Romantika 02

2.1K 88 12
                                    

Tugas terakhir dari mencintaimu adalah merelakanmu.


💔

Aku tidak tahu bagaimana cara semesta bekerja. Tapi, aku terus-menerus merindukanmu. Kamu memilihku, tetapi tidak pernah ada untukku--kamu selalu saja bersamanya. Jadi, harus kusebut apa kita?

×

“Arez Aldebaran?”

Aku menoleh, mendapati Mas Raka yang cengar-cengir menonton layar laptopku dengan raut wajah yang tidak mampu kululiskan dengan kata-kata. Yang pasti, Mas Raka itu super-duper kepo tingkat Dewa.

“Mas Raka tuh ya, kebiasaan kalau kepoin orang—“

Aku sampai nggak sanggup menjelaskan dengan kata-kata. Benar-benar tak habis pikir dengan kelakuan cowook tinggi itu. Jadi, aku memukul saja lengannya dengan berkas-berkas yang ada di samping mejaku.

“Mas Raka emang gitu, Tik. Nama tengahnya saja Raka Kepo Laksana.”

Aku cemberut, duduk di depan layar laptop dengan anteng sambil menatap raut wajah Arez Aldebaran. Ah, kamu pasti tidak tahu, bukan? Jika aku sangat mengagumi sosok Arez. Dia itu—romantikable banget buat jadi visual tokoh novel. Memerankan film romantis yang diadaptasi dari berbagai novel—dan berhasil memikat jutaan banyak penonton.

“Kenapa suka Arez? Aliando ganteng juga.”

“Aku ‘kan emang sukanya yang gini Mas—dewasa, mateng, yang pasti hot, dong.” Di akhir kata, aku terkekeh. Menangkap pulpen yang dilempar oleh Mbak Dilla.

“Ternyata oh ternyata, Cantik kecil-kecil sudah bisa berpikir gitu ya?"

“Ih, apa sih, Mbak? Apanya yang kecil? Apanya yang gitu?”

Mas Raka ngakak, bahkan tangannya sampai memukul-mukul meja gara-gara nggak tahan melihat raut wajah Mbak Dilla yang berubah garang karena aku membolak-balik kata-katanya. Sementara aku, masih sok sibuk menatap wajah Arez yang kini sedang membentak istrinya.

“Dari mana saja? Kenapa baru pulang jam segini?”

Dua kalimat, tetapi berhasil membuatku meleleh. Padahal, air wajah Arez terlihat garang—bahkan lebih garang daripada air  wajah Mbak Dilla tadi.

Tapi, cara bicara Arez yang terlihat khawatir,  dan  cemburunya yang tidak pernah kamu lakukan padaku membuat jiwa kejombloanku menjerit-jerit. Arez benar-benar terlihat jantan. Mendominasi. Dan itu membuatku semakin tergila-gila akan sosoknya.

“Mas, kamu kalau sama istrimu bakal gitu?”

“Ya enggaklah. Gea ‘kan kalau kerja memang pulang jam 10 malam. Gila kalau gue tanya gitu ke Gea.”

Aku menoleh ke arah Mbak Dilla, ingin bertanya padanya. Tetapi yang kulihat Mbak Dilla sudah sibuk dengan pekerjaan yang dia pegang. Dari awal kerja di sini, aku  menebak jika Mbak Dilla memang naksir dengan Mas Raka. Mbak Dilla sampai bentak-bentak aku sebelum akhirnya aku jujur bahwa hanya namamu yang singgah di hatiku hingga saat ini.

Mbak Dilla memang akur dengan Mas Raka, tetapi saat nama Mbak Gea disebut, Mbak Dilla langsung burur-buru mengalihkan topik atau pura-pura tidak dengar.

“Mbak Dilla.”

“Omong-omong, Pak Anugrah gimana?”

“Ya gitu, masa tanya-tanya dulu aku di-bully gimana? Sok-sokan tanya kenapa aku nggak lapor sama guru BP? Tapi pas aku cerita kalau guru BP aku malah rendahin aku, dia nggak respon.”

RomantikaWhere stories live. Discover now