mau minta maaf nih udah bohongin lo. Gue Tian, temannya Ocha. Dan gue minta tolong sama si Izzy...”

“Gue udah tau, kok.” Ia setengah menyeringai “Gue nggak  sebodoh itu. Makanya gue sengaja sms begitu ke Izzy, karena gue tau pasti Izzy ngasih tau ke Ocha.”

“Wow, bagus dong?” Tian berpura-pura terkejut “berarti lo emang berniat buat nyakitin hati Ocha, ya?”

“Bukan berniat nyakitin hati dia, cuma... gue sih sengaja aja biar Ocha nggak berharap lagi. Mau lo gitu kan cha?”

“Ooooh gitu, ya..” Tian berusaha untuk tenang. Atmosfernya disini berbeda dari sebelumnya.

“Gue cuma kecewa, kak sama lo. Lo begitu menganggap gue perempuan jahat meskipun lo sengaja. Kenapa sih, lo nggak percaya sama gue?” Aku memberanikan diri untuk bicara, rasanya mau menangis, tapi aku berusaha untuk menahannya “Lo takut cerita ini kebongkar sama orang-orang? lo mengira kalo lo dan Izzy deket tuh membuat gue nge-blacklist si Izzy lalu gue bakalan nyusun rencana jahat, gitu?!”

HOPEWhere stories live. Discover now