Curiosity

1.4K 20 3
                                    

Pier tidak bisa tidur semalam. Memikirkan apa yang akan terjadi pada Elizabeth. Berdasarkan rumor, Elizabeth sekarang berada dipenjara. Pier sedikit lega Elizabeth tidak jadi dipancung. Tapi entah sampai kapan. Mungkin hanya sampai satu jam yang lalu dia dipenjara, setelah itu dia dipancung begitu saja dan orang-orang tidak ada yang tahu sehingga mereka mengira Elizabeth sampai sekarang masih dipenjara. Arrrgh!!. Pier tidak bisa berpikir jernih. Dia sendiri juga tidak tahu kenapa dia begitu peduli kepada Elizabeth.

Penyihir. Hukum pancung. Scarlett Blodwed.

Pagi-pagi sekali, ruang pertemuan istana sudah ramai dipenuhi para bangsawan. Disana terlihat juga Raja Matias, Alex, Marcus, dan Luxius.

“Kau tidak bisa membiarkan penyihir itu berlama-lama di penjara!” kata seorang bangsawan. Suaranya menandakan dia sedang marah besar.

“Dia bisa saja menghancurkan kerajaan ini!” sahut bangsawan yang lain.

“Ya! Kau tahu kan hukum yang berlaku di Voldore? Tidak boleh ada penyihir! Mereka adalah ancaman!” para bangsawan itu menujukan protesnya kepada Alex.

“Aku sudah tahu itu sejak lahir,” Alex mulai angkat bicara. “Aku berpikir apa untungnya hukum pancung?”

“Apa? Tuan, bisa saja dia melakukan sesuatu sekarang! Tepat saat aku berbicara!”

“Kita akan melakukan ‘cobaan’,” jawabnya setelah jeda beberapa saat.

Semua orang di ruangan sekarang terlihat sedikit tenang. Walaupun begitu, beberapa dari mereka masih ada yang terlihat kurang setuju, tapi apa daya, Alex sudah pergi meninggalkan ruangan. Mereka tahu sifat Tuannya yang tidak bisa diganggu gugat.

***

Elizabeth terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara pintu gerbang yang dibuka dengan kasar. Apa orang-orang ini tidak tahu caranya sopan santun?! Suara hentakan kaki turut serta mengiringinya.

“Bangun penyihir!” seorang penjaga berdiri dengan arogan di depan sel Elizabeth.

Elizabeth mengangkat kepalanya. Dia berusaha melihat wajah penjaga dalam keremangan. Dia ingin sekali melihat wajah penjaga itu dengan jelas sehingga dia tahu siapa yang akan dibunuhnya kelak setelah dia bebas.

“Penyihir yang malang... apa kau merindukan kekasihmu? Aku yakin saat ini dia sedang tidur dengan ibumu,” ejek penjaga yang lain disambut tawa temannya.

“Apa kalian sudah menghubungi ibu kalian?” Elizabeth berusaha untuk melawan. “Pastikan ibu kalian tidak tidur dengannya. Dia suka ibu-ibu!”

Kedua penjaga itu tentu saja langsung naik pitam. Seorang penjaga langsung mengambil garpu tala yang berada di penjara lalu memukul Elizabeth melalui celah diantara jeruji besi dengan keras.

Elizabeth mengerang kesakitan. Pukulan itu mengenai lengannya yang belum sembuh dari pecutan kemarin. Dia ingin sekali menangis tapi air matanya telah habis. Siapa yang bisa menolongnya disini? Dia tidak ingin berkahir begitu saja di dunia asing!

***

Alex pergi ke perpustakaan kerajaan. Dia menemui Gorgon, lelaki penjaga perpustakaan senior yang tua renta. “Aku ingin melihat Eidolon,”

Gorgon langsung menuntun Alex ke tempat Eidolon diletakkan. Tempat Eidolon tersembunyi di dalam ruang perpustakaan. Mereka meletakkannya tempat yang jauh dari jangkauan agar tidak ada yang coba-coba mencurinya.

Setelah membuka beberapa gerbang yang hanya dapat dibuka oleh kalung Voldore yang hanya dimiliki keluarga Raja Matias, dan akhirnya sampai di tempat Eidolon, Gorgon meninggalkan Alex sendirian.

Dengan sangat hati-hati Alex membuka Eidolon yang terletak di sebuah batu yang berada di tengah. Dari dulu dia tidak pernah tahu apa itu Eidolon. Ibunya juga tidak pernah menceritakan Eidolon kepadanya. Yang dia tahu, buku itu telah hilang sejak lama. Dia ingin tahu apa isi buku itu. Apa cerita di balik misteriusnya Eidolon.

Tapi saat dia membuka lembar pertama Eidolon, dia tidak menemukan apa-apa. Hanya kertas kosong dengan motif di sudutnya. Ada apa ini?!

Alex terperanjat ketika tidak sengaja melihat penampakkan Marcus di depannya. “Kau membuntutiku?”

“Tidak juga,”

“Lalu?”

“Coba tebak,” Marcus berusaha melucu.

“Apa? Apa yang kau lakukan disini?”

“Harusnya aku yang tanya, dik,”

Alex terdiam.

“Kau seharusnya tidak ada disini,” kata Marcus dengan tatapan sedih. “Dan membukanya,”

“Aku tahu, tempat ini seharusnya tidak dikunjungi untuk menjaga kerahasiaannya,” jawab Alex seperti seorang anak yang diminta untuk melafalkan peraturan sekolah karena telah melanggarnya.

“Apa yang ingin kau ketahui?”

“Segalanya,”

The Book [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang