HOPE (chapter 12)

2.1K 36 3
                                    

chapter 12: Januari

Sandy Putra Rakhsan update new status

Klik.

Loading.

Sandy Putra Rakhsan : ini juga menakutkan

Diam... aku diam... takut kenapa? dia takut apa?

                                                   *           *           *

Beberapa hari lagi bulan Januari berganti menjadi Februari. Angin berhembus pelan, matahari memancarkan sinar yang begitu terik. Rasanya neraka bocor.

“Kakak kenapa?” tanyaku padanya sambil menguncir rambut panjangku.

Lelaki berkemeja kotak-kotak itu diam sejenak, lalu ia membuka mulutnya “gak kenapa-napa kok.”

“Kok kayaknya akhir-akhir ini nggak ramah kaya biasanya, sih?” Aku mengerutkan kening

Ia menggeleng “Kakak cuma lagi uring-uringan aja kok. Mikirin UN.”

“Oooh... iya, ya. Sebentar lagi UN”

Lelaki itu tersenyum padaku, namun tetap saja aku khawatir.

“Kak...”

“Ya?”

Aku tak menjawab, diam sejenak. Lalu mulutku berkata...

“Jangan pergi, ya”

Sesaat setelah kuucapkan kalimat itu, aku merasa wajahnya menjadi tegang, ia tak menjawab, namun ia tetap tersenyum.

“kak...” Panggilku

“hng?” Responnya

Aku menggeleng “nggak jadi deh.”

Ia diam sejenak, lalu membuka mulutnya “Bukannya kakak cuek akhir-akhir ini, mungkin, kakak memang seperti ini”

Aku diam meliriknya dengan mataku yang besar.

Dan orang cuek itu nggak selamanya cuek.

                                                   *           *           *

Pandanganku begitu lurus menatap ring basket yang hampa, kosong, sepi. Lapangan basket memang sepi, namun lapangan voli selalu ramai setelah Tian sering datang ke sekolahku untuk main. Tapi aku tak peduli akan hal itu, yang ada di pikiranku sekarang cuma kak Sandy, ah sial, sepertinya aku galau.

“sombong sekali, sih.”

Aku tersadar dari lamunanku “hah? Apa?”

“Gue udah nyapa lo dari tadi, tapi elonya malah diem aja ngeliatin ring basket. Wah lo suka sama anak basket, ya? Tapi dia nggak main basket? Tenang aja, Jia, sebentar lagi juga pada dateng kok. Baru jam 3. Tapi gerimis, nih!”

“Sejak kapan lo jadi cerewet?” Aku heran.

Raut wajahnya menjadi sedikit tegang “he-eh?”

Aku menghela napas.

“Apa gerangan yang menggundahkan hatimu, Jia?” Tanyanya dengan bahasa baku dan nada meledek.

“bukan apa-apa, Tian.”

“Lagi ada masalah, ya sama gebetan? Atau sama pacar?”

“Emang lo tau apa sih?! Berisik!” Bentakku sedikit kasar. Aku keceplosan, tutur kataku tadi mungkin terlalu kasar. Sepertinya ia akan marah, aku sudah tak mendengar suaranya lagi setelah itu. Benarkah? Apa dia marah?

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang