PART 2

29.3K 1K 9
                                    

Ruby membuka matanya saat sesuatu yang dingin menyentuh keningnya “uhmm…” tangannya refleks menepis benda dingin dan basah di dahinya.

“akhirnya sadar juga.”

Suara rendah dan serak itu berkata tepat di telinganya mengirimkan suatu getaran ke tubuhnya membuat Ruby semakin tersadar bahwa saat ini kepalanya berada di pangkuan Aidan “apa yang kau lakukan?!” dengan cepat ia bangkit dari pangkuan pria itu.

“aku hanya berbaik hati menyadarkanmu karena kau pingsan”

Ruby hanya bergumam tidak jelas menanggapi perkataan pria itu teringat tentang ciuman yang membuatnya sesak dan tidak bisa bernapas.

“kau tahu, kau cukup menarik. Belum pernah sebelumnya kulihat ada wanita yang pingsan karena dicium” lalu pria itu tertawa dengan suaranya yang terdengar seksi di telinga Ruby membuat wajahnya memerah malu.

Tunggu

Tadi apakah ia bilang seksi? Belum pernah sebelumnya ia berpendapat suara pria bisa terdengar sangat menggairahkan sampai-sampai ia bingung sendiri dengan reaksinya ini.

“jika itu yang namanya ciuman, aku heran kalau mereka semua tidak mati lemas saat melakukannya.”

Aidan mengambil napas dalam-dalam “seperti pelajaran kita masih sangat panjang.”

“maaf.” Kata Ruby lalu ketika teringat mereka sedang berada dalam pesta om David “aku pingsan berapa lama?”

Melihat jam di pergelangan tangannya Aidan menjawab “dua puluh menit. Sampai-sampai aku harus memanggil pelayan untuk membawakan kompres kain ini” ia menunjuk kain basah yang berada dalam genggamannya.

Memang tadinya ia sempat bingung bagaimana menyadarkan wanita itu karena tidak mungkin baginya untuk menggendong wanita itu ke dalam bisa-bisa David akan panik dan orang-orang akan mulai bergunjing dan lebih tidak mungkin lagi untuk meninggalkan wanita itu di sini. Untunglah tadi ia sempat melihat salah satu pelayan tidak jauh dari taman ini dan meminta si pelayan membawakan kain basah.

“apa! Gawat! Aku harus pergi, bisa-bisa Tammy marah-marah karena aku mengacuhkannya” Ruby bangkit berdiri dan hendak keluar dari rerimbunan tanaman agar bisa kembali ke keramaian pesta saat pergelangan tangannya di genggam oleh telapak tangan pria itu yang besar.

“tunggu. Setidaknya kau bisa memberikan nomor teleponmu agar kita bisa membahas rencana berikutnya.”

Ruby mengangguk lalu melihat ke sekeliling tetapi tidak menemukan kertas maupun pulpen

“ini” Aidan mengeluarkan pen dari saku jasnya “tulis di sini” ia membuka lebar telapak tangannya.

Dengan sedikit gugup Ruby memegang tangan pria itu, sedikit merasakan arus listrik aneh saat tangan mereka bersentuhan lalu cepat-cepat menuliskan nomor telponnya.

“sudah. Sekarang aku benar-benar harus pergi.” Kata Ruby dan langsung lari ke keramaian di mana pesta masih berlangsung.

***

“Ruby, kemana aja sih loe gue cariin dari tadi eh malah ngilang.” Kata Tammy saat ia menghampiri sahabatnya itu.

“gue…gue tadi ketemu Evan jadinya yah ngobrol dulu” kata Ruby sedikit berbohong pada Tammy dengan merahasiakan pertemuannya dengan Aidan serta perjanjian mereka.

“oh..” hanya itu tanggapan Tammy, lalu “oh iya, gimana kabar orangtua loe? Mereka udah telpon?”

“belum, mungkin besok soalnya kan biasa mereka telpon gue Minggu atau mungkin mereka lupa punya anak perempuan saking asiknya bulan madu yang entah ke berapa itu.” gerutu Ruby

Lessons In LoveWhere stories live. Discover now