✖ Perpisahan dan Penyesalan | @tatasw

397 40 20
                                    

From book : " Broke "

Writer : tatasw

××××

Kenzo menghembuskan napasnya lelah. Cuaca malam membuat suhu diudara terasa begitu dingin. Tapi dirinya tak merasakan apa apa. Seolah olah tubuhnya mati rasa. Pikirannya penuh dengan berbagai pertanyaan yang tak bisa terungkap dan terjawab.

Kenzo tidak habis pikir. Mengapa kekasihnya, wanita yang ia sayangi, wanita yang ia cintai, wanita yang selalu ada untuk dirinya, wanita yang selalu menjadi semangat hidupnya, memutuskan hubungan mereka secara sepihak?

"Kenapa?" Tanya Kenzo dengan ekspresi yang tak bisa diartikan.

Reina, kekasih Kenzo itu membuang napasnya kasar. "Aku cuman, ngerasa kalo kita udah gak cocok"

Kenzo terkekeh miris. Gak cocok? Perasaan hubungan mereka berjalan lancar, tuh. Mereka tidak pernah bertengkar selama setahun mereka berpacaran. "Gak cocok?" Ujar Kenzo lirih.

Reina mengangguk cepat.  Kenzo pun mendecak kesal.

"Apa karena orang tua kamu gak suka sama aku?" Tanya Kenzo to the point.

"Bukan! Sama sekali bukan" ucap Reina membela diri.

"Terus karena apa?! Lo gak sayang lagi sama gue? Lo gamau orang tua lo marah? Lo udah suka sama yang laen? Apa gue kurang buat lo? Apa-"

"Karena lo! Gue mutusin hubungan ini karena lo itu Kenzo!" Ucap Reina memotong omongan Kenzo. Mata Reina berkaca kaca, seolah sudah siap untuk mengeluarkan tetesan air mata.

"Memangnya gue kenapa?"

"Gue capek ngeladenin lo, ngeliat elo selalu aja keras kepala. Ngeliat elo terus terusan nyuekin adek lo, nganggep dia nggak ada, ngeliat elo yang gabisa nerima kepergian mama lo. Ini udah bertahun tahun, Ken! Kenapa lo gak bisa berubah sedikit aja?" Omelan Reina sukses membuat Kenzo bungkam.

"Oramg selalu aja berubah, tapi kenapa lo gamau berubah?"

Air mata sudah menetes dari mata coklat Reina. Apa Kenzo sudah keterlaluan?

Selama ini dia tidak sadar bahwa dia sangat egois, dan kekanakan. Bahkan sikapnya ini membuat semua orang menghindari dirinya. "Maaf"

"Maaf kata lo? Apa lo nggak sadar, kalo adek lo lebih butuh seorang ibu daripada lo, dan justru lo yang bersikap egois gini? Nyalahin adek lo sendiri karena kematian mama lo? Dia dari lahir udah kehilangan ibu, Ken. Dan lo yang masih beruntung karena masih bisa bareng sama mama lo, walaupun cuma beberapa tahun, malah nyalahin adek lo sendiri?" Omongan Reina berhasil menohok hati Kenzo.

Kenzo merasa sangat bersalah sekarang. "Gue udah gak kuat lagi, Ken. Selama ini gue selalu ngerasa bersalah ngeliat adek lo. Gue merasa bersalah karena lo malah seneng seneng bareng gue terus, bahkan jarang pulang ke rumah"

Ya, Kenzo memang sering menginap di rumah Reina. Dan hal itu membuat dirinya jarang pulang ke rumahnya sendiri.

Selama ini dia hanya jalan jalan bersama Reina, bersenang senang, nonton bioskop, dinner ditempat yang romantis, sedangkan disisi lain adiknya sedang sendirian di rumah. Ayahnya masih kerja, dan dia kesepian, menangis sendirian di kamar.

Dirinya jahat, ya?

Sudah berkali kali Reina menegur Kenzo karena hal ini. Ia tak sampai hati melihat Callis, adik Kenzo sendirian menangis di rumah.

Sekarang saja, ditengah malam tahun baru, Callis hanya dirumah bersama ayahnya. Tanpa kehadiran dirinya.

Kenzo disini, ditengah pesta akhir tahun, bersama Reina. Ditengah keramaian, kesenangan sementara.

Harusnya sekarang dia merayakan tahun baru bersama keluarga kecilnya. Dia baru sadar kalau dia sangat berengsek.

"Oke, kalo memang itu mau lo. Kita putus" ucapan Kenzo membuat tangisan Reina semakin pecah.

Kenzo memeluk Reina hangat, pelukan terakhir untuk Reina.

Ah, ia sangat menyukai pelukan Reina. Hangat dan menenangkan. Ia menyembunyikan wajahnya kedalam pundak Reina. Rambut bau strawberry menusuk penciuman Kenzo.

Setelah beberapa menit, Reina pun melepaskan pelukan itu. "Jangan egois lagi, oke? Jangan kayak anak anak, kalo masih kekanakan gue pakein popok nanti!" Ucap Reina sambil menghapus air matanya.

"Thank's, Rei. For everything" kata Kenzo tulus.

Reina pun pergi meninggalkan Kenzo. Meninggalkan Kenzo yang penuh dengan rasa bersalah.

Kenzo menerima semua itu dengan lapang dada. Karena memang dirinya yang salah. Ia juga tak bisa memaksa Reina untuk terus bersamanya. Kalau Reina sudah tidak nyaman, Kenzo bisa apa?

*

Setelah terjadinya awal perpisahan antara dirinya dan Reina, ia pergi ke rumahnya.

Ini sudah tengah malam.

Seisi rumah sepi, pasti semuanya sudah tidur.

Ditemani suara petasan dan kembang api, dirinya terbaring diatas tempat tidur kesayangannya.

Tunggu, ia baru ingat.

Kemarin Kenzo mendapatkan sebuah surat saat sedang mencari kaos kakinya yang hilang.

Surat itu terlihat usang, dan kusut. Namun Kenzo belum membacanya. Ia pun mengambil surat itu dari nakasnya, dan segera membukanya.

Membaca surat itu, Kenzo pun sukses menangis keras. Air matanya seolah tak bisa berhenti keluar dari matanya. Hatinya hancur remuk oleh segala rasa bersalah. Kenzo terlihat sangat rapuh sekarang.

"Maaf, Ayah, Callis"

Semuanya sudah jelas sekarang. Semua pertanyaan yang tersimpan di otak Kenzo selama bertahun tahun. Pertanyaan yang awalnya ia kira tak akan pernah terjawab. Sebuah fakta yang tak pernah Kenzo pikirkan. Fakta yang kembali menohok dirinya dalam rasa bersalah, dan fakta yang kembali mengungkapkan kebenaran kepermukaan.

Kamis, 1 januari 2001

Halo ken, ini mama.
Mama gatau kapan kamu bakal baca ini, mungkin juga kamu gak akan pernah nemuin surat ini.

Mama cuma mau minta maaf. Mungkin kamu ngira mama udah meninggal karena papa kamu yang bilang begitu. Mama yang minta sama papa, Ken. Jadi sebenarnya mama gak meninggal, mama masih hidup.

Mama memang gak pernah sayang sama papa kamu. Mama gak pernah bahagia, dan mama sama papa cuma nikah karena dijodohkan.

Maafin mama, nak. Mama terpaksa harus ninggalin kamu. Apalagi Callis umurnya baru tiga bulan.

Tapi yang harus kamu ingat, mama gak pernah membenci kamu sama Callis. Mama sangat bersyukur bisa punya kalian. Walaupun mama gak bahagia sama papa, mama bahagia kok sama ken sama callis. Tapi mama harus pergi, nak. Maaf.

Mama ngerasa jahat banget nih, harus ninggalin ken ditahun baru gini.

Jaga adek baik baik ya, jangan jahat sama dia. Jaga papamu juga, papa makin hari bakal makin tua, jadi kamu harus perhatiin beliau.

Jadi anak yang baik, ya. Harus dewasa, jangan egois. Jangan suka berantem sama adek. Mama gak suka perkelahian antara saudara.

Jaga diri baik baik, ya? Belajar yang baik, supaya pinter dan berguna di masa depan.

Taksi mama udah dateng, mama pergi dulu ya. Jangan tanya mama pergi kemana, karena mama bakal pergi jauh.

Kamu gak usah nyari mama, karena mama udah jahat banget ninggalin kamu.

Aduh, taksinya udah tiga kali klakson nih. Mama harus pergi sekarang juga.

Selamat tinggal, sayang. Titip salam ya, buat Callista.

The End.

One-Shoot 2Where stories live. Discover now