✖ With Nata | @DiraEvangelista

638 45 67
                                    

From book : " BADS "

Writer : DiraEvangelista

××××

Suara petasan memeriahkan suasana malam ini. Malam yang selalu ditunggu-tunggu dengan jutaan harapan di masa yang akan datang.

Tak seperti orang lain yang menyambutnya dengan penuh semangat, aku lebih memilih untuk menghabiskan waktu sambil bermain laptop.

Entah mengapa kali ini aku merasa malas untuk ikut merayakan malam pergatian tahun ini. Setiap tahun selalu sama. Bahkan dimalam tahun baru, orang tuaku masih tetap sibuk.

Tak hanya suara petasan yang menjadi latar bagiku tapi juga handphone ku yang sejak tadi berdering menampilkan display name dari orang yang sama.

fcKing Nata is calling...

Aku terus mengabaikannya sambil tetap berusaha fokus pada layar laptopku.

Perlu waktu yang cukup lama hingga deringan itu terhenti. Mungkin Nata sudah bosan. Dalam hati aku sedikit kecewa, tapi dengan cepat aku mengenyahkan perasaan itu.

Aku kecewa hanya karena Nata berhenti menelpon? Oh ayolah, itu gila.

Ruangan kamarku kembali hening. Hanya diributkan oleh suara petasan diluar sana. Ini bahkan belum jam 12 malam dan semua orang sudah mulai membakar 'uang' mereka.

Kuakui aku memang bukan remaja yang hemat. Selagi orang tuaku bekerja diluar kota tanpa memperdulikan aku--mereka bahkan hanya menelpon sekali dalam sebulan, itupun jika aku beruntung--aku berada disini untuk menghabiskan uang mereka. Tapi tentu saja, itu kugunakan untuk hal yang sedikit lebih bermanfaat daripada untuk membeli petasan kemudian membakarnya.

Suara petasan itu sesekali membuatku terkejut. Aku beruntung karena tidak memiliki masalah apapun dengan jantungku.

Tok..tok..tok..

Aku mengernyit. Tidak ada petasan yang berbunyi seperti itu. Kalaupun ada, itu akan menjadi bunyi petasan teraneh didunia.

Tok..tok..tok..

"Ay! Buka pintunya atau gue dobrak sekarang!!"

Kedengarannya familiar. Bukan, bukan suaranya, tapi ancamannya. Aku terlalu cuek untuk dapat mengenali suara orang dengan tepat. Yah walaupun suara yang satu ini juga terdengar familiar.

"Aya! Gue itung sampe tiga. Satu...Dua...-"

Damn!

Aku langsung bangun dari baringanku berusaha meraih pintu balkon dengan cepat. Tapi terlambat sudah.

"Tiga." Brakk!!

Pintu balkonku terhempas dengan keras dan tergeletak tak berdaya diatas lantai meninggalkan sebuah lubang setinggi dua meter. Dan kini, dari sana muncullah Nata, si badboy sialan yang adalah pacarku.

Ia menyeringai puas melihat hasil karyanya, "Gue gak akan minta maaf karena gue tau lo gak akan maafin gue. Jadi sekarang cepet keluar."

Aku menutup mata untuk menahan kesalku lalu membukanya dan menatap Nata yang tidak peduli dengan tajam.

"Lo ngerusak kamar gue." Kataku pelan.

Nata mengangkat bahunya dengan acuh. Ia menggeser sedikit pintu itu dengan kakinya sebelum melangkah masuk kekamarku.

"Lo gak angkat telpon gue dan gak bukain gue pintu sialan itu," ia menunjuk pada pintu balkonku.

"Gue gak tau lo nelpon." Kataku mencari alasan.

One-Shoot 2Where stories live. Discover now