HOPE (chapter 16)

2.1K 37 7
                                    

chapter 16: Yang tidak diketahui

-Senyum yang menghiasi wajah tak selalu menggambarkan isi hati-

Siang itu, aku dan teman-teman satu ekskul sedang menghadiri pernikahan mentorku. Aku berharap hari ini cerah, memang sih harapanku terwujud, tapi kali ini kelewat cerah karena panas sekali sampai menyengat kulit bila berkontak langsung dengan matahari.

“Abisin makanannya!” Rahmah menyendoki sesuap nasi untukku.

Aku cuma mengangguk sambil melahap makanan di piring sampai habis “udah, tuh!”

Saat aku sedang berbincang dengan Rahmah, Dian malah menyenggolku dengan sikutnya yang tajam. Matanya mengekor kebelakang, membuatku menoleh.

“Eh Ocha.” Seru seorang lelaki dibelakang, temannya kak Sandy. Saat ia menyebut namaku, dengan cepat aku membuang muka dan berpura-pura berbincang-bincang dengan Dian seraya memakan es doger.

“Si Sandy mana, weh?” Ia bertanya pada temannya lagi. Responnya ‘tidak tau’, aku tetap cuek “Ah, paling dia sama cewek lagi, tuh.”

Dheg.

“Oh, yang anak Tebet itu, ya?” Suara yang berbeda tertangkap di telingaku.

“Iya, yang pake kacamata, tapi kadang-kadang pake softlens. Waktu itu datang ke sekolahan, tuh. Cantik. Beda, sih sama yang ini.”

Aku hanya menghela napas lalu berdiri menatap kedua lelaki itu sambil tersenyum masam sambil meremas gelas plastik berisi es doger sampai esnya sedikit lumer. Rasanya hati ini bercampur sakit, marah, kecewa, dan lain-lain!

Sori, deh. Aku emang nggak cantik. Nggak seperti dia. Tapi, bisakah sebagai seorang lelaki menjaga perasaan perempuan. Mengertikah sebagian perempuan sensitif jika disinggung mengenai ‘fisik’?

                                                   *           *           *

“Zi,” Aku memanggil Izzy yang sedang berkutat dengan ponselnya, senyum yang tadinya melekat di wajahnya langsung pudar begitu melihatku “Lo...”

“Apa?”

Aku menggeleng, tetapi ia malah menonjolkan ekspresi yang berbeda, mata yang sendu dan seolah-olah merasa iba. Apa yang ia siratkan diwajahnya membuatku tak mengerti.

“Cha,” Ia bergantian memanggilku lalu ia menggenggam tanganku dan membawaku ke luar kelas “Lo sama kak Sandy masih dekat?”

Aku terdiam seraya menunduk, kenapa dia menanyakan hal itu?

“Jawab gue, Cha. Percaya sama gue. Gue nggak akan berkhianat.”

Sesungguhnya aku memang orang yang tertutup, teman sekelaspun belum tahu tentang hubunganku dengan kak Sandy, karena aku hanya diam, meskipun mereka masih menggodaku seolah-olah aku dan kak Sandy masih dekat.

“Lo mau tau apa, sih? Lo nggak perlu tau...”

Gadis itu menatapku lekat-lekat “Gue tau semuanya, maaf, gue udah terseret dalam hubungan lo berdua.”

Mataku terbelalak “Maksud lo?”

“Lo mau tau? Nanti pulang sekolah jangan pulang dulu.”

Perempuan berambut panjang dengan kulit hitam manis itu membelakangiku “Ingat, Cha. Dia bukan yang terbaik.” Setelah ia ucapkan itu, ia pergi, dan lututku terasa lemas.

                                                   *           *           *

Langit biru yang cerah dengan awan putih yang menghiasi langit menjadi menu cuaca hari ini. Di ruangan yang cukup besar ini hanya ada aku dan Izzy. AC di kelas masih menyala dan pintu kelas tertutup rapat.

HOPEWhere stories live. Discover now