#1

79 9 2
                                    

First of all, I'm sorry for being inactive for a while. Sibuk kerja buat membangun masa depan #eeaaa Sejak 2016 emang udah mulai nggak update blog dan Wattpad. Sekarang aku udah lulus kuliah, kerja freelance sambil nyari2 kerja juga. Sibuk pokoknya, hampir nggak ada waktu buat nulis2 lagi. Banyak FF yang masih nanggung alias belum kelar sampai ending. Pengen banget nerusin nulis dan publish di blog. Where I Belong season 2 aja belum kelar-kelar nih. Buat ngisi Wattpad, ada FF di blog aku yang belum diposting di sini. Selamat membaca!

***

Aviva baru saja menutup pintu lokernya saat ia menyadari ada orang yang berdiri di sampingnya. Ia terlonjak kaget, nyaris saja menjatuhkan tas selempang yang dipegangnya.

"Scott," ujarnya lega sembari mengembuskan napas, "jantungku mau copot."

"Maaf," ujar cowok yang sekepala lebih tinggi dari Aviva itu. Ia tampak kasual dengan raglan warna hitam dan jeans gelap. Wajahnya menunduk menatap paras cantik Aviva sembari mengulas senyum. "Jadi, bagaimana jawabanmu?"

Alis Aviva naik. "Jawaban apa?"

"Kemarin aku bertanya padamu apakah kau mau jadi pasanganku ke acara prom night," jelas Scott. Senyum tidak juga menghilang dari wajahnya. Ia menatap penuh harap pada lawan bicaranya. "Jadi?? Jawabanmu adalah??"

"Tidak," lugas Aviva sembari memasang tas selempangnya melintang di badan. Ia berusaha menampakkan senyum manis lalu segera berjalan menjauh.

"Hei, hei, Av, tunggu dulu," Scott belum mau menyerah. Dikejarnya Aviva sampai mereka berjalan bersisian sepanjang koridor. "Apa sudah ada yang mengajakmu duluan?"

"Belum ada yang kuiyakan," jawab Aviva cepat, seolah ingin Scott segera pergi dari hadapannya.

"Kalau begitu kau belum punya pasangan ke acara prom, kan?" Cecar Scott. Kini pemuda itu sengaja berdiri di depan Aviva, menghalangi jalannya, memaksa gadis itu menatap Scott sekali lagi.

Aviva menghela napas bosan. "Maaf, Scott, aku tidak bisa pergi denganmu. Kau bisa ajak cewek lain atau adik kelas."

"Tapi kau sendiri bagaimana? Kau tidak punya pasangan—"

"Permisi, aku mau ke toilet cewek."

Aviva bergegas menerobos Scott dan melangkah panjang-panjang menjauhi cowok itu. Setelah dirasa Scott tidak lagi mengikutinya, gadis itu memelankan langkah dan berbelok ke kanan. Deretan loker tampak di sepanjang koridor. Mata Aviva menangkap sesosok laki-laki yang tengah mengambil dua buah buku dari dalam lokernya.

Senyumnya mengembang melihat laki-laki itu.

"Hei, Jorge," panggil Aviva pelan setelah berada persis di sampingnya. Yang dipanggil menoleh dan menampakkan seulas senyum tipis.

"Hei, kau. Biar kutebak, kau baru saja menolak ajakan untuk ke prom lagi."

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Kalau kau lupa, aku ini sahabatmu," jawab Jorge sambil nyengir dan mengucek poni Aviva sampai berantakan. "Siapa yang mengajakmu kali ini?"

"Scott Redding," jawab Aviva sambil merapikan poninya.

"Kapten tim sepakbola?" Alis Jorge naik. Ia menutup lokernya dan menatap lekat gadis itu. "Kemarin kau menolak Aleix Espargaro, ketua tim debat bahasa Inggris. Lalu Marc Marquez, kapten tim basket. Lalu, siapa tuh namanya, kiper tim sepakbola sekolah dan pemenang Olimpiade tahun kemarin."

Aviva mengangkat bahu. "Mungkin salah satunya akan kuiyakan menjelang hari H."

"Av, separuh populasi cewek St. Jude ingin menjadi seperti dirimu yang seksi dan berprofesi sebagai model, tapi kau sendiri malah menolak separuh cowok-cowok keren yang mengajakmu ke prom."

Prom QueenWhere stories live. Discover now