Oh, God!

501 20 5
                                    

“Baiklah nyonya-nyonya, kita tidak akan patroli di perbatasan seperti yang biasa kita lakukan,” kata Luxius dengan suaranya yang lantang. Elizabeth tidak suka setiap kali Puteri itu berbicara.

“Kita akan pergi lebih jauh. Old Folks adalah tujuan kita, jadi sebelumnya, siapa yang merasa tidak punya nyali silahkan meninggalkan barisan dan kembalilah tidur,” lanjut Luxius sambil terus berjalan mondar-mandir. Dia tidak pernah setenang kakak-kakaknya. Walaupun dia satu-satunya wanita yang menampakkan diri disana, dia tidak menunjukkan kegugupannya ketika menghadapi ratusan pria tangguh seperti yang dilakukannya sekarang. Mungkin dia memang tidak mempunyai rasa gugup, mungkin dia wanita jadi-jadian. Kasian sekali dia, tidak bisa menikmati kehidupan wanita sesungguhnya, pikir Elizabeth.

Luxius menganggukkan kepalanya setelah dia memastikan tidak ada seorang pun yang mundur dari misi itu. “Setelah latihan keras yang kalian dapatkan beberapa waktu lalu, aku yakin Old Folks akan mudah ditaklukan,” seru Luxius dengan percaya diri.

Disamping Elizabeth, Pier terlihat pucat. “Mereka tidak mengatakannya sebelumnya,”

“Apa?” tanya Elizabeth.

Pier bergerak menghadap Elizabeth. “Old Folks,”

“Itu bagus! Kau takut?”

“Kau tidak seharusnya ikut dalam misi ini,”

“Apa?” tanya Elizabeth tidak percaya “Kau yang mengajakku! Sekarang kau mulai menyesal telah mengajakku. Kau ingin aku keluar barisan? Tidak akan!”

“Kau tidak tahu apa yang akan kau hadapi!”

Elizabeth diam sejenak. Bukan saatnya berdebat. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri dia tidak akan memulai pertengkaran dengan Pier. “Mungkin. Tapi kau harus percaya padaku,” kata Elizabeth sambil menatap lekat-lekat mata Pier dari balik lubang di penutup wajahnya. “Aku tidak akan menyesali ini, sungguh,”.

Pier menyerah, Elizabeth selalu menang, dia selalu berhasil memperdaya Pier. “Jangan jauh-jauh dariku!”

Elizabeth mengangguk senang. Dia berjanji tidak akan melakukan hal-hal bodoh kali ini.

Menunggangi kuda dengan baju besi seperti ini benar-benar menyusahkan Elizabeth. Dia tidak bisa bergerak bebas. Kapan ini akan sampai?

“Hei Christopher,”

Sial, kenapa aku tidak bisa lepas dari orang ini.

“Apa kau tidak kepanasan di dalam sana?” tanya Jasper sambil menunjuk ke pelindung kepala Elizabeth.

Elizabeth tidak mau susah-susah menjawab. Dia mempercepat langkah kudanya, berusaha menyamai Pier. Elizabeth pikir dengan berjalan berdampingan dengan Pier akan membuat Jasper menjauh dan tidak berani macam-macam dengannya.

“Christopher! Tunggu!”

Entah kenapa rasanya di hari yang dingin ini tiba-tiba tubuh Elizabeth kepanasan. Ingin rasanya dia melepas baju besinya lalu menggorok leher Jasper.

“Aku tidak tahu kenapa kau menyembunyikan wajahnya. Kau bukan orang yang ramah,” lanjut Jasper. “Apa sih yang kamu sembunyikan?” Jasper mendengus keras, tidak sabaran.

“Bisakah kau diam! Dan jaga jarakmu dariku! Jangan sampai kau terkena pedangku karena aku tidak segan-segan memotong dagingmu lalu melemparkannya ke piranha!” seru Elizabeth. Kesabarannya sudah habis. Pier hanya tertegun melihat kedua sahabatnya itu.

“Kasar sekali.Pier, kau yakin sudah merawat anak ini dengan baik?” tanya Jasper.

“Eh? Ehm, dia hanya tidak ingin diganggu. Kurasa,” jawab Pier singkat.

The Book [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang